Ken Setiawan: Polisi Jadi Target Kelompok Teroris untuk Kuasai Persenjataan

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan. Foto: Dok.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Fenomena anggota polisi terpapar paham terorisme bukanlah hal baru. Banyak kasus terorisme yang melibatkan seorang aparat kepolisian, seperti Sofyan Tsauri, bahkan ada anggota polisi di Jambi yang bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mengungkapkan, berbagai latar belakang yang menyebabkan anggota polisi terpapar terorisme, seperti faktor pertemanan sampai belajar dengan guru yang salah.
Menurut Ken, dua anggota polisi di Lampung terduga teroris yang ditangkap oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri diduga merupakan jaringan lama seperti bom Bali.
Ia menilai, keduanya terpapar terorisme dikarenakan faktor pergaulan dan bisa juga karena faktor ekonomi. Namun kemungkinan saja secara pemikiran sudah menjadi simpatisan bagi para terorisme walaupun secara ideologi dia tidak terpapar total, namun jaringan bersenjata ini sangat membahayakan.
"Tidak mungkin dia menyerahkan senjata begitu saja dengan orang yang tidak jelas. Piling tidak dia sudah berafiliasi secara pemikiran lewat pertemanan. Pasti ada unsur kepercayaan,” kata Ken, saat dihubungi kupastuntas.co melalui sambungan telepon, Selasa (15/11/2022).
Baca juga : Densus 88 Dikabarkan Amankan Dua Polisi Pemasok Amunisi ke Terduga Teroris, Ini kata Polda Lampung
Dikatakan Ken, aparat penegak hukum menjadi target bagi para teroris agar dapat menguasai persenjataan. Sebab kata dia, untuk melakukan kudeta mustahil tanpa aparat.
"Orang yang terafiliasi dengan jaringan terorisme orientasinya adalah kekuasaan, salah satu cara merebut kekuasaan dengan mudah yaitu lewat kudeta. Dan cara untuk kudeta yaitu minimal dia berinteraksi dengan aparat sehingga memiliki akses senjata. Akses senjata ini berbahaya sekali,” ungkapnya.
Ken mendesak harus ada ketegasan dari pimpinan Polri untuk pembinaan terhadap personelnya di lapangan. Sebab menurutnya tugas polisi memberantasa kemungkaran sudah dinilai jihad.
"Pimpinan di tingkat Polri ini harus mengevaluasi, paling tidak ada pembinaan bagaimana seorang aparat hidup bermasyarakat, bagaimana batasan-batasannya,” ucapnya.
"Cukup menjadi polisi yang baik, melindungi, mengayomi, melayani masyarakat. Ini yang tidak dipahami karena berguru dengan orang yang salah, berteman dengan orang yang salah, sehingga ia terpapar terorisme sampai melawan pimpinan karena dianggap pimpinannya tidak satu pemahaman,” pungkasnya. (*)
Video KUPAS TV : Densus 88 Amankan Dua Oknum Polisi Pemasok Amunisi ke Terduga Teroris
Berita Lainnya
-
Kejati Tetapkan Subandi Bachri Tersangka Korupsi Proyek Gerbang Rumah Dinas Bupati Lamtim
Senin, 16 Juni 2025 -
Faishol Djausal dan Taufik Hidayat Kembalikan Berkas Pendaftaran Ketua Umum KONI Lampung
Senin, 16 Juni 2025 -
Lima Remaja Ditetapkan Tersangka Kasus Tawuran Bersenjata di Bandar Lampung
Senin, 16 Juni 2025 -
Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP UNILA Kunjungi Komisi V DPRD Lampung Bahas Isu Pendidikan
Senin, 16 Juni 2025