Dana BOS Dinilai Kurang, Ketua MKKS Lampung Sebut Sekolah Boleh Minta Sumbangan

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA se-Lampung, sekaligus Kepala SMA Negeri 14 Bandar Lampung, Hendra Putra. Foto: Sri/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) SMA se-Lampung, sekaligus Kepala SMA Negeri 14 Bandar Lampung, Hendra
Putra, mengungkapkan bahwa besaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
diterima sekolah di Kota Bandar Lampung saat ini mencapai Rp1,5 juta per siswa
per tahun.
Dana tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional sekolah. Jika
dihitung, jumlah tersebut hanya Rp4 ribu per siswa per hari, yang dianggap
masih jauh dari ideal.
Menurut Hendra, bantuan operasional yang ideal bagi sekolah standar
seharusnya mencapai Rp5 juta per siswa per tahun.
“Kalau kita lihat nominalnya memang besar, tetapi kalau dihitung per hari,
hanya sekitar Rp4 ribu per siswa. Itu untuk menutupi semua kebutuhan
operasional sekolah selama satu tahun. Seharusnya idealnya Rp5 juta per siswa per
tahun. Artinya, masih ada kekurangan sekitar Rp3 juta lebih per siswa,” jelas
Hendra. Selasa (25/2/2025).
BACA JUGA: 17
SMA Negeri Se-Bandar Lampung Terima Dana BOS 23,2 Miliar Lebih
Hendra menjelaskan bahwa Dana BOS digunakan untuk 12 jenis pengeluaran
utama, namun lebih difokuskan pada kebutuhan mendasar seperti biaya listrik dan
internet, lalu pembayaran gaji guru honorer serta tenaga tata usaha honorer
yang terdaftar dalam Dapodik.
"Pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan buku pelajaran, rehabilitasi
ringan atau perawatan sekolah dan lainnya," ucapnya.
Menurutnya, pencairan Dana BOS dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun,
yaitu pada semester 1 dan semester 2. Penggunaan dana ini juga diawasi ketat
dengan adanya laporan ke Dinas Pendidikan serta pemeriksaan dari Inspektorat.
Karena Dana BOS belum mencukupi semua kebutuhan sekolah, partisipasi
masyarakat masih sangat diperlukan. Hendra menilai, anggapan bahwa sekolah
negeri tidak boleh meminta bantuan dari orang tua murid karena sudah
mendapatkan Dana BOS adalah keliru.
“Banyak yang berpikir kalau sekolah negeri sudah dapat Dana BOS, berarti
orang tua tidak boleh lagi dimintai sumbangan. Padahal, dalam Undang-Undang
sudah diatur bahwa masyarakat bisa berpartisipasi dalam pendidikan,”
jelasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tercakup dalam Dana BOS, sekolah juga
mengelola Dana Komite, yang digunakan untuk membayar gaji guru honorer yang
tidak masuk dalam Dapodik.
"Mendukung kegiatan siswa, seperti pembinaan olimpiade, pengadaan
sarana dan prasarana tambahan di sekolah dan lainnya," jelas dia.
Hendra menegaskan bahwa penggunaan Dana Komite ini juga dilakukan secara
transparan. Laporan keuangan disampaikan kepada orang tua siswa melalui
pengurus komite sekolah untuk memastikan akuntabilitasnya.
Meskipun Dana BOS saat ini belum mengalami pemotongan atau efisiensi,
Hendra berharap ke depan ada peningkatan anggaran dari pemerintah untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang semakin kompleks.
“Sampai saat ini memang belum ada efisiensi atau pemotongan Dana BOS. Tapi
kalau bisa, justru kami berharap ada tambahan dana karena kebutuhan sekolah
semakin banyak. Apalagi, banyak kegiatan siswa dan operasional lain yang belum tercover
sepenuhnya,” ujarnya. (*)
Berita Lainnya
-
Respon Cepat Pemkot Bandar Lampung Tangani Banjir di Tanjung Senang, Warga Apresiasi Bunda Eva
Selasa, 25 Februari 2025 -
IMM Bandar Lampung Gelar Demo Tuntut Pemkot Prioritaskan Penanganan Banjir
Selasa, 25 Februari 2025 -
Tarif Uang Komite di SMA Negeri Bandar Lampung Beragam, Hendra Sebut Itu Sifatnya Sumbangan
Selasa, 25 Februari 2025 -
Pussbik Lampung Desak Pemerintah Terapkan Cukai 20 Persen Pada Minuman Berpemanis
Selasa, 25 Februari 2025