• Selasa, 02 Desember 2025

Bangun Furniture dari Sampah Warga Metro, PSN Desak Kolaborasi Serius Pemkot

Selasa, 02 Desember 2025 - 08.48 WIB
76

Founder Pesantren Sampah Nusantara (PSN), Slamet Riyadi saat memamerkan karya kursi berbahan limbah plastik plastik. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Pesantren Sampah Nusantara (PSN) Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, kembali membuat gebrakan melalui inovasi pemanfaatan sampah menjadi produk furnitur bernilai ekonomi tinggi.

Di tengah persoalan sampah yang terus menjadi masalah tahunan di Kota Metro, PSN justru menunjukkan bahwa sampah bukan sekadar limbah, melainkan sumber ekonomi yang dapat menghidupkan dapur warga.

Founder PSN, Slamet Riyadi menegaskan bahwa pihaknya saat ini telah menggandeng 160 kepala keluarga di wilayah Metro Utara yang menjadi donatur sampah. Mereka secara konsisten menyedekahkan sampah rumah tangga, baik organik maupun non-organik untuk diberdayakan.

"Kami ada 160 kepala rumah tangga di wilayah Metro Utara yang telah menjadi donatur sampah dan selalu mensedekahkan sampahnya. Baik sampah organik maupun non-organik. Yang organik kami manfaatkan untuk pupuk dan pakan magot, sedangkan non-organik kami olah menjadi produk karya seperti furnitur ini," kata Slamet Riyadi kepada Kupastuntas.co, Selasa (2/12/2025).

Tak hanya sebagai upaya penyelamatan lingkungan, gerakan ini juga bertujuan membangun ekonomi kreatif akar rumput melalui industri furnitur hasil daur ulang. Dari botol plastik, kayu bekas, dan berbagai material tidak terpakai, PSN menciptakan meja, kursi dan aneka souvenir kerajinan yang mulai dilirik konsumen.

Slamet menegaskan bahwa pemerintah daerah sejatinya memiliki peluang besar untuk mengembangkan inovasi berbasis komunitas semacam ini. Menurutnya, pemkot justru belum memaksimalkan potensi warga yang bergerak aktif secara mandiri.

"Ini peluang besar bagi Pemerintah Kota Metro untuk menangkap inovasi-inovasi masyarakat yang bisa go nasional maupun internasional. Kami berharap pemerintah dapat memberikan dukungan yang aktif, bukan sekadar hadir saat kegiatan seremonial," ungkapnya.

PSN menilai bahwa perjalanan Metro menuju penghargaan Adipura tidak akan pernah berhasil jika pendekatan pemerintah masih sebatas formalitas tanpa sentuhan nyata kepada basis komunitas.

"Kami berharap peran serta pemerintah tidak hanya pada kegiatan seremonial, tapi benar-benar menyentuh kepentingan publik secara luas, khususnya dalam menjemput Adipura yang kita dambakan," tegasnya.

Menurut Slamet, selain menjadikan Metro kota bersih, gerakan pengolahan sampah mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga.

"Kami berkomitmen mendukung pemerintah dalam menyiapkan produk daur ulang berbahan sampah untuk pemberdayaan masyarakat, agar menghasilkan tambahan cuan di dapur setiap rumah warga," harap Slamet.

Slamet juga mengajak Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro agar turun tangan dalam persoalan sampah dan pemberdayaan ekonomi kreatif.

"Ayo dong, waktunya Pak Wali dan Pak Wakil peduli urusin sampah di Metro dan bantu dapur masyarakat lewat pemanfaatan sampah. Saya yakin Pak Wali dan Pak Wakil punya cita-cita yang sama untuk mewujudkan kota bersih dengan pelaku ekonomi kreatif yang tumbuh dan berdampak pada peningkatan ekonomi kerakyatan," serunya.

PSN menilai bahwa tantangan terbesar pemerintahan saat ini adalah keberanian mengambil kebijakan strategis terkait pengelolaan sampah dan ekonomi hijau.

"Penanganan sampah dan pemanfaatannya sebagai produk bernilai ekonomi adalah tantangan besar bagi Pemerintahan Bambang–Rafieq. Dan untuk menjawab tantangan itu, kami siap menjadi mitra strategis pemerintah," tandasnya.

Gerakan seperti PSN membuktikan bahwa perubahan besar lahir dari gerakan kecil masyarakat. Namun, tanpa kebijakan yang berpihak, inovasi hanya akan menjadi dokumentasi seremonial tanpa dampak sistemik.

Kota Metro selama bertahun-tahun berbicara tentang Adipura, tetapi realisasi pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masih jalan di tempat. Kini publik menunggu apakah Pemkot Metro akan masuk ke arena kerja nyata atau kembali asyik dalam panggung seremonial. (*)