• Jumat, 25 April 2025

Pasca Kasus Korupsi, Warga Curhat Pelayanan Buruk RSUD Batin Mangunang Tanggamus: Perawat dan Dokter Jutek

Jumat, 25 April 2025 - 08.48 WIB
319

Gedung RSUD Batin Mangunang Tanggamus. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Usai terbongkarnya kasus korupsi di Rumah Sakit Umum Daerah Batin Mangunang (RSUDBM) Tanggamus yang menyeret mantan Direktur dr. Merry Yosefa, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Marijan, dan  pihak swasta Muhamad Taufik, desakan agar rumah sakit pelat merah itu dibenahi secara total semakin deras terdengar.

Sorotan bukan hanya tertuju pada kasus hukum, tetapi juga pada buruknya pelayanan rumah sakit yang kerap dikeluhkan pasien dan keluarga mereka. Petugas pendaftaran hingga perawat dan dokter dinilai bersikap tidak ramah, tidak sabar, bahkan membuat pasien merasa tidak dihargai.

“Saya bawa orang tua berobat, tapi dari awal masuk sampai selesai malah kami seperti orang yang menyusahkan. Petugas pendaftaran jutek, perawatnya pelit senyum, dokter spesialis hanya melirik pasien tanpa sapaan,” ujar Fitri, warga Kecamatan Kotaagung, Jumat (25/4/2025).

Keluhan senada juga diungkapkan Andi, seorang pasien dari Kecamatan Wonosobo. “Saya duduk berjam-jam menunggu dokter, tapi tidak ada penjelasan dari petugas. Pas ditanya, jawabannya ketus. Kami ini butuh pengobatan dan juga penghargaan sebagai manusia, bukan hanya nomor antrean," katanya.

BACA JUGA: Mantan Direktur RSUD Batin Mangunang dan Penyedia Alkes Ditetapkan sebagai Tersangka Korupsi

Keluarga pasien pun mengeluhkan suasana pelayanan yang membuat mereka tertekan. “Bukannya dapat ketenangan karena sedang merawat anak yang sakit, malah emosi karena petugas ngomong seenaknya, nada tinggi dan tidak peduli perasaan kami,” tutur Linda, ibu pasien dari Kecamatan Kotaagung Timur

Kondisi ini membuat kepercayaan publik terhadap RSUDBM merosot tajam. Warga dari berbagai kecamatan di Tanggamus kini lebih memilih berobat ke rumah sakit luar kabupaten, seperti ke Kabupaten Pringsewu.

“Warga dari Kecamatan Gisting, Sumberejo, Gunung Alip, Talangpadang, Pulaupanggung, Air Naningan, apalagi dari Pugung, Limau, Kelumbayan dan Kelumbayan Barat, lebih memilih rumah sakit Pringsewu. Bisa dihitung jari yang masih mau ke RSUDBM,” kata Yudi, warga Kotaagung.

Yang masih rutin berobat ke RSUDBM kebanyakan hanya warga dari sekitar Kecamatan Kotaagung Timur, Kotaagung Pusat, Kotaagung Barat, Wonosobo, Bandar Negeri Semuong, Semaka, dan Pematangsawa, itupun karena faktor kedekatan lokasi.

“Boro-boro ada pasien rujukan dari Kabupaten Pesisir Barat ke sini, mereka pasti langsung ke Pringsewu. Sementara tidak pernah ada warga Pringsewu yang dirujuk ke RSUDBM,” tambahnya.

Warga bahkan mulai berseloroh menyebut RSUDBM bukan seperti rumah sakit kabupaten, melainkan seperti rumah sakit kecamatan. “Bangunannya besar, tapi pelayanannya minim. Banyak yang bilang, ini rumah sakit kabupaten hanya di papan nama. Nyatanya seperti puskesmas besar yang tidak ramah,” ucap Nurman, tokoh masyarakat dari Kecamatan Kotaagung.

Dengan kondisi ini, masyarakat berharap Bupati Moh. Saleh Asnawi segera turun tangan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap RSUDBM. Tuntutan tidak hanya pada peningkatan fasilitas, tetapi juga pelatihan sikap dan etika petugas kesehatan.

“Kami tidak butuh bangunan megah kalau pelayanannya seperti ini. Tolong Pak Bupati, ini wajah pelayanan kesehatan Tanggamus. Jangan dibiarkan hancur kepercayaannya,” ujar Rahma, keluarga pasien dari Kecamatan Semaka. (*)