• Jumat, 31 Oktober 2025

‎Dinilai Ingkar Janji, Pemkab Tanggamus Langsung Mantapkan Pembangunan Jalan Penghubung di Pematangsawa

Jumat, 31 Oktober 2025 - 10.59 WIB
60

Rapat koordinasi di ruang rapat bupati, kompleks perkantoran Pemda Tanggamus, Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kotaagung Timur, pada Rabu (29/10/2025). Foto: Ist.

‎Kupastuntas.co, Tanggamus – Dinilai ingkar janji, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus bersama jajaran Forkopimda sepakat mempercepat pembangunan jalan penghubung antarpekon di Kecamatan Pematangsawa, sebuah proyek strategis yang diharapkan mampu membuka isolasi sejumlah desa di wilayah selatan.

‎Keputusan penting ini diambil dalam rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Bupati Tanggamus Drs. H. Mohammad Saleh Asnawi, M.A., M.H., di ruang rapat bupati, kompleks perkantoran Pemda Tanggamus, Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kotaagung Timur, pada Rabu (29/10/2025).

‎Dalam rapat tersebut, pemerintah daerah memutuskan untuk segera melakukan kajian teknis dan lingkungan terpadu bersama Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung sebelum pelaksanaan proyek dimulai.

‎Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembangunan berjalan sesuai ketentuan hukum, tidak melanggar zona konservasi, dan tetap menjaga keseimbangan ekologi kawasan hutan lindung.

‎Rapat berlangsung dengan melibatkan seluruh unsur penting daerah.

‎Hadir Wakil Bupati Agus Suranto, Komandan Kodim 0424/Tanggamus Letkol Inf Dwi Djunaidi Mulyono, Kapolres Tanggamus AKBP Rahmat Sujatmiko, perwakilan Kejari Tanggamus, Kepala Balai Besar TNBBS Hifzon Zawahiri, perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Zulkhaidir, serta Kadis PUPR Belli Pahlupi.

‎Dalam arahannya, Bupati Mohammad Saleh Asnawi menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan seluruh wilayah Tanggamus dapat menikmati hasil pembangunan tanpa terkecuali.

‎“Tidak boleh ada lagi pekon yang terisolir di Kabupaten Tanggamus. Kita ingin warga di pelosok memiliki akses yang sama terhadap ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik seperti masyarakat di pusat kota," tegas Bupati Saleh Asnawi.

‎Rapat tersebut menghasilkan kesepakatan penting: pembangunan jalan akan dilaksanakan secara bertahap dengan koordinasi lintas instansi, memperhatikan perizinan kehutanan, serta melakukan pemetaan trase jalan yang efisien dan ramah lingkungan.

‎Pemkab Tanggamus juga akan menggandeng Yayasan Arta Graha Peduli, selaku pengelola Taman Wisata Nasional Cagar (TWNC), untuk memastikan prosesnya sesuai dengan tata ruang kawasan konservasi.

‎Rencana pembangunan jalan penghubung di Pematangsawa sejatinya bukan hal baru.

Gagasan tersebut telah muncul sejak masa kepemimpinan Bupati Fauzan Sya’ie, yang dahulu bertekad membuka keterisolasian pekon-pekon di wilayah selatan Tanggamus.

‎Namun karena keterbatasan anggaran dan sulitnya medan, sebagian besar wilayahnya berupa hutan lebat dan perbukitan curam, rencana itu belum sempat terealisasi.

Baca juga : Pemkab Tanggamus Dinilai Ingkar Janji Soal Pembukaan Jalan Way Nipah–Tampang Tua

‎Kini, di bawah kepemimpinan Bupati Mohammad Saleh Asnawi, rencana tersebut kembali dihidupkan. Pemerintah berupaya melanjutkan gagasan lama itu dengan strategi yang lebih matang dan pendekatan yang kolaboratif.

‎Tidak hanya melibatkan OPD teknis, tetapi juga lembaga konservasi dan aparat keamanan agar pembangunan dapat berjalan aman, legal, dan berkelanjutan.

‎Dukungan besar datang dari TNI, melalui Komandan Kodim 0424/Tanggamus Letkol Inf Dwi Djunaidi Mulyono, yang menyatakan kesiapannya untuk ikut bersinergi dalam setiap tahap pembangunan.

‎“TNI siap bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah serta seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan pembangunan berjalan aman, tertib, dan sesuai prosedur,” ujarnya.

‎“Tujuan akhirnya agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat," lanjutnya 

‎Letkol Dwi menambahkan, pembangunan infrastruktur di pedesaan memiliki dampak ganda: selain memperlancar mobilitas ekonomi, juga memperkuat ketahanan wilayah dan mempercepat pemerataan kesejahteraan di daerah pelosok.

‎"Jika dikerjakan dengan sinergi lintas sektor, proyek ini dapat menjadi contoh nyata keberhasilan pembangunan terpadu antara sipil dan militer," ujarnya.

‎Kecamatan Pematangsawa dikenal memiliki panorama alam menakjubkan: perbukitan hijau yang bersentuhan dengan garis pantai selatan Lampung. Namun di balik keindahan itu, tersimpan realitas getir.

‎Banyak pekon di wilayah ini yang masih terisolir, seperti Tampang Tua, Tampang Muda, Martanda, Way Asahan, Tirom, Kaurgading, Karang Brak, Teluk Brak, dan sebagian wilayah Pekon Way Nipah.

