• Sabtu, 08 November 2025

Harimau Sumatera Tertangkap di Sukabumi Lambar Mati dalam Perawatan

Sabtu, 08 November 2025 - 18.39 WIB
148

Proses evakuasi harimau sumatera usai masuk perangkap warga di Pemangku Kali Pasir, Pekon (Desa) Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, beberapa waktu lalu. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung -Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama “Bakas” yang dikenal agresif, dilaporkan mati pada Jumat, 7 November 2025. Kabar duka ini disampaikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu setelah dilakukan pemeriksaan medis oleh tim dokter hewan.

Bakas merupakan harimau jantan dengan Nomor ID 13 RL Male yang sebelumnya dievakuasi dari kawasan Talang Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, pada 29 Oktober 2025. Satwa ini ditemukan dalam kondisi terluka dengan sejumlah bekas luka lama di tubuhnya.

Menurut rilis laporan BKSDA yang diterima Kupas Tuntas, luka yang ditemukan meliputi bagian pangkal pinggang kiri atas, bekas ikatan melingkar di area pinggang, serta kehilangan jari keempat dan kelima pada kaki kanan depan. Luka-luka tersebut diduga merupakan cedera lama sebelum proses penyelamatan dilakukan.

Setelah berhasil dievakuasi, Bakas sempat mendapatkan perawatan intensif di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Lampung. Namun, perilaku harimau tersebut cenderung agresif dan sering menunjukkan reaksi defensif terhadap lingkungan sekitarnya.

Atas pertimbangan keamanan serta kondisi kandang angkut di PPS yang mengalami kerusakan dan berpotensi dijebol, pihak BKSDA Bengkulu memutuskan untuk memindahkan Bakas ke Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau Lampung. Pemindahan dilakukan guna memastikan perawatan yang lebih aman dan memadai.

Selama berada di PPS Lampung, Bakas dilaporkan dalam kondisi fisik yang stabil namun tetap memperlihatkan perilaku agresif. Petugas pun menyiapkan langkah-langkah pengamanan ekstra selama proses pemindahan berlangsung.

Namun, insiden tragis terjadi saat proses pemindahan dari kandang angkut menuju kandang perawatan di LK Lembah Hijau. Harimau sempat berhasil masuk ke kandang perawatan, tetapi tak lama kemudian menabrakkan diri ke dinding dan pintu kandang secara berulang.

Menurut keterangan petugas di lokasi, Bakas menabrakkan tubuhnya sebanyak tiga kali berturut-turut. Pada benturan ketiga, harimau itu terjatuh, mengalami kejang, dan tak lagi menunjukkan respons gerak. Tim dokter hewan segera melakukan pemeriksaan dan menyatakan harimau tersebut telah meninggal dunia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pasca kematian yang dilakukan oleh drh. Sugeng Dwi Hastono pada Jumat malam pukul 19.40 WIB, penyebab kematian Bakas adalah pendarahan otak akibat benturan benda tumpul yang memicu kematian otak (brain death).

Pihak BKSDA Bengkulu memastikan seluruh proses penanganan dan pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur medis dan standar kesejahteraan satwa yang berlaku. Saat ini, kadaver harimau telah diamankan di PPS Lampung dan untuk sementara akan dititipkan di LK Lembah Hijau.

Kepala BKSDA Bengkulu, Himawan Sasongko, menyampaikan rasa duka mendalam atas kematian satwa dilindungi tersebut. Ia menegaskan bahwa kematian Bakas menjadi bahan evaluasi penting bagi lembaga konservasi agar lebih siap menangani satwa dengan perilaku agresif.

BKSDA juga berencana melakukan sejumlah perbaikan pada fasilitas kandang dan sistem keamanan di PPS Lampung. Langkah ini diambil untuk meminimalkan risiko serupa terhadap satwa lain di masa mendatang.

Selain itu, BKSDA Bengkulu bersama PPS Lampung dan LK Lembah Hijau akan memperkuat kerja sama dalam pemantauan perilaku satwa liar yang dievakuasi, terutama yang menunjukkan tanda-tanda stres atau agresivitas tinggi.

Sebelumnya diberitakan, seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) tertangkap dalam jebakan yang dipasang petugas gabungan di wilayah Pemangku Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, Selasa (28/10/2025).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Kupas Tuntas, penangkapan terjadi setelah petugas memasang perangkap di sekitar area hutan tempat harimau sebelumnya berkeliaran dan menyerang seorang petani beberapa waktu lalu.

Pemasangan jebakan dilakukan sebagai langkah antisipasi agar satwa liar tersebut tidak kembali menyerang warga.

Sekretaris Desa Sukabumi, John Erland, membenarkan kabar tertangkapnya harimau sumatera tersebut.

Menurutnya, keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama antara petugas gabungan dan warga yang sejak beberapa hari terakhir melakukan pemantauan di sekitar lokasi.

“Benar, seekor harimau sumatera sudah tertangkap di jebakan yang dipasang petugas gabungan. Saat ini petugas masih berada di lokasi untuk menunggu proses pembiusan dan evakuasi,” ujar John Erland, Selasa (28/10/2025).

Hasil pemeriksaan awal menunjukkan, harimau berjenis kelamin jantan dan berusia dewasa itu mengalami luka terbuka di bagian kaki dan pinggang. Luka tersebut diduga akibat jeratan sebelum satwa itu masuk ke dalam kandang jebak yang dipasang oleh petugas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS).

Dokter hewan BBTNBBS, drh. Erni Suyanti, menjelaskan luka jerat pada bagian pinggang sudah dalam keadaan terbuka dan cukup dalam, sementara luka di bagian kaki tampak bekas lilitan kawat. Selain itu, terdapat luka gesekan ringan yang kemungkinan timbul saat proses evakuasi di dalam kandang jebak.

“Kondisi harimau cukup baik dan responsif. Namun, ada dua luka jerat di bagian kaki dan pinggang yang perlu penanganan intensif. Luka di pinggang sudah terbuka dan harus segera dirawat agar tidak terinfeksi,” jelas drh. Erni, Rabu (29/10/2025).

Ia menambahkan, tim medis saat ini sedang menyiapkan pemeriksaan detail terhadap individu harimau tersebut untuk memastikan identitasnya. Pemeriksaan itu meliputi analisis morfologi, pola loreng, hingga uji DNA untuk mengetahui apakah satwa ini pernah terlibat dalam konflik dengan manusia di wilayah Suoh, Bandar Negeri Suoh (BNS), atau Batu Brak.

“Kami akan lakukan identifikasi menyeluruh melalui pola loreng dan uji DNA. Dari hasil itu akan diketahui apakah harimau ini individu yang sama dengan yang pernah memangsa manusia di wilayah BNS, Suoh, atau Batu Brak,” ungkapnya. (*)