BKAP Pematangsawa Lanjutkan Pembukaan Jalan Way Nipah–Tampang Tua
Kupastuntas.co, Tanggamus – Badan Kerjasama Antar Pekon (BKAP) Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus terus melanjutkan pembukaan badan jalan penghubung antara Pekon Way Nipah dan Pekon Tampang Tua, Kabupaten Tanggamus, Jumat (7/11/2025).
Meski hanya mengandalkan satu unit alat berat jenis ekskavator, pekerjaan di lapangan tetap berlangsung berkat dukungan penuh masyarakat dari sembilan pekon yang tergabung dalam forum tersebut.
Langkah ini merupakan hasil kesepakatan sembilan pekon di Kecamatan Pematangsawa yang sejak lama menginginkan akses darat antarwilayah.
Melalui forum BKAP, masyarakat berinisiatif mengumpulkan dana secara swadaya, masing-masing pekon menyumbang sekitar Rp50 juta untuk biaya sewa alat berat, bahan bakar, dan logistik bagi pekerja di lapangan.
Ketua BKAP Pematangsawa, Zainuri, menjelaskan pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan masyarakat.
“Kami bekerja dengan semangat gotong royong. Warga menyiapkan bahan bakar, makanan, dan menjaga alat agar tetap beroperasi. Ini bukan proyek instan, tapi perjuangan panjang untuk keluar dari keterisolasian,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Menurut Zainuri, ruas Way Nipah–Tampang Tua sepanjang sekitar 50 kilometer ini melintasi perbukitan dan hutan sekunder yang selama ini menjadi batas alami antara kawasan pesisir selatan dengan Kecamatan Pematangsawa.
Selama bertahun-tahun, warga dari Pekon Tampang Tua, Tampang Muda, Martanda, Kaurgading, Way Asahan, Tirom, Karang Brak, Teluk Brak, dan sebagian Way Nipah hanya bisa mengandalkan jalur laut atau jalan setapak sempit untuk menuju wilayah lain di Tanggamus.
"Selama berpuluh tahun yang jadi impian kami di sana adalah jalan darat, agar semua aktivitas ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan berjalan seperti daerah lain. Hanya daerah kami yang belum ada jalan darat," kata Zainuri.
Di lokasi kegiatan, BKAP juga memasang gambar peta jalur pembukaan jalan tembus Way Nipah–Tampang Tua.
Peta tersebut memperlihatkan secara detail trase yang dibuka dan menunjukkan bahwa jalur ini tidak bersinggungan dengan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) maupun Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).
Pemasangan peta itu menjadi bentuk penegasan kepada publik bahwa kegiatan swadaya masyarakat ini dilakukan dengan memperhatikan batas konservasi.
“Kami pasang peta supaya semua tahu, jalan ini bukan di dalam kawasan taman nasional atau TWNC. Ini jalur lama yang kami buka kembali supaya kendaraan bisa lewat,” ujar Zainuri.
Masyarakat setempat menyambut penuh harapan pembangunan jalan ini. Anita (37), warga Pekon Martanda, mengatakan jalan tersebut akan membawa perubahan besar bagi kehidupan mereka.
“Kalau hujan, kami tidak bisa ke mana-mana. Anak-anak sekolah sering absen karena jalan rusak. Kami berharap jalan ini cepat selesai supaya bisa hidup lebih layak,” ujarnya.
Ria, guru SD di Kaurgading, juga berharap pembukaan jalan ini memperlancar akses pendidikan.
“Saya harus jalan kaki hampir dua jam menembus hutan dan menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah. Kalau jalan ini jadi, anak-anak lebih mudah bersekolah dan semangat belajar mereka pasti meningkat,” katanya.
Tokoh masyarakat Budi berharap agar pemerintah daerah dapat memperhatikan perjuangan masyarakat ini.
“Kami sudah berbuat nyata, dengan dana dan tenaga. Kalau pemerintah menambah dua alat berat seperti yang dijanjikan, pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan hasilnya lebih bagus,” katanya.
Kondisi medan menjadi tantangan utama. Jalur Way Nipah–Tampang Tua melewati perbukitan curam, lembah, dan beberapa sungai kecil. Saat hujan turun, lumpur membuat ekskavator sulit bergerak.
Namun warga tetap bergantian berjaga, menyediakan bahan bakar, dan membantu operator agar pekerjaan tidak berhenti.
Kepala Pekon Tampang Muda, Hamid, juga ikut meninjau langsung kondisi lapangan. Ia bahkan mencoba menjajal badan jalan yang sudah terbuka dengan sepeda motor trail.
