Masyarakat Batak di Lampung Dianggap Pilar Perekat Keutuhan Bangsa

Ketua Adat Paduka Yang Mulia Saibatin Puniakan Dalem Brigjen Pol (Purn) Drs. Pangeran Edward Syah Pernong, Yang Dipertuan Ke-23 Kepaksian Pernong, (baju dan kacamata hitam) saat menghadiri pelantikan pengurus Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) Lampung periode 2025–2030 di Gedung Bagas Raya, Bandar Lampung, Selasa (13/5/2025). Foto: Yudi/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia harus terus dirawat dengan semangat kolaborasi dan saling menghargai, termasuk oleh masyarakat Batak yang telah lama menetap dan berkembang di Provinsi Lampung.
Hal tersebut disampaikan oleh perwakilan Ketua Adat Paduka Yang Mulia Saibatin Puniakan Dalem Brigjen Pol (Purn) Drs. Pangeran Edward Syah Pernong, Yang Dipertuan Ke-23 Kepaksian Pernong, saat menghadiri pelantikan pengurus Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) Lampung periode 2025–2030 di Gedung Bagas Raya, Bandar Lampung, Selasa (13/5/2025).
Pun Edward, sebutan akrabnya, menegaskan bahwa masyarakat Batak yang tergabung dalam Kerabat Lampung memiliki peran strategis dalam menjaga keutuhan bangsa.
"Indonesia ini tidak akan utuh tanpa keberadaan Lampung dan masyarakat Batak. Mereka adalah bagian penting yang mengembangkan kultur adat dan budaya dengan semangat kolaborasi," ujarnya.
Menurutnya, meskipun perbedaan dalam politik mungkin sulit dipersatukan dan toleransi antaragama terus diupayakan, namun melalui budaya, masyarakat bisa menyatu.
"Secara politik kita belum tentu bisa direkatkan, secara agama kita bertoleransi. Tapi secara budaya, kita bisa menyatu, bersatu, dan menghilangkan perbedaan," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan harapannya agar masyarakat Batak di Lampung terus menjadi pilar perekat nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Baca juga : Apresiasi Pelantikan Pengurus Kerabat Lampung, Wagub Jihan Nurlela: Wadah Persatuan dalam Keberagaman
Ia juga berpesan agar seluruh elemen masyarakat senantiasa menjunjung tinggi sikap toleran, kepemimpinan yang inklusif, dan mampu beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.
"Muara dari perpecahan itu sering kali muncul karena tidak adanya kedekatan dalam keseharian. Padahal keseharian itu tidak bisa dipisahkan dalam upaya membangun Sumatra ini dengan baik," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Sudin Kunjungi Gereja HKBP, Bahas Harkamtibmas, Toleransi dan Isu Sosial
Sabtu, 09 Agustus 2025 -
Bandar Lampung Pertahankan Predikat Kota Layak Anak 2025 Kategori Nindya
Sabtu, 09 Agustus 2025 -
Jalan Bypass Soekarno-hatta Dikeluhkan, BPJN Lampung: Kita Maksimalkan Pemeliharaan
Sabtu, 09 Agustus 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Pamerkan Produk Penelitian Unggulan di Konvensi Sains Teknologi dan Industri 2025
Sabtu, 09 Agustus 2025