• Rabu, 23 Oktober 2024

Diskoperindag Jelaskan Penyebab Harga Tomat di Lambar Anjlok

Minggu, 27 Maret 2022 - 18.08 WIB
770

Ratusan kilogram tomat dibuang petani akibat harga anjlok di Pemangku Umbul Lioh, Pekon (Desa) Sebarus, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Memasuki masa panen, harga tomat di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) anjlok hingga 70 persen berkisar Rp400-600 per Kg, akibatnya para petani memilih membuang ratusan Kg tomat hasil panen karena kecewa.

Menanggapi permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tri Umaryani mengatakan, anjloknya harga tomat dikarenakan melimpahnya stok barang di pasaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut harus dimulai dari hulu, artinya para petani harus melihat kondisi terkait potensi yang ada, sehingga para petani tidak akan mengalami hal yang sama seperti yang terjadi saat ini.

"Misalnya petani harus melihat apakah potensi yang ada saat ini bisa menguntungkan atau tidak dengan memilih produk tanaman yang memang tidak banyak ditanam oleh petani lain, namun memiliki potensi jual yang bagus, karena jika semua petani menanam produk yang sama otomatis stok akan melimpah dan akan mempengaruhi harga jual," ujarnya, Minggu (27/03/2022).

Baca juga : Harga Tomat Anjlok, Petani Lambar Buang Hasil Panen di Jalan

Sebab Tri Umaryani mengatakan sudah menjadi hukum pasar ketika stok barang melimpah harga akan mengalami penurunan. Permasalahan ini menurutnya bukan hal yang baru dan memang harus menjadi perhatian untuk mencarikan solusi, namun sangat di sayangkan jika para petani membuang hasil panen.

Mayoritas saat ini petani sangat bergantung pada tengkulak, sehingga rantai niaga petani saat ini masih cukup jauh oleh karena itu diharapkan agar para petani bisa mengakses pasar secara mandiri tanpa harus bergantung pada tengkulak.

Selain itu, anjloknya harga tomat hanya terjadi di tingkat petani, sedangkan di pasaran harga tomat masih normal, sehingga ini menjadi tugas bersama untuk mencari solusi, dan Dinas Perdagangan melihat masalahnya karena rantai niaga yang terlalu jauh, jadi petani harus bisa mengakses pasar nya sendiri misalnya dengan membentuk asosiasi petani sayur.

Tri menambahkan, saat ini banyak para petani menggantungkan modalnya kepada tengkulak dengan catatan petani harus menjual hasil panen nya kepada tengkulak, itu yang menyebabkan harga sangat mudah dikendalikan oleh tengkulak sebagai pemodal.

"Permasalahan tersebut saat ini seringkali terjadi, padahal saat ini sudah disediakan solusi dari pemerintah bagi petani untuk mendapatkan modal, seperti KUR, Pinjaman Koperasi dan lainnya yang telah disiapkan oleh pemerintah untuk memudahkan para petani mendapatkan modal," jelasnya.

Petani juga harus mampu meningkatkan kualitas hasil produksi pertanian, termasuk meminimalisir penggunaan pestisida agar kualitas semakin baik di pasaran.

"Sehingga masyarakat tidak lagi membuang hasil panen karena kekecewaan mereka terhadap anjloknya harga tomat. Karena semua itu bisa dimanfaatkan untuk dijadikan olahan makanan atau pun lainnya tanpa membuang hasil panen secara percuma," pungkasnya. (*)


Video KUPAS TV : NELAYAN GANDENG PEMKOT BANDAR LAMPUNG LARUNG KEPALA KERBAU