Dampak Polusi Debu Batubara, 7.000 Warga Way Lunik Harus Segera Diselamatkan

Dampak Polusi Debu Batubara, 7.000 Warga Way Lunik Harus Segera Diselamatkan. Foto: Dok/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sudah tiga bulan terakhir, sebanyak 7.000 warga di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, harus menghirup debu batubara setiap hari yang berasal dari stockpile batubara setempat. Mereka harus segera diselamatkan sebelum menjadi korban dari polusi debu batubara.
Kondisi warga di Kelurahan Way Lunik saat ini sangat memprihatinkan. Stockpile batubara yang beroperasi di dekat pemukiman warga, setiap hari memproduksi debu batubara yang mencemari warga setempat.
Sudah tiga bulan terakhir warga menghirup debu batubara yang berbahaya bagi kesehatan. Ditambah musim kemarau berkepanjangan dan angin yang kencang, mengakibatkan semakin banyak debu batubara yang beterbangan.
Sejumlah warga sudah merasakan dampak debu batubara. Letak pemukiman warga yang berada tidak jauh dari stockpile batubara, mengakibatkan kondisi rumah warga selalu dikotori debu batubara. Dampaknya, beberapa warga mulai mengalami batuk hingga sesak napas.
Berdasarkan data dihimpun Kupas Tuntas, saat ini ada sekitar 2.025 kepala keluarga atau sebanyak 7.000 jiwa lebih warga yang tinggal di Kelurahan Way Lunik. Mereka harus segera diselamatkan agar tidak menjadi korban dari polusi debu batubara tersebut.
Pantauan di lokasi, debu batubara mengotori lantai rumah warga hingga berwarna hitam. Dampaknya, warga harus menyapu lantai itu hampir setiap satu jam sekali. Tidak sedikit anak-anak balita yang bermain di lantai terkena debu batubara bahkan menghisapnya.
Baca juga : Hirup Debu Batubara Setiap Hari, Warga Panjang Bandar Lampung Mengeluh Batuk dan Sesak Napas
Supriyadi, seorang warga Way Lunik mengatakan, debu batubara tersebut berasal dari beberapa stockpile batubara yang ada di wilayah Way Lunik. "Ada beberapa stockpile batubara di sini bang. Salah satunya punya GML (Global Mahardika Logistik)," kata Supriyadi, Rabu (25/10/2023).
Supriyadi mengungkapkan, saat musim kemarau panjang seperti saat ini ditambah angin yang bertiup kencang, mengakibatkan semakin banyak debu batubara yang masuk ke rumah warga.
"Tiap satu jam sekali harus menyapu lantai karena kotor oleh debu batubara. Ini saja bisa dilihat lantainya sudah hitam seperti ini," kata Supriyadi sembari menunjukkan lantai rumahnya yang dikotori debu batubara.
Ia mengatakan, setiap hari harus memakai masker terutama saat pergi ke luar rumah atau aktivitas di luar rumah. Hal ini dilakukan karena debu batubara beterbangan kemana-mana ditiup angin.
"Kalau tidak pakai masker ngeri debunya. Takut mengancam kesehatan juga. Karena sudah ada beberapa warga yang batuk-batuk mungkin karena sering menghirup debu batubara ini," ungkapnya.
Baca juga : Debu Batubara di Panjang Mengganggu Kesehatan Warga, Pemerintah Jangan Diam Saja
Sutartih, warga lainnya juga mengeluhkan adanya debu batubara yang beterbangan hingga masuk rumah. "Iya nih debu batubara yang tertiup angin menempel di lantai dan dinding rumah. Debu batubara semakin banyak bertebaran sejak musim kemarau panjang ini. Harus rutin dibersihkan, apalagi kemarau ini debunya bertebaran kemana-mana karena angin yang kencang," ucapnya.
Warga lainnya, Rosit juga mengeluhkan banyaknya debu batubara yang masuk ke rumahnya. Dampaknya, lantai rumahnya berubah menjadi hitam karena adanya debu batubara tersebut.
"Sudah tiga bulan terakhir debunya parah. Lantai rumah saya jadi hitam karena adanya debu batubara yang masuk. Meskipun baru saja dipel tidak lama kemudian pasti warna hitam lagi. Karena anginnya kencang sehingga banyak debu batubara masuk rumah,” katanya.
