• Minggu, 28 Desember 2025

SMART TANI, Inovasi Pemkot Bandar Lampung untuk Memetakan Produksi dan Stabilkan Pasar

Jumat, 14 November 2025 - 17.31 WIB
76

Kepala Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung, Dedeh Ernawati Fauzie (pegang mic) saat koordinasi Stakeholder program Smart Tani, Jumat (14/11/2025). Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sesuai arahan Wali Kota Bandar Lampung mengenai percepatan pengembangan inovasi daerah dan juga transformasi digital di sektor publik, Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung berencana menelurkan suatu inovasi sistem data dan informasi pertanian berbasis digital, yaitu Sistem Modernisasi Administrasi Responsif Terintegrasi Layanan Pertanian (SMART TANI). 

Kepala Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung, Dedeh Ernawati Fauzie menyampaikan, SMART TANI ini sebagai upaya mewujudkan sistem data dan informasi pertanian yang lebih modern, responsif, dan terintegrasi dalam upaya meningkatkan tata kelola perencanaan sektor pertanian berbasis data sebagai upaya peningkatan produksi.

Menurutnya, ketersediaan data yang kuat menjadi kunci untuk mendukung arahan Presiden terkait tata kelola pangan nasional.

"Sekarang data ini penting untuk mendukung Asta Cita Presiden. Dengan data kita bisa tahu berapa luas lahan pertanian dan produksinya, sehingga kebijakan untuk meningkatkan produksi bisa tepat sasaran," kata Dedeh Ernawati, Jumat (14/11/2025). 

Ia menambahkan, dengan dukungan data yang akurat , pemerintah dapat segera mengetahui penyebabnya jika terjadi penurunan produksi. 

"Sistem data terintegrasi ini, jika terjadi target produksi tidak tercapai maka dengan mudah diketahui apa persoalannya untuk meningkatkan produksinya," jelasnya.

Dedeh Ernawati menjelaskan, padi memiliki dua sampai tiga kali masa panen dalam setahun, namun program SMART TANI tidak hanya berfokus pada komoditas padi saja.

Mengingat lahan sawah di Bandar Lampung terbatas, pemkot mengembangkan kolaborasi bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk memanfaatkan pekarangan rumah dalam menanam cabai, sayuran, dan komoditas lain penyangga kebutuhan harian.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan yang sering menjadi pemicu inflasi daerah.

"Sawah di Bandar Lampung tidak banyak, jadi kita bekerja sama dengan KWT untuk pemanfaatan pekarangan rumah. Tanam cabai, sayuran, agar suplai tetap ada dan harga tidak melonjak," katanya.

Berdasarkan SK Menteri ATR/BPN tentang luas baku lahan sawah nasional, Kota Bandar Lampung saat ini memiliki 466,8 hektar lahan sawah yang tersebar di 10 kecamatan. Jumlah tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu lahan irigasi dan lahan tadah hujan.

Kecamatan Rajabasa menjadi wilayah dengan area pertanian terbesar. Rinciannya meliputi: Lahan irigasi: 124,186 hektar, Lahan tadah hujan: 37,14 hektar. Total: 223,14 hektar. 

"Meski kecil dibandingkan daerah lain di Provinsi Lampung, pemerintah kota tetap berupaya mempertahankan lahan tersebut sebagai bagian dari program nasional swasembada pangan, " tandasnya. (*)