• Minggu, 17 November 2024

Melihat Data Pasien Covid-19 di Lampung (Habis) IDI : Kematian Tinggi Karena Tracing Rendah

Jumat, 30 April 2021 - 07.54 WIB
220

Foto: Ist.

Bandar Lampung, Kupastuntas.co - Tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Lampung menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bandar Lampung akibat tracing yang rendah. Dulu pemeriksaan sampel sampai 300 per hari, saat ini hanya tinggal 150 sampel.

Ketua IDI Kota Bandar Lampung dr. Aditya M Biomed mengatakan, tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Lampung akibat rendahnya angka pembanding sampel tes PCR. Sehingga wajar jika Provinsi Lampung angka kematian pasien Covid-19 nomor dua Nasional.

Baca juga: Melihat Data Pasien Covid-19 di Lampung (Bagian 1) Klaim Satu Rumah Sakit Rp 24,6 M

Aditya menjelaskan, sejak dulu angka kematian di Lampung memang tinggi. Tim pemeriksa di Labkesda Provinsi Lampung ini mengaku ragu apakah penanganan Covid-19 sudah berjalan maksimal atau belum. Sebab, setiap hari ia ikut memeriksa sampel pasien Covid-19 dari seluruh wilayah di Provinsi Lampung.

“Terutama tentang tracing. Pasalnya pemeriksaan jumlah sampelnya tidak pernah maksimal sehingga persentasenya kecil.  Kita bisa membandingkan jumlah sampel yang sudah diperiksa dengan jumlah penduduk di Lampung. Saya rasa belum optimal,” ujarnya, baru-baru ini.

Ia menegaskan, sangat wajar apabila angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Lampung tinggi, karena perbandingan angkanya atau angka pembaginya tidak maksimal.

"Sangat jauh apabila dibandingkan dengan pulau Jawa, yang masif melakukan pemeriksaan tes PCR. Jadi angka pembandingnya besar, maka biasanya angka kematiannya akan rendah. Tapi kalau kita angka pembandingnya sedikit, jadi angka kematiannya terlihat besar," ujarnya.

Aditya mengungkapkan, pemeriksaan sampel pasien dengan alat tes PCR tidak mudah, sebab membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam sampai mengetahui hasilnya. Setelah keluar hasil pun masih dilakukan verifikasi untuk memastikan hasilnya valid.

“Jadi memang ada kaidahnya untuk menentukan negatif atau positif. Bahkan ada hasil yang tidak terdeteksi. Apabila tidak terdeteksi maka dilakukan pemeriksaan ulang atau diswab ulang. Tes PCR itu memang rumit. Jika sudah diperiksa hasilnya positif, kita langsung masukan datanya secara Nasional," terang dia.

Ia menuturkan, sampai kini masih belum yakin pelaksanaan penanganan Covid-19 di Provinsi Lampung berjalan maksimal. Ia mencontohkan, dulu dalam sehari bisa memeriksa 300 sampel. Namun saat ini tidak pernah sampai 150 sampel.

“Terlihat menurun. Tapi justru ini yang ditakutkan, apakah memang ini mengalami penurunan atau karena tidak dilakukan tracing tadi," tandasnya.

Baca juga: Melihat Data Pasien Covid-19 di Lampung (Bagian 2) RSUD Abdul Moeloek Ditaksir Terima Klaim 73 M

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana menjelaskan, tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Lampung didominasi oleh pasien lanjut usia (lansia) yang memiliki lebih dari dua penyakit penyerta.

"Setelah dilakukan evaluasi, kebanyakan yang meninggal usianya di atas 60 tahun. Kita ketahui jika di atas 60 tahun itu 19,5 kali akan lebih buruk daripada yang usia di bawah 60 tahun," kata Reihana.

Ia melanjutkan, sebagian besar pasien Covid-19 yang meninggal dunia memiliki penyakit penyerta seperti ginjal, hipertensi, jantung dan diabetes melitus.

"Tidak hanya memiliki satu kormobid namun lebih dari satu. Kita tahu setiap kormobid memiliki beberapa kali perburukan. Paling tinggi adalah ginjal 13,5 kali menjadi jelek. Kemudian hipertensi, jantung dan diabetes melitus," ungkapnya.

Menurutnya, untuk menentukan angka kematian pasien Covid-19 tergantung dengan angka pembagi dari kasus positif Covid-19. Sementara saat ini angka kasus positif Covid-19 di Lampung sudah menunjukkan penurunan.

Baca juga: Melihat Data Pasien Covid-19 di Lampung (Bagian 3) Pasien Negatif Menjadi Positif

"Kasus kita sudah mulai landai. Kenapa kasus kematian tinggi karena yang menderita rendah, jadi pembaginya jadi tinggi. Kasus sudah landai tapi kematian kita yang sudah lansia dengan satu atau dua kormobid naik. Sehingga sudah pasti angka kematian kita tinggi," katanya.

Pihaknya terus melakukan perluasan tracing untuk menemukan kasus baru Covid-19. Jika ditemukan satu pasien positif, maka tracing bisa dilakukan hingga kepada 40 orang yang pernah kontak erat.

"Perluas tracing terus dilakukan, jika ditemukan positif banyak memungkinkan angka kematian kita nanti pembaginya akan turun. Memang bagaikan makan buah simalakama," imbuhnya.

Reihana menambahkan, klaim biaya perawatan dan pemulasaraan pasien Covid-19 dilakukan oleh masing-masing rumah sakit kepada pemerintah pusat menggunakan APBN.  

"Kalau klaim pasien anggaran pusat, bukan APBD. Yang tahu masing-masing rumah sakit karena mereka langsung klaim ke pusat," ujarnya.

Data Satgas Penanganan Covid-19 di Provinsi Lampung, per Sabtu (24/4/2021) kasus pasien Covid-19 meninggal di Lampung sebanyak 845 kasus, dengan angka kematian atau case fatality rate 5,4 persen.

Baca juga: Melihat Data Pasien Covid-19 di Lampung (Bagian 4) Usut Dugaan Permainan Rumah Sakit

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo, pada bulan Maret 2021  memberi peringatan kepada Pemerintah Provinsi Lampung terkait tingginya angka kasus kematian akibat penyakit Covid-19 di daerah ini.  

Angka kematian di Provinsi Lampung mencapai 5,32% atau berada di atas rata-rata nasional, yakni 2,71%. Angka kematian Covid-19 Provinsi Lampung berada di peringkat kedua setelah Jawa Timur.

Melalui Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 Provinsi Lampung yang digelar di Kantor Gubernur Lampung, Jumat (19/3/2021), Doni berpesan kepada seluruh unsur Pemerintah Provinsi Lampung agar kembali melakukan evaluasi penanganan Covid-19, terutama pada penanganan pasien dan penderita komorbid serta usia lanjut. (*)

Berita ini sudah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Cetak , Jumat (30/4/2021).

Video KUPAS TV : KONDISI BUMD LAMPUNG MERUGI BEBERAPA TAHUNAN, APA SOLUSINYA? (BAGIAN 1)

Editor :