• Sabtu, 10 Mei 2025

Curhatan Emak-emak PKL: Kami Cuma Cari Makan

Selasa, 08 Februari 2022 - 13.47 WIB
409

Idawati (49) pedagang jambu kristal di Jalan. Ahmad Yani yang protes lantaran lapak dagangannya diamankan di kantor Pol-PP. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - "Kami bukan cari kaya, kami hanya cari makan." Begitulah curahan hati Idawati (49), seorang emak-emak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang lapak dagangannya terjaring razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Metro, Selasa (8/2/2022).

Kepada awak media, ia melontarkan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah yang melakukan penertiban tanpa memberikan solusi. Idawati juga meminta Walikota Metro Wahdi mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap pedagang kecil.

"Seandainya bertemu dengan Walikota, kami minta kebijaksanaan, keringanan, dan mengertilah kami yang rendah ini. Jangan cuma perjanjian waktu dia lagi nyalon, sekarang kami dianggap merusak pemandangan," kata Idawati kepada awak media saat mendatangi kantor Satpol-PP Kota Metro untuk meminta kembali lapak dagangan miliknya.

Wanita yang berjualan jambu kristal di trotoar Jalan Ahmad Yani tersebut mengaku bahwa profesi yang dilakoninya bukan semata-mata mencari kekayaan melainkan guna menyambung kehidupan.

"Oke merusak pemandangan, tapi kami masyarakat kecil mau makan. Jadi mendingan pemandangan apa kami orang pedagang kecil ini nggak makan, mati kami orang kalau tidak makan. Apa mereka mau tau, kan tidak. Kami ini butuh hidup, bukan mau cari kaya, cuma mau mau cari makan," bebernya.

Ida juga menceritakan, ia menjajakan dagangannya di trotoar jalan tersebut guna menyambung hidup. Ia juga mengaku terpaksa meminjam uang riba untuk modal dirinya berjualan jambu kristal.

BACA JUGA: Tertibkan Tiga Ruas Jalan, Pol-PP Kota Metro Angkut Lapak PKL

"Bisa dicek modal jambu berapa dan modal etalase sebagainya berapa, dagang cuma Rp 5 sampai Rp 10 Ribu saja, tidak banyak. Bisa dilihat, rumah kami juga ngontrak, kami bukan orang-orang kaya yang dagang di pinggir jalan ini. Kami sampai pinjem uang riba, itu cuman untuk modal. Kalau udah diangkat kayak gini, dagang udah nggak konsentrasi, perasaan udah nggak enak. Gimana lagi mau dapet rezeki, ini perjuangan," keluhnya.

Meski petugas melakukan penertiban dengan cara yang santun, namun ia tetap memohon agar Walikota dapat menghadirkan solusi dari penertiban yang dilakukan.

"Mulai dari saya dagang kerupuk sampai saat ini dagang jambu kristal, saya emang sering bertentangan dengan Pol-PP karena saya dagang di pinggir jalan memang. Memang sudah dijelaskan sama Pol-PP kalau itu dilarang, maksud saya minta kebijaksanaan untuk pedagang yang rendah-rendah kayak kami ini," imbuhnya.

Dirinya juga mengaku takut tiap kali petugas Pol-PP melakukan patroli. Ia khawatir barang dagangannya kembali diangkut lantaran dilarang oleh petugas.

"Kami orang aja kadang melihat Pol-PP berdebar-debar, karena kami emang merasa salah. Tapi kami kan harus hidup, cari rejeki, cari makan," pungkasnya.

Hal senada diutarakan Nur Rido (30), salah seorang pedagang buah di lapak buah Ibu Rodiah tersebut juga mengeluhkan hal serupa. Ia berharap pemerintah hadir dan memberikan solusi bagi PKL di sepanjang bahu jalan.

"Biasanya buka dari pagi jam 5 subuh sampai 10 malam. Sudah beberapa bulan, disini tidak nyewa. Saya tidak tau kalau dagang disini dilarang, taunya yang penting rapih tidak menggangu jalan. Ya nanti saya bilang dulu untuk beresinnya," tandasnya. (*)

Video KUPAS TV : DIDUGA AC STANDING MENYALA 24 JAM, AULA DISDIKBUD KEBAKARAN