• Rabu, 30 April 2025

Solar di Bandar Lampung Langka, Nelayan: Sudah Lama Sejak Kuota Dibatasi

Minggu, 19 November 2023 - 15.36 WIB
174

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kelangkaan solar di sejumlah SPBU yang ada di Kota Bandar Lampung, tidak hanya dirasakan oleh para sopir kendaraan truk saja namun juga ikut dirasakan oleh para nelayan.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Lampung, Bayu Witara mengatakan, kelangkaan solar bahkan sudah dirasakan oleh para nelayan yang ada di daerah setempat sejak lama.


"Kalau solar langka itu sudah dari dulu sejak kuota solar dibatasi. Para nelayan tidak lagi terpenuhi kuota solarnya melalui SPBN. Dimana SPBN yang ada di Lampung tidak mampu memenuhi kuota nelayan yang ada," kata Bayu, saat dimintai keterangan, Minggu (19/11/2023).

Ia mengatakan, dengan tidak terpenuhinya kuota solar yang disediakan oleh SPBN, para nelayan mencari solar di SPBU dengan menggunakan surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.

"Dengan adanya antrean solar di sejumlah SPBU juga ikut jadi masalah bagi nelayan. Solar adalah nyawa nya nelayan karena sekarang bukan lagi zaman nya perahu layar atau yang menggunakan alat tradisional," paparnya.

Baca juga : Pasokan Solar Terbatas, Antrean Kendaraan Mengular di Sejumlah SPBU Bandar Lampung

Ia menjelaskan, saat ini sudah tidak ditemukan lagi nelayan yang masih tradisional dan semua sudah beralih menggunakan mesin. Sehingga solar merupakan kebutuhan primer bagi para nelayan.

"Saat ini semua nelayan sudah menggunakan mesin semua dan kebutuhan solar adalah kebutuhan primer bagi nelayan. Dan nelayan tidak bisa ke laut kalau tidak ada solar," sambungnya.

Ia juga menjelaskan jika saat ini daerah tangkapan nelayan sudah semakin jauh. Hal tersebut tentu ikut berdampak terhadap kebutuhan solar yang juga meningkat.

"Apalagi saat ini daerah tangkapan tambah jauh sehingga kebutuhan solarnya ikut meningkat. Dulu satu hingga dua mil saja nelayan sudah bisa tebar jaring. Tapi untuk saat ini 12 mil ke atas nelayan baru bisa tebar jaring," paparnya.

Ia berharap pemerintah bisa menambah SPBN baru yang berlokasi di titik-titik perkumpulan para nelayan serta di daerah yang ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

"Sekarang ini bagaimana caranya menciptakan SPBN baru di spot nelayan mulai dari Mesuji hingga Pesisir Barat. Karena SPBN di Lampung itu masih jarang, seperti di Bandar Lampung hanya satu SPBN yang harus mengcover ribuan nelayan lokal dan migrasi," terangnya.

Menurutnya, saat ini SPBN yang ada di Lampung baru berkisar lima titik. Dimana jumlah tersebut tidak seimbang dengan jumlah kapal milik nelayan yang membutuhkan solar setiap harinya.

"SPBN yang ada di Lampung itu saat ini baru ada sekitar 5 titik. Itu tidak bertanding seimbang dengan jumlah kapal yang membutuhkan solar. Sehingga pemerintah harus peka terhadap kondisi lapangan dengan harus mendirikan SPBN baru," ungkapnya.

Dengan adanya kelangkaan solar ini membuat nelayan terpaksa harus lebih bersabar dan tidak bisa melaut setiap hari karena keterbatasan solar yang disediakan oleh pemerintah.

"Dengan kelangkaan solar ini nelayan lebih bersabar, misal seandainya hari ini bisa melaut dengan keadaan solar yang susah maka dia mengulur waktu 2 sampai 3 hari, ketika dapat solar baru ke laut," jelasnya. 

Sementara itu, untuk kebutuhan solar sendiri tergantung dengan ukuran kapal. Dimana untuk kapal kecil membutuhkan sekitar 10 liter solar untuk sekali melaut.

"Biasanya kapal kecil untuk sehari itu 10 liter untuk kapal yang langsung pulang. Tapi kalau kapal yang berhari-hari ada yang sampai seminggu, 10 hari bahkan 15 hari sampai ke satu bulan itu bisa 1.500 liter atau 7 drum setengah," pungkasnya. (*)