• Selasa, 02 Desember 2025

BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera Bertambah Jadi 631 Orang

Selasa, 02 Desember 2025 - 11.05 WIB
27

Penampakan banjir dahsyat yang menghantam wilayah Sumatera Barat. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memperbarui data korban meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor di pulau Sumatera yang meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar).

BNPB merilis jumlah korban meninggal total menjadi 631 orang. Data tersebut diperbarui BNPB melalui situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB), Selasa (2/12/2025) pukul 10.01 WIB yang dilansir Detikcom.

Dalam situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB) tersebut tertulis 'Rekapitulasi Terdampak Bencana'. Rinciannya, jumlah korban meninggal 631 jiwa, jumlah korban hilang 472 jiwa, jumlah terluka 2.600 jiwa, jumlah korban terdampak 3,2 juta jiwa dan jumlah korban mengungsi 1 juta jiwa

Adapun kabupaten yang terdampak sebanyak 50 kabupaten. Selain mengakibatkan korban jiwa dan mengungsi, bencana ini mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah warga.

Rinciannya, rumah rusak berat 3.500 unit, rumah rusak sedang 2 ribu, rumah rusak ringan 3.500 unit, fasilitas pendidikan rusak 322 unit dan jembatan rusak 277 unit.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan meninjau kembali dokumen persetujuan lingkungan perusahaan-perusahaan di wilayah terdampak banjir dan longsor di Aceh, Sumut dan Sumbar termasuk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru.

Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan sudah meminta jajaran terkait melakukan kajian ulang persetujuan lingkungan.

"Kemudian kita juga akan me-review semua persetujuan di situ. Jadi, kita akan menggunakan kondisi siklon tropis ini sebagai baseline dari curah hujan. Artinya, semua kajian lingkungan harus di atas itu kemampuannya," kata Hanif dikutip Antara, Senin (1/12/2025).

KLH/BPLH akan memanggil delapan perusahaan yang beraktivitas di DAS Batang Toru untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait aktivitas mereka di wilayah itu. Hal itu dilakukan untuk menelusuri gelondongan kayu yang terseret banjir di wilayah Sumatera.

Dengan data verifikasi awal dan jika sudah mendapatkan data-data yang diperlukan maka pihaknya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah banjir dan longsor terulang.

"Apakah penghentian kegiatan dan seterusnya. Karena ini memang sudah terjadi bencana. Ini kan memang harus ada yang tanggung jawab ya terkait dengan bencana ini," jelasnya.

Hanif mengakui bahwa masih ada ketidakmampuan untuk mendeteksi potensi bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim. Termasuk dalam kasus bencana di Sumatera yang dipengaruhi Siklon Tropis Senyar, sebuah fenomena langka di mana siklon terbentuk di dekat khatulistiwa.

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi dia harapkan dapat menjadi pembelajaran agar tidak terulang kembali, termasuk dengan memastikan kesiapan daya dukung dan daya tampung lingkungan. (*)