Ia mengatakan, adanya debu batubara yang masuk rumah ini sangat berbahaya bagi anak-anak kecil khususnya yang masih bayi. “Sudah ada juga yang kena batuk-batuk dan sesak napas karena debu batubara ini. Maunya sih ada upaya dari perusahaan yang punya stockpile batubara agar debu ini tidak terbang jauh-jauh. Sehingga tidak mengganggu warga,” ujarnya.
Lokasi stockpile batubara milik perusahaan memang berada tidak jauh dari pemukiman warga. Jaraknya tidak sampai satu kilometer. Meskipun sudah dibuat jaring-jaring penahan, namun tetap sama masih banyak debu batubara yang masuk ke rumah warga.
Baca juga : Warga Minta Perusahaan Stockpile Batubara di Way Lunik Bandar Lampung Pindah
Yusuf, warga lainnya di Kelurahan Way Lunik mengatakan, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya stockpile batubara terutama terhadap kesehatan dan lingkungan. Ia berharap, stockpile batubara yang ada di Way Lunik saat ini ditutup.
Yusuf mengungkapkan, pemasangan jaring untuk mengantisipasi dampak debu dari stockpile batubara itu tidak memiliki fungsi dan pengaruh yang maksimal. Karena debu batubara masih tetap masuk ke rumah-rumah warga.
"Jadi kalau bisa ya ditutup saja kalau cuma bikin resah warga, terus hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu. Sedangkan masyarakat yang merasakan dampaknya,” ungkapnya.
Ketua RT 05 Way Lunik, Malik menerangkan, stockpile batubara tersebut sudah hampir satu tahun ini berdiri, dan baru tiga bulan terakhir warga mengeluhkan debu batubara.
"Ya mungkin karena musim kemarau ini karena banyak angin. Sehingga warga protes rumahnya banyak debu batubara. Ini harus segera mendapatkan penanganan serius agar tidak ada warga yang menjadi korban. Karena sudah ada beberapa warga mengalami batuk dan sesak napas mungkin karena menghirup debu batubara ini," ucap dia.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Lampung mengingatkan bahaya debu batubara dari stockpile batubara bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Baca juga : Walhi: Stockpile Batubara Merugikan Masyarakat Harus Ditutup, Pemerintah Lampung Diminta Tegas
Ketua IDI Provinsi Lampung, dr. Josi Harnos mengatakan, debu batubara yang dihirup oleh manusia akan membahayakan bagi paru-paru.
“Sudah pasti debu seperti itu akan menimbulkan dampak buruk terhadap paru-paru, karena itu benda asing. Akan menimbulkan dampak peradangan kronis,” katanya.
Josi mengatakan, dampak debu batubara bagi kesehatan warga biasanya akan mulai dirasakan dalam kurun waktu tidak terlalu lama. “Apalagi jika yang terkena dampak masih berusia balita, mungkin dalam hitungan bulan. Jika tidak segera ditangani tentu dampaknya akan fatal,” imbuhnya.
“Kalau cuma memberi obat untuk orang-orang yang sakit itu bukan solusi. Jangan jadi pemadam kebakaran yang ketika ada kebakaran baru disiram air. Harus ada antisipasi sehingga kesehatan warga tidak terancam. Karena kesehatan itu penting,” lanjutnya.
Ia menyarankan jangan atas nama investasi lalu kesehatan masyarakat dikorbankan. “Seharusnya pemerintah sudah membaca dari awal, semua ini kan terukur. Betulkah analisisnya? Kalau debu batubara bisa sampai ke masyarakat pasti ada yang salah dalam amdal,” ujarnya. (*)
Artikel ini telah terbit pada Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Kamis, 26 Oktober 2023 dengan judul "Dampak Polusi Debu Batubara, 7.000 Warga Way Lunik Harus Segera Diselamatkan"
Berita Lainnya
-
Tidak Kapok, Residivis Pencurian Kembali Ditangkap Polisi Usai Bobol Rumah Tetangganya di Langkapura Bandar Lampung
Sabtu, 07 Juni 2025 -
Polresta Bandar Lampung Ungkap 20 Kasus Narkoba Selama Mei 2025
Sabtu, 07 Juni 2025 -
Idul Adha 1446 H, MAN 1 Bandar Lampung Kurban 2 Sapi dan 2 Kambing
Sabtu, 07 Juni 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Salurkan Hewan Kurban ke Kemenag, Pengurus Masjid, dan Panti Asuhan
Sabtu, 07 Juni 2025