Direksi BUMD Harus Mampu Baca Peluang Pasar

Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Lampung, Rinvayanti. Foto: Dok Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Lampung menghentikan penyertaan modal dari APBD kepada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), baik PT Wahana Raharja (WR) maupun PT Lampung Jasa Utama
(LJU), sejak tahun 2020. Direksi kedua BUMD tersebut diminta mampu membaca
peluang pasar dan mengelola perusahaan secara berkelanjutan.
Kepala
Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Lampung, Rinvayanti, mengatakan
kebijakan penghentian penyertaan modal ke BUMD diambil sebagai bentuk
penyesuaian terhadap kondisi fiskal daerah sekaligus penerapan prinsip
efisiensi dalam pengelolaan keuangan.
Rinvayanti
mengungkapkan, penyertaan modal terakhir kali diberikan kepada BUMD pada tahun
2019.
“Kebijakan Gubernur Lampung untuk tidak lagi memberikan penyertaan modal
diambil dengan mempertimbangkan kondisi fiskal daerah dan prinsip efisiensi
keuangan. Hal ini menjadi tantangan bagi jajaran direksi BUMD untuk membuktikan
kemampuan manajerial, kreativitas, dan inovasi dalam mengelola perusahaan
secara profesional dan berkelanjutan,” kata Rinvayanti, Rabu (22/10/2025).
Ia
menerangkan, meskipun tanpa tambahan modal, Pemprov Lampung tetap berkomitmen
mendukung keberlanjutan BUMD melalui fungsi pembinaan dan pengawasan. Namun,
ruang inovasi dan strategi bisnis sepenuhnya menjadi tanggung jawab direksi
masing-masing perusahaan daerah.
“Direksi
dituntut mampu mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki, memperkuat
kinerja operasional, serta meningkatkan daya saing usaha tanpa ketergantungan
pada dana APBD,” papar Rinvayanti.
Ia
menambahkan, keberlanjutan operasional BUMD kini bergantung pada kemampuan
direksi dalam membaca peluang pasar, mengelola risiko, dan mengambil keputusan
yang tepat serta profesional.
“Tapi bukan berarti Pemprov Lampung lepas tangan. Pemerintah tetap hadir
sebagai pembina dan pengawas. Namun ruang inovasi sepenuhnya berada di tangan
direksi BUMD,” tegasnya.
Menurut
Rinvayanti, direksi BUMD harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas
operasional serta menjalin kemitraan strategis dengan sektor swasta maupun
pelaku usaha lainnya.
“Direksi BUMD juga harus mencari peluang bisnis yang potensial dan menjalin
kemitraan strategis agar mampu tumbuh di tengah keterbatasan,” imbuhnya.
Sementara
itu, Direktur Utama PT LJU, Oktavianus
Yulia, mengatakan pihaknya siap menjalankan amanah meski tanpa
adanya suntikan modal dari Pemprov Lampung.
“Ini kami terima sebagai tanggung jawab dan kehormatan. Insya Allah ke depan
akan lebih baik lagi. Kami mohon dukungan dan doa dari masyarakat Lampung
semuanya,” ujarnya.
Oktavianus
menambahkan, pihaknya siap berkolaborasi dengan berbagai pihak sebagai motivasi
untuk bekerja lebih baik. Terkait rencana bisnis, ia menyebut masih perlu waktu
untuk melakukan evaluasi menyeluruh.
“Yang penting kita optimistis untuk lebih maju. Kita juga perlu evaluasi
terhadap kondisi yang ada saat ini,” ungkapnya.
Sementara
itu, Direktur Utama PT WR, Asep
Muzaki, menyatakan optimismenya meski tanpa tambahan modal dari
Pemprov Lampung. Menurutnya, perusahaan masih memiliki potensi besar yang bisa
digarap, termasuk pemanfaatan aset yang selama ini belum dikelola optimal.
“Jangan lupa, kita masih punya banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Jadi,
kita tidak hanya bicara kapital berupa uang, tapi juga kapital berupa regulasi
dan kebijakan. Kita bisa melihat data pasar untuk menentukan langkah,” ujar
Asep.
Ia
menekankan pentingnya pemanfaatan aset untuk pengembangan bisnis ke depan.
