Pasca Kasus Korupsi, Warga Curhat Pelayanan Buruk RSUD Batin Mangunang Tanggamus: Perawat dan Dokter Jutek

Gedung RSUD Batin Mangunang Tanggamus. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus - Usai terbongkarnya kasus korupsi di Rumah Sakit
Umum Daerah Batin Mangunang (RSUDBM) Tanggamus yang menyeret mantan Direktur
dr. Merry Yosefa, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Marijan, dan pihak swasta Muhamad Taufik, desakan agar
rumah sakit pelat merah itu dibenahi secara total semakin deras terdengar.
Sorotan bukan hanya tertuju pada kasus hukum, tetapi juga pada buruknya
pelayanan rumah sakit yang kerap dikeluhkan pasien dan keluarga mereka. Petugas
pendaftaran hingga perawat dan dokter dinilai bersikap tidak ramah, tidak
sabar, bahkan membuat pasien merasa tidak dihargai.
“Saya bawa orang tua berobat, tapi dari awal masuk sampai selesai malah
kami seperti orang yang menyusahkan. Petugas pendaftaran jutek, perawatnya
pelit senyum, dokter spesialis hanya melirik pasien tanpa sapaan,” ujar Fitri,
warga Kecamatan Kotaagung, Jumat (25/4/2025).
Keluhan senada juga diungkapkan Andi, seorang pasien dari Kecamatan Wonosobo. “Saya duduk berjam-jam menunggu dokter, tapi tidak ada penjelasan dari petugas. Pas ditanya, jawabannya ketus. Kami ini butuh pengobatan dan juga penghargaan sebagai manusia, bukan hanya nomor antrean," katanya.
BACA JUGA: Mantan
Direktur RSUD Batin Mangunang dan Penyedia Alkes Ditetapkan sebagai Tersangka
Korupsi
Keluarga pasien pun mengeluhkan suasana pelayanan yang membuat mereka
tertekan. “Bukannya dapat ketenangan karena sedang merawat anak yang sakit,
malah emosi karena petugas ngomong seenaknya, nada tinggi dan tidak peduli
perasaan kami,” tutur Linda, ibu pasien dari Kecamatan Kotaagung Timur
Kondisi ini membuat kepercayaan publik terhadap RSUDBM merosot tajam. Warga
dari berbagai kecamatan di Tanggamus kini lebih memilih berobat ke rumah sakit
luar kabupaten, seperti ke Kabupaten Pringsewu.
“Warga dari Kecamatan Gisting, Sumberejo, Gunung Alip, Talangpadang,
Pulaupanggung, Air Naningan, apalagi dari Pugung, Limau, Kelumbayan dan
Kelumbayan Barat, lebih memilih rumah sakit Pringsewu. Bisa dihitung jari yang
masih mau ke RSUDBM,” kata Yudi, warga Kotaagung.
Yang masih rutin berobat ke RSUDBM kebanyakan hanya warga dari sekitar
Kecamatan Kotaagung Timur, Kotaagung Pusat, Kotaagung Barat, Wonosobo, Bandar
Negeri Semuong, Semaka, dan Pematangsawa, itupun karena faktor kedekatan
lokasi.
“Boro-boro ada pasien rujukan dari Kabupaten Pesisir Barat ke sini, mereka
pasti langsung ke Pringsewu. Sementara tidak pernah ada warga Pringsewu yang
dirujuk ke RSUDBM,” tambahnya.
Warga bahkan mulai berseloroh menyebut RSUDBM bukan seperti rumah sakit kabupaten,
melainkan seperti rumah sakit kecamatan. “Bangunannya besar, tapi pelayanannya
minim. Banyak yang bilang, ini rumah sakit kabupaten hanya di papan nama.
Nyatanya seperti puskesmas besar yang tidak ramah,” ucap Nurman, tokoh
masyarakat dari Kecamatan Kotaagung.
Dengan kondisi ini, masyarakat berharap Bupati Moh. Saleh Asnawi segera
turun tangan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap RSUDBM. Tuntutan tidak
hanya pada peningkatan fasilitas, tetapi juga pelatihan sikap dan etika petugas
kesehatan.
“Kami tidak butuh bangunan megah kalau pelayanannya seperti ini. Tolong Pak
Bupati, ini wajah pelayanan kesehatan Tanggamus. Jangan dibiarkan hancur
kepercayaannya,” ujar Rahma, keluarga pasien dari Kecamatan Semaka. (*)
Berita Lainnya
-
Mantan Direktur RSUD Batin Mangunang dan Penyedia Alkes Ditetapkan Tersangka Korupsi
Kamis, 24 April 2025 -
Ustadz Abdul Somad Akan Isi Tausiyah dalam Tabligh Akbar di Tanggamus
Rabu, 23 April 2025 -
1.500 Pohon Matoa Ditanam Serentak, Kemenag Tanggamus Gaungkan Gerakan Cinta Bumi
Rabu, 23 April 2025 -
Banjir Terjang Kecamatan Pugung dan Bulok di Tanggamus, 62 Rumah Terendam
Selasa, 22 April 2025