• Jumat, 25 April 2025

Rocky Gerung Tegaskan Mimbar Kampus Tempat untuk Bertukar Pikiran

Kamis, 14 September 2023 - 16.30 WIB
137

Pengamat politik nasional Rocky Gerung saat menjadi pembicara diksusi publik yang diadakan oleh BEM FEB Unila di GSG Pahoman Bandar Lampung, Kamis (14/9/2023). Foto: Yudha/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pengamat politik nasional Rocky Gerung menjadi pembicara diksusi publik yang diadakan oleh BEM FEB Unila dilangsungkan di GSG Pahoman Bandar Lampung, Kamis (14/9/2023).

Bung Rocky sapaan akrabnya mengatakan bahwa kampus adalah tempat berdiskusi atau bertukar pikiran.

"Mimbar kampus ada untuk mengucapkan pikiran," tegas Roky dalam pemaparannya.

Jadi kampus bisa disebut kampus kata Rocky, dikarenakan ada pertempuran pikiran. Pikiran harus diloloskan dan hal itu yang disebut kebebasan akademis.

"Tanpa pertengkaran pikiran kita tidak akan keluar dari middle income trap," tandasnya.

BACA JUGA: Rocky Gerung Batal Jadi Pembicara Diskusi Publik di Unila, Ini Alasannya

Bung Rocky mengatakan, saat ini Indonesia sedang mempersiapkan industri lingkungan hijau melalui kendaraan listrik.

"Tapi pemerintah berpikir bahwa untuk penghijauan harus menggunakan mobil listrik. Tetapi pembuatan batre dari mobil listrik itu dari batu bara yang menghasilkan asap. Maka bertambah mobil listrik akan bertambah polusi," katanya.

"Fakta diatas kertas di pertemuan G20 Indonesia mengatakan tidak ingin ditekan untuk energi terbarukan. Padahal tidak ada energi lain selain batu bara yang digunakan," sambungnya.

Sementara, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyoroti kemungkinan pemilu 2024 menurutnya akan besar peluang terjadi pengkondisian.

BACA JUGA: Batal Digelar di Unila, Diskusi Publik dengan Pembicara Roky Gerung Pindah ke GSG Pahoman

"Pemilu 2024 ini seperti comberan. Penyelenggara bermasalah, pengawas bermasalah," ujarnya.

Sementara Gubernur BEM FEB Unila M. Reza Pratama mengatakan, dalam pelaksanaan diskusi yang dilakukan oleh pihaknya mendapatkan tekanan dari berbagai pihak.

"Banyak sekali tekanan dari mana-mana. Itu bisa lihat bahwa Rektorat dan Dekanat sangat mengintervensi, saya sebagai Ketua BEM sangat dicederai. Kelembagaan mahasiswa ini diperlemah," tegas Reza pada sambutannya.

Ia melanjutkan, dirinya tidak mengetahui alasan yang jelas mengapa pihak kampus melarang mengadakan diskusi tersebut. 

"Kami hanya ingin diskusi bukan kampanye politik supaya lebih kritis tetapi kami dilarang saya sangat memohon untuk mengawal intervensi di Unila saat ini," katanya.

Reza membeberkan, ia mengadakan diskusi dengan mengundang tokoh-tokoh nasional dan dianggap menyalahi prosedur.

"Kami dianggap melanggar. Sampai saat ini kami menerima alasan tidak jelas. Kami hanya ingin mengadakan agenda akademik," tutupnya. (*)