• Minggu, 02 November 2025

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi di Perairan Lampung Mencapai 4 Meter

Minggu, 02 November 2025 - 13.45 WIB
21

Ilustrasi

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Panjang mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di perairan Lampung, pada 3-6 November 2025.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Panjang, Putu Ray Arisudana mengatakan, peringatan ini berlaku mulai 3 November 2025 pukul 07.00 WIB hingga 6 November 2025 pukul 07.00 WIB.

Dimana angin di wilayah perairan Provinsi Lampung umumnya bergerak dari arah Selatan hingga Barat dengan kecepatan 2 hingga 27 knot.

“Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Teluk Lampung bagian Selatan dan Utara, serta Perairan Timur Lampung bagian Selatan dan Utara,” tulis BMKG dalam keterangan resminya, Minggu (2/11/2025).

Putu menyampaikan, BMKG memprediksi gelombang hingga ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Perairan Teluk Lampung bagian Utara dan bagian Selatan. Sedangkan, gelombang ketinggian 2,5 hingga 4 meter diperkirakan berpeluang terjadi di Selat Sunda bagian Selatan (Lampung), dan Perairan Barat Lampung.

Imbauan keselamatan juga diberikan bagi masyarakat yang beraktivitas di laut, terutama nelayan dan operator kapal.

Perahu nelayan agar waspada apabila kecepatan angin mencapai 15 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter. Kemudian, kapal tongkang apabila kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,5 meter. Sedangkan, kapal ferry apabila kecepatan angin mencapai 21 knot dan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter juga perlu memperhatikan kecepatannya.

“BMKG mengingatkan masyarakat agar selalu memperbarui informasi cuaca maritim sebelum berlayar. Kondisi cuaca yang tidak menentu dapat meningkatkan risiko kecelakaan laut,” pesannya.

Sebelumnya, BMKG memprediksi bahwa kondisi atmosfer global akan berada dalam fase ENSO Netral sepanjang tahun 2025. Namun, sebagian kecil model iklim internasional menunjukkan potensi munculnya fenomena La Niña lemah di penghujung tahun.

Fenomena La Niña dikenal sebagai anomali iklim yang menyebabkan peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di kawasan barat dan tengah. Kondisi ini dapat memperpanjang periode musim hujan dan meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini tercatat berada pada fase negatif dan diperkirakan bertahan hingga November 2025. Kombinasi antara IOD negatif dan potensi La Niña lemah ini dapat memperkuat aktivitas hujan di beberapa wilayah Tanah Air.

“Perubahan dinamika atmosfer dan laut ini menjadi perhatian penting karena dapat mempengaruhi pola cuaca nasional,” tulis BMKG dalam situs resminya baru-baru ini.

BMKG menjelaskan, awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi secara bersamaan. Sebanyak 333 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 47,6 persen wilayah Indonesia diprediksi mulai memasuki musim hujan pada September hingga November 2025.

Sejumlah wilayah Sumatera dan Kalimantan bahkan telah lebih dulu diguyur hujan sebelum September. Setelahnya, hujan akan meluas secara bertahap ke wilayah selatan dan timur, mencakup Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Sulawesi.

Dibandingkan kondisi normal, musim hujan 2025/2026 diperkirakan datang lebih awal di sebagian besar wilayah Indonesia — mencakup sekitar 294 ZOM (42,1 persen).

Menurut BMKG, akumulasi curah hujan pada musim hujan kali ini berada dalam kategori Normal, artinya tidak jauh berbeda dari rata-rata tahunan. Namun, durasi musim hujan diprediksi lebih panjang dari biasanya, dengan puncak hujan yang bervariasi antarwilayah.

Wilayah Indonesia bagian barat, seperti Sumatera, Kalimantan Barat, dan Jawa Barat, akan mengalami puncak hujan pada November–Desember 2025.

Wilayah selatan dan timur, termasuk Jawa Timur, Bali, NTT, dan Maluku, diprediksi mengalami puncak hujan pada Januari–Februari 2026.

BMKG menyebut, puncak musim hujan 2025/2026 cenderung sama atau sedikit lebih maju dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang menandakan potensi pergeseran iklim musiman di sejumlah daerah.

“Dengan potensi La Niña lemah di akhir tahun, BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk banjir, longsor, dan gangguan aktivitas pertanian,” tulisnya.

BMKG juga mendorong pemerintah daerah agar memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi peningkatan curah hujan, terutama di wilayah rawan bencana. Langkah mitigasi dini perlu dilakukan di daerah yang diperkirakan mengalami peningkatan hujan signifikan.

Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, guna mengantisipasi perubahan kondisi cuaca dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari. (*)