“Kita akan lihat apakah aset itu bisa dilepas atau justru menjadi peluang untuk
pengembangan bisnis,” imbuhnya.
Asep
juga memaparkan sejumlah langkah strategis untuk membenahi kinerja BUMD yang
dipimpinnya. Ia mengakui bahwa PT Wahana Raharja saat ini masih mencatatkan
kerugian dalam laporan keuangan yang dipublikasikan secara terbuka.
“Memang benar, kalau melihat laporan keuangan, Wahana Raharja masih terus
merugi. Itu informasi publik yang bisa diakses siapa saja. Tapi bagi saya, ini
justru menjadi titik awal untuk melakukan pembenahan besar,” kata Asep, Rabu
(1/10/2025) lalu.
Ia
menjelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan adalah restrukturisasi keuangan,
dengan menelaah secara detail aset, piutang, dan kewajiban utang.
“Kami sedang mempelajari seluruh kondisi keuangan. Yang pasti, kami tidak ingin
terus bergantung pada suntikan modal dari pemerintah daerah. Perusahaan harus
bisa membenahi diri dari dalam dan benar-benar menjalankan prinsip bisnis,”
ujarnya.
Asep
mengungkapkan, pihaknya membagi fokus kerja Wahana Raharja ke dalam dua
pendekatan, yakni intensifikasi dan ekstensifikasi.
Intensifikasi, yang dikoordinasikan oleh Direktur Operasional, mencakup
penguatan bisnis internal seperti pengelolaan keuangan, hutang-piutang, serta
aspek teknis perusahaan. Sementara ekstensifikasi ditangani langsung olehnya,
dengan fokus mencari mitra baru, investor, dan peluang kerja sama strategis.
Ia
juga menyebut pihaknya telah menyiapkan sepuluh rencana bisnis, delapan di
antaranya sudah dalam tahap pematangan. Sebagian besar peluang usaha berbentuk
kolaborasi melalui kerja
sama operasi (KSO), joint
operation, maupun investasi luar negeri.
“Sudah ada beberapa penjajakan dengan mitra internasional seperti dari Vietnam,
Tiongkok, dan Jerman. Harapannya, kolaborasi ini bisa membuka ruang baru bagi
Wahana Raharja agar lebih kompetitif,” jelasnya.
Asep
menambahkan, salah satu fokus utama perusahaan ke depan adalah sektor pertanian,
karena memiliki fasilitas mesin pengolahan padi yang selama ini belum
dimaksimalkan. Dengan dukungan investasi baru, produksi beras bisa ditingkatkan
dari kategori medium menjadi premium dengan fasilitas pengemasan modern.
“Kami ingin mengoptimalkan potensi yang ada. Dari gabah bisa menjadi beras siap
edar. Bahkan ke depan, peluang diversifikasi produk kebutuhan pokok masyarakat
juga akan dikembangkan sesuai arahan Gubernur,” ujarnya.
Asep
menegaskan, tujuan dari transformasi ini adalah menjadikan Wahana Raharja sebagai penopang, bukan beban, bagi APBD
Lampung.
“Karena pemegang saham utama adalah pemerintah daerah, maka sudah seharusnya
BUMD ini memberi nilai tambah. Harapan kami, pemerintahan mendatang dapat
melihat Wahana Raharja sebagai kekuatan baru dalam menopang ekonomi daerah,”
tandasnya. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Kamis 23 Oktober 2025 dengan judul "Direksi BUMD Harus Mampu Baca Peluang Pasar"
Berita Lainnya
-
Dapur MBG Dibatasi Maksimal Masak 2.000 Porsi
Kamis, 23 Oktober 2025 -
Momentum Hari Santri, Maulidah: Pemerintah Harus Perkuat Dukungan untuk Pesantren
Rabu, 22 Oktober 2025 -
RS Urip Sumoharjo Hadirkan Ruang Gaharu Guna Tingkatkan Kenyamanan Pasien Rawat Inap
Rabu, 22 Oktober 2025 -
Bantah Keluarkan Siswa, Wakil Kepala SMPN 13 Bandar Lampung: Gina Mengundurkan Diri Sejak 2023