• Kamis, 03 Oktober 2024

Kata Psikolog Soal Aksi Pamer Alat Kelamin di Minimarket: Kemungkinan Ada Trauma Masa Lalu Atau Paparan Pornografi

Kamis, 03 Oktober 2024 - 17.41 WIB
30

Psikolog dari UIN Raden Intan Lampung, Nugroho Arif Setiawan. Foto: Ist

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Aksi tidak senonoh yang dilakukan oleh seorang mahasiswa di Bandar Lampung dengan memamerkan alat kelaminnya kepada kasir minimarket baru-baru ini memicu kemarahan dan kegeraman masyarakat.

Insiden ini menjadi perbincangan hangat, baik di kalangan warga maupun media sosial, dengan banyak pihak mengecam tindakan yang dianggap sangat tidak bermoral tersebut.

Menanggapi kejadian ini, Psikolog dari UIN Raden Intan Lampung, Nugroho Arif Setiawan, memberikan pandangannya terkait perilaku pelaku. Menurut Arif, tindakan seperti ini menunjukkan adanya kecenderungan eksibisionisme, yakni perilaku yang dimotivasi oleh dorongan untuk mencari sensasi melalui pameran tubuh atau bagian intim di depan publik.

BACA JUGA: Viral Pamer Kelamin kepada Kasir Minimarket, Mahasiswa di Lampung Jadi Tersangka

Ia menambahkan bahwa eksibisionisme merupakan bentuk penyimpangan perilaku di mana pelaku mendapatkan kepuasan tertentu ketika memamerkan alat kelaminnya, seolah-olah merasa ada sensasi yang dihasilkan dari tindakan tersebut.

"Secara umum, kita bisa melihat bahwa pelaku kemungkinan mengalami kepuasan pribadi ketika dia memamerkan alat kelaminnya. Namun, untuk mengetahui motif yang lebih mendalam, kita harus melakukan asesmen pada yang bersangkutan. Penting untuk menggali apakah ada trauma masa lalu atau paparan terhadap pornografi yang mempengaruhi perilaku ini," ujar Arif Nugroho, Kamis (3/10/2024).

Arif menekankan bahwa eksibisionisme memiliki berbagai jenis dan salah satu manifestasinya adalah seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut. Ia menjelaskan bahwa setiap kasus eksibisionisme perlu dianalisis secara mendalam karena bisa dipicu oleh berbagai faktor, baik psikologis maupun lingkungan.

Menurutnya, perilaku seperti ini sering kali berakar pada masalah-masalah yang lebih dalam, seperti gangguan kontrol impuls, kurangnya pemahaman sosial, atau bahkan pengalaman traumatis di masa lalu yang tidak diatasi dengan baik.

"Tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai perilaku tidak normal atau "abnormal, " ungkap Arif.

Ia mengimbau masyarakat, khususnya pihak-pihak yang rentan seperti perempuan, untuk memiliki ketegasan dalam menghadapi perilaku seperti ini.

"Untuk perilaku tindakan pornoaksi di depan umum, pihak-pihak yang rentan seperti perempuan harus punya ketegasan sikap untuk menolak dan berani melaporkan setiap kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang," tegasnya.

Menurutnya, perempuan yang menjadi korban harus berani berbicara dan melaporkan insiden ini agar pelaku mendapatkan efek jera.

"Keberanian untuk melapor adalah langkah penting untuk menghentikan tindakan semacam ini. Ini juga dapat memberikan efek jera kepada pelaku dan mencegah terjadinya hal serupa di masa mendatang," tambah Arif.

Aksi pornoaksi di depan umum seperti ini, lanjut Arif, dapat membawa dampak negatif tidak hanya bagi korbannya, tetapi juga bagi masyarakat luas yang merasa terganggu dengan perbuatan yang tidak pantas tersebut.

Ia berharap pihak berwenang dapat mengambil langkah tegas terhadap pelaku, termasuk memberikan sanksi yang sesuai agar dapat memberikan efek jera dan mencegah orang lain untuk melakukan tindakan serupa.

"Pihak keluarga dan lingkungan juga memegang peran penting dalam membantu individu dengan kecenderungan perilaku eksibisionisme untuk mendapatkan bantuan profesional yang tepat, sehingga dapat mencegah terjadinya tindakan serupa di kemudian hari, " tandasnya. (*)