• Rabu, 10 Desember 2025

Jenazah Ibu Hamil Korban Kebakaran Gedung Terra Drone Jakarta Tiba di Tanggamus

Rabu, 10 Desember 2025 - 14.16 WIB
596

Ibu Hamil Korban Kebakaran Gedung Terra Drone Jakarta Tiba di Tanggamus. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Tanggamus - Embun pagi belum sepenuhnya mengering ketika sebuah ambulans perlahan berhenti di depan rumah sederhana di Pekon Margoyoso, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Rabu (10/12/2025).

Warga yang sejak subuh memadati halaman segera merapat, dan seketika suasana berubah menjadi lautan tangis.

Di dalamnya, peti berwarna cokelat pucat yang membawa pulang Novia Nurwana (28) : anak, istri, saudara dan calon ibu akhirnya tiba di tanah kelahirannya.

Pukul 06.30 WIB, peti itu diturunkan dengan hati-hati. Di antara isak keluarga, suara lirih doa berbaur dengan langkah para tetangga yang ingin mendekat, seolah ingin memastikan bahwa anak lembut yang mereka kenal itu benar-benar telah kembali.

Di sisi lain halaman, beberapa ibu tak kuasa menutup mulutnya saat menangis; sementara keluarga Novia tampak mematung, berusaha tegar di tengah duka yang tak terperi.

Novia adalah satu dari 22 korban meninggal dalam kebakaran hebat di Gedung Terra Drone, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2025) siang.

Ia bekerja di lantai 5, lantai yang kemudian menjadi salah satu titik paling berbahaya ketika asap menebal begitu cepat.

Menurut penuturan sepupunya, Prasetyo, detik-detik terakhir Novia adalah perjuangan panjang mencari jalan pulang.

"Dia mau turun ke lantai satu karena asap makin pekat. Tapi tangga darurat penuh asap, jadi terpaksa naik lagi ke lantai 5. Di situlah dia terjebak...” ujar Prasetyo, dengan suara yang bergetar.

Kabar duka pertama kali diterima keluarga melalui telepon dari pihak suami Novia.

Mereka tak sempat banyak bertanya, kabar itu datang terlalu cepat, terlalu menghantam.

Ketika ditemukan, tubuh Novia masih dalam kondisi utuh.

"Kayaknya dia kehabisan oksigen, bukan terbakar,” lanjut Prasetyo, menahan napas panjang.

Kepergian Novia menjadi pukulan telak bagi keluarga. Ia bukan hanya kehilangan sebagai anak perempuan satu-satunya, tetapi juga harapan sebuah masa depan yang sedang tumbuh dalam dirinya.

Novia tengah hamil dan menantikan kelahiran anak pertamanya pada Januari 2026.

Di mata warga Pekon Margoyoso, Novia adalah gadis santun, tidak banyak bicara, tetapi selalu siap membantu orang tuanya di rumah.

Ia merupakan alumni Teknik Kimia Universitas Lampung (Unila) angkatan 2015, seorang perempuan muda dengan rekam jejak akademik baik.

Sebelum berkarier di perusahaan teknologi drone di Jakarta, Novia sempat mengajar di SMAN 1 Sumberejo, sekolah yang pernah membesarkannya.

Tak heran, sejak pagi para guru, alumni, hingga siswa sekolah itu berdatangan. Di sudut halaman, seorang guru perempuan menyeka air mata sambil berbisik, “Dia anak baik… dia anak yang kami banggakan…"

Dari informasi Dinas Penanggulangan Kebakaran DKI Jakarta, api muncul sekitar pukul 12.43 WIB.

Dugaan sementara, kebakaran dipicu malfungsi baterai litium drone yang sedang disimpan atau diuji di lantai bawah gedung, jenis baterai yang memang sangat sensitif terhadap panas berlebih.

Asap tebal naik cepat ke lantai 3, 4, dan 5, tempat sebagian besar korban ditemukan.

Dari total 76 orang di dalam gedung, 54 selamat, sementara 22 meninggal dunia akibat asfiksia atau kehabisan oksigen.

Lebih dari 20 unit mobil pemadam dikerahkan dan ratusan petugas bergantian memadamkan api hingga sore hari. Seluruh korban kemudian dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi.

Jenazah Novia menjadi salah satu yang teridentifikasi lebih awal. Malam itu juga, proses pemulangan menuju Lampung dilakukan dengan pengawalan keluarga.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan seluruh biaya penanganan dan pemakaman korban ditanggung pemerintah.

Sementara Polda Metro Jaya telah memeriksa saksi-saksi dari manajemen hingga teknisi drone, termasuk memeriksa standar keamanan gedung dan penyimpanan baterai litium.

Menjelang siang, halaman rumah duka semakin penuh. Kursi plastik disusun rapi, tenda darurat dipasang, dan suara tahlil mengisi udara.

Warga dari berbagai pekon di Kecamatan Sumberejo datang silih berganti, sebagian membawa bunga, sebagian membawa makanan, sebagian hanya membawa pelukan dan doa.

Bagi banyak orang, kepergian Novia terasa lebih dari sekadar kabar duka. Ia adalah contoh anak daerah berprestasi yang pergi merantau, membawa harapan keluarga, lalu dipanggil pulang dengan cara yang tak pernah mereka bayangkan.

Di antara pelayat, seorang lansia berbisik lirih, “Anak ini baik… tidak banyak anak sekarang yang pulang bawa nama baik. Tapi… ya Allah, begini cara dia pulang…”

Duka ini mengajarkan banyak hal: tentang beratnya kehilangan, tentang rapuhnya hidup, dan tentang betapa pentingnya keselamatan kerja bagi setiap orang yang sedang membangun masa depan.

Margoyoso kehilangan seorang putri terbaiknya. Dan pagi itu, langit Sumberejo seperti ikut berkabung tenang, redup, dan penuh doa bagi Novia yang kembali dalam hening yang begitu dalam. (*)