Dari hasil peninjauannya, pengerjaan baru sampai ke Teluk Bakung Pekon Way Nipah atau sekitar 3.000 meter (3 kilometer) dari titik nol, dari total target panjang 50 kilometer jalur Way Nipah–Tampang Tua.
Kepala Pekon Tampang Muda, Hamid, mengungkapkan rasa haru dan kebanggaannya atas kerja keras warga.
“Rasanya luar biasa bisa melewati jalur ini dengan motor. Dulu cuma mimpi, sekarang sudah terbuka sampai Teluk Bakung. Kami ingin jalan ini terus diteruskan sampai Tampang Tua. Ini bukan hanya soal jalan, tapi tentang harapan hidup warga kami,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
BKAP Pematangsawa berharap upaya mereka mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tanggamus.
Selain mempercepat pertumbuhan ekonomi, jalan ini juga diharapkan membuka akses bagi pendidikan, kesehatan, serta pelayanan publik yang selama ini sulit dijangkau.
“Ini perjuangan warga dari wilayah paling selatan. Kami tidak ingin menunggu terus, kami ingin pemerintah melihat kerja keras kami dan ikut membantu menuntaskannya,” ujar Ketua BKAP.
Wilayah Pematangsawa terletak di ujung selatan Kabupaten Tanggamus dan berbatasan langsung dengan dua kawasan konservasi besar, yakni Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).
TNBBS merupakan kawasan warisan dunia UNESCO yang membentang di tiga provinsi (Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan), dan menjadi habitat penting bagi satwa langka seperti gajah sumatera, harimau sumatera, tapir, dan beruang madu.
Sementara TWNC adalah kawasan konservasi seluas lebih dari 45 ribu hektare yang dikelola oleh Yayasan Artha Graha Peduli bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
TWNC dikenal sebagai pusat rehabilitasi satwa liar, pelestarian hutan hujan tropis, serta konservasi ekosistem laut dan penyu di Teluk Semangka bagian selatan.
Jalur Way Nipah–Tampang Tua sendiri berada di wilayah penyangga (buffer zone) yang berjarak aman dari batas TWNC maupun TNBBS.
Karena itu, masyarakat memastikan kegiatan pembukaan jalan dilakukan tanpa merambah kawasan konservasi dan tidak menimbulkan dampak ekologis.
Jika jalan Way Nipah–Tampang Tua benar-benar tembus, manfaatnya diyakini tak hanya dirasakan warga, tetapi juga membuka potensi besar di sektor ekonomi dan pariwisata pesisir.
Kawasan pesisir Pematangsawa memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, mulai dari hasil laut, budidaya rumput laut, wisata pantai, hingga buah-buahan yang menjadi ikon daerah tersebut.
Pantai di delapan pekon ini dikenal memiliki panorama yang menakjubkan. Dengan akses jalan yang layak, kawasan ini berpeluang berkembang menjadi destinasi wisata bahari baru yang menopang perekonomian masyarakat.
Selain itu, sektor pertanian dan perkebunan di wilayah dataran atas seperti Pekon Pesanguan juga akan ikut tumbuh karena distribusi hasil bumi menjadi lebih cepat dan efisien.
“Kalau jalan sudah terbuka, harga hasil tani kami bisa naik karena mudah diangkut,” kata Budi.
Dengan deru mesin ekskavator yang sesekali terdengar di antara pepohonan dan semangat warga yang tak pernah padam, pembukaan jalan Way Nipah–Tampang Tua menjadi lebih dari sekadar proyek lokal.
Ia adalah simbol perjuangan panjang warga Pematangsawa untuk menembus sunyi hutan, melawan keterisolasian, dan menyalakan harapan agar pembangunan benar-benar menyentuh batas paling selatan Kabupaten Tanggamus. (*)
Berita Lainnya
-
Birokrasi di Pemkab Tanggamus Lesu Menunggu Mutasi, Disiplin ASN Kian Longgar
Kamis, 06 November 2025 -
Waspada Megathrust, Polres Tanggamus dan BPBD Gelar Simulasi Tanggap Bencana
Rabu, 05 November 2025 -
Tak Perlu Antre Lagi, Polres Tanggamus Resmi Berlakukan SKCK Full Online
Senin, 03 November 2025 -
Tiga Pekon Baru di Tanggamus Resmi Dimekarkan, Pemkab Janjikan Layanan Lebih Efisien
Senin, 03 November 2025









