• Rabu, 17 September 2025

Soal Kuota Pupuk Bersubsidi, Ini Kata Gapoktan di Way Panji Lamsel

Rabu, 08 Maret 2023 - 17.29 WIB
144

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur Sejati di Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan, Joko. Foto: Handika/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur Sejati di Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) menyuarakan kurangnya kuota pupuk bersubsidi untuk para petani.

Ketua Gapoktan Makmur Sejati, Joko menjelaskan, penilaiannya terkait kurangnya pupuk subsidi bergantung pada petani itu sendiri dan para pemangku kepentingan.

"Masalah pupuk ini, memang untuk mengatasi cukup dan tidaknya tergantung langkah dari petani dan pelaku-pelaku utamanya. Menurut saya seperti itu," kata Joko saat dikonfirmasi, Rabu (8/3/2023).

BACA JUGA: Dinas TPH-Bun Sebut Jatah Pupuk Subsidi di Lamsel Masih Kurang

Joko melanjutkan, cukup tidaknya kebutuhan pupuk untuk petani ternyata ada andil peran dari pengurus-pengurus kelompok tani.

"Artinya begini, kalau turun di masyarakat pasti bilang tidak cukup (pupuk subsidi) karena di waktu butuh tidak ada pupuk. Cuma, ada juga diantara mereka yang bilang bahwa saya cukup kok untuk tahun ini karena dia punya langkah bahwa sebelum dia membutuhkan dia sudah menyiapkan kebutuhan itu. Tapi kalau menurut saya dari pendapat petani, selalu teriakannya kurang (pupuk subsidi)," imbuhnya.

Pengawasan dari Dinas terkait juga dikritisi oleh Joko, pasalnya dari pengawasan yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi.

BACA JUGA: Polisi Bongkar dan Sita 10 Ton Pupuk Oplosan di Palas Lamsel

"Kalau yang sudah, kami pernah rapat di BPP terkait dengan masalah pupuk bersubsidi. Cuma, kalau petani menilai kayaknya tidak selesai dengan pengawasan-pengawasan karena itu tadi jeritan dari petani masih kurang jadi tindakan dari pengawasan itu apa," ujar Joko.

Ditanya soal kasus pengoplosan pupuk yang terjadi di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Palas dan telah diungkap oleh kepolisian, Joko menyebut ada dua faktor penyebab.

"Pandangan saya, adanya pembuat pupuk oplosan yang pertama dia mungkin membaca kurangnya pupuk dari masyarakat. Kedua, mungkin tergiur dengan kencangnya harga pupuk ataupun kebutuhan pupuk sehingga dia tidak memikirkan ini benar atau tidaknya yang jelas dia dapat penghasilan," cetusnya.

Disinggung harapan kelompok tani yang ada di Desa Sidomakmur, Joko menyampaikan hal ini.

"Harapan dari petani khususnya saya mewakili mereka, yang jelas ingin sekali bahwa untuk pengiriman pupuk khususnya di Sidomakmur dalam satu bulan itu total berapa terus untuk jatah di Desa Sidomakmur itu berapa. Sehingga, kami bisa mengkalkulasi ketika ada 16 kelompok tani dalam satu bulan itu keluar berapa diakurkan dengan penerimaan itu sinkron tidak," harap Joko di penghujung pembicaraan. (*)