‎Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari perkebunan kakao, kopi, kelapa, pisang, jengkol, petai,vdan buah-buahan seperti durian, duku, cempedak, serta hasil laut.

‎Akan tetapi, karena buruknya akses jalan, mereka harus menempuh perjalanan laut selama tiga hingga empat jam untuk menjual hasil panen ke Pasar Kotaagung.

‎Ketika ombak tinggi, distribusi hasil kebun terhenti total, membuat ekonomi masyarakat stagnan.

‎Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa akses darat ke sejumlah pekon masih minim.

Jalan tanah dan jembatan gantung menjadi satu-satunya penghubung, yang pada musim hujan berubah menjadi lumpur licin dan tak bisa dilalui kendaraan roda empat.

‎“Setiap musim hujan, kami seperti terputus dari dunia luar,” keluh Aripin, warga Pekon Tampang Muda.

‎"Anak sekolah pun kadang tidak bisa berangkat karena jalan berubah jadi kubangan," ungkap Nurkasih, warga Tampang Tua.

‎Rencana pembangunan jalan penghubung ini disambut hangat oleh warga setempat. Mereka menilai, proyek tersebut bukan sekadar infrastruktur fisik, tetapi simbol kehidupan baru bagi masyarakat yang selama ini merasa tertinggal.

‎Warga berharap, dengan terbukanya akses jalan baru, biaya transportasi akan menurun, hasil kebun lebih mudah dipasarkan, dan akses pendidikan serta kesehatan menjadi lebih baik.

‎“Kalau jalan ini jadi, kami tidak perlu lagi berangkat subuh lewat laut untuk menjual hasil kebun,” ungkap Heriza,  warga Pekon Martanda

‎“Kami ingin merasakan kemudahan seperti warga di daerah lain. Jalan ini harapan dan mimpi kami sejak lama," kata Wahidin, warga lainnya.

‎Bagi pemerintah daerah, pembangunan ini memiliki nilai strategis besar. Jalan baru sepanjang kurang lebih 50 kilometer akan menjadi urat nadi penghubung antarpekon di wilayah selatan.

‎Selain memperlancar transportasi barang dan jasa, proyek ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan pangan dan membuka peluang investasi baru di sektor pertanian, kehutanan, dan pariwisata.

‎Kawasan pesisir dan perbukitan Pematangsawa juga memiliki potensi wisata alam yang luar biasa, mulai dari air terjun, hutan tropis, hingga pesona pantai yang masih alami.

‎Dengan akses darat yang memadai, potensi itu dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata baru yang menambah pendapatan daerah dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

‎Meski proyek ini membawa harapan besar, pemerintah tetap menegaskan pentingnya pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Sebagian jalur yang direncanakan memang melintasi kawasan yang berdekatan dengan TNBBS, sehingga setiap langkah harus memperhatikan kaidah konservasi.

‎Bupati Saleh Asnawi menegaskan, Pemkab Tanggamus tidak ingin mengorbankan alam demi pembangunan.

‎“Pembangunan jalan di Pematangsawa harus menjadi contoh bagaimana manusia dan alam bisa berjalan seiring. Kita ingin kemajuan yang berkelanjutan, bukan kemajuan yang mengorbankan generasi mendatang,” ujarnya.

‎Rapat yang berlangsung penuh semangat itu ditutup dengan kesepakatan untuk segera membentuk tim terpadu lintas instansi yang akan menindaklanjuti hasil keputusan tersebut.

‎Bupati meminta seluruh pihak mempercepat proses kajian dan memastikan tidak ada lagi pekon di Tanggamus yang tertinggal karena keterbatasan akses.

‎Bagi warga Pematangsawa, keputusan ini bukan sekadar rencana pembangunan, melainkan janji masa depan. Jalan ini nantinya bukan hanya penghubung antarwilayah, tetapi juga simbol penghubung antara keterisolasian dan kemajuan.

‎Semangat warga dan komitmen pemerintah telah menandai dimulainya babak baru dalam sejarah pembangunan di Kabupaten Tanggamus, babak di mana harapan akhirnya menemukan jalannya sendiri.

‎Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus dinilai ingkar janji karena tak kunjung menurunkan dua unit alat berat yang sebelumnya dijanjikan untuk membantu pembukaan badan jalan penghubung Way Nipah–Tampang Tua.

‎Meski tanpa bantuan pemerintah, sembilan kepala pekon, yakni Way Nipah, Teluk Brak, Karang Berak, Kaurgading, Tirom, Way Asahan, Martanda, Tampang Muda, dan Tampang Tua, bersama masyarakat serta tokoh setempat tetap melanjutkan pekerjaan pembukaan badan jalan secara mandiri.

‎Sejak dua pekan terakhir, mereka berinisiatif menyewa satu unit alat berat untuk melanjutkan pengerjaan jalan yang telah lama diimpikan itu.

‎“Pemkab Tanggamus seperti tidak mengizinkan alat berat dikirim ke lokasi. Padahal dalam rapat terakhir bersama Pak Sekda, sudah disepakati dua alat berat akan diturunkan,” ujar Hamid, Kepala Pekon Tampang Tua, Rabu (29/10/2025). (*)