• Sabtu, 08 November 2025

Puluhan Rumah di Way Nipah dan Kapuran Tanggamus Rusak Dihantam Ombak Tinggi

Sabtu, 08 November 2025 - 09.30 WIB
30

Tampak air laut pasang memasuki pemukiman warga. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus – Dua kawasan pesisir di Kabupaten Tanggamus, yakni Pekon Way Nipah di Kecamatan Pematangsawa dan Perkampungan Nelayan Pantai Kapuran di Kelurahan Pasarmadang, Kecamatan Kotaagung, dilanda gelombang pasang dan angin kencang pada Jumat malam (7/11/2025).

Peristiwa alam itu menimbulkan kerusakan puluhan rumah, membuat warga panik, dan memicu peringatan dini terhadap potensi gelombang susulan di perairan Teluk Semaka.

Di Way Nipah, air laut mulai naik sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Ombak besar menerjang permukiman hingga mencapai area Balai Pekon. Sedikitnya 15 rumah warga rusak, beberapa di antaranya roboh diterjang air laut.

Kepala Pekon Way Nipah, Aprial, mengatakan fenomena pasang tinggi ini bukan kejadian biasa.

“Kami mengimbau seluruh warga pesisir agar tetap waspada. Air laut sudah masuk ke rumah-rumah, dan gelombangnya tinggi sekali. Kami berharap BPBD segera turun tangan dan membantu warga yang terdampak,” ujarnya.

Warga setempat, Juli, mengaku terkejut dengan datangnya ombak besar yang terjadi tanpa tanda-tanda sebelumnya. “Tiba-tiba air laut masuk. Kami hanya sempat menyelamatkan anak dan barang penting,” katanya.

Sementara itu, di Pantai Kapuran, Kotaagung, gelombang pasang disertai angin kencang menghantam sekitar pukul 19.00 WIB, menyebabkan 18 rumah rusak berat dan satu rumah hilang terseret arus laut.

Beberapa bangunan, termasuk TPQ Pengajian Abdullah, juga dilaporkan rusak parah. Warga berhamburan menyelamatkan diri ke tempat aman.

Lurah Pasar Madang, Mega Sari, mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan BPBD Tanggamus dan Destana (Desa Tangguh Bencana) untuk melakukan pendataan serta menyalurkan bantuan.

“Prioritas utama kami keselamatan warga. Kami sudah menyalurkan bantuan darurat, termasuk kebutuhan makan dan tempat tinggal sementara. Pendataan masih terus dilakukan,” ujar Mega Sari.

Hingga Sabtu pagi, BPBD Kabupaten Tanggamus telah menurunkan tim untuk melakukan asesmen lapangan.

Azhar, dari BPBD Tanggamus menyatakan pihaknya tengah menyiapkan langkah tanggap darurat dan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi terkait perbaikan talud pemecah ombak yang rusak berat.

Tokoh masyarakat setempat, Mamat  menilai peristiwa ini sebagai sinyal kuat agar pemerintah segera memperkuat infrastruktur pertahanan pesisir.

“Talud di Pantai Kapuran sudah lama rusak, dan ombak kali ini menghancurkannya. Kalau tidak segera diperbaiki, bukan hanya rumah, tapi keselamatan warga yang jadi taruhannya,” tegasnya.

Dari pantauan di lapangan, warga di dua wilayah terdampak kini bergotong royong membersihkan lumpur dan puing-puing bangunan. Tidak ada laporan korban jiwa, namun kerugian material ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, BMKG Panjang, menjelaskan bahwa gelombang tinggi di perairan Teluk Semaka dan pesisir barat Lampung disebabkan oleh aktivitas angin barat daya yang menguat hingga 25 knot, dengan tinggi gelombang mencapai 2,5 hingga 4 meter.

“Fenomena pasang air laut (high tide) yang bertepatan dengan gelombang tinggi akibat tekanan udara rendah di Samudra Hindia menyebabkan air laut meluap hingga ke daratan pesisir. Kondisi ini diperkirakan masih berpotensi terjadi dalam dua hingga tiga hari ke depan,” ungkap pihak BMKG.

BMKG juga mengimbau masyarakat pesisir, terutama di wilayah Pematangsawa, Kotaagung, hingga Cukuhbalak, agar tidak beraktivitas terlalu dekat dengan garis pantai, mengingat cuaca ekstrem masih dapat memicu abrasi dan gelombang susulan. Nelayan diminta menunda aktivitas melaut sementara waktu.

Musibah yang menimpa Way Nipah dan Kapuran ini menjadi peringatan keras bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus agar memperkuat sistem mitigasi bencana pesisir.

Selain memperbaiki talud dan menambah rambu peringatan dini, masyarakat berharap adanya penataan permukiman baru yang lebih aman dari ancaman abrasi dan pasang laut.

“Kami berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah. Ini bukan hanya bencana sesaat, tapi ancaman yang terus berulang,” ujar Aprial, Kepala Pekon Way Nipah menutup keterangannya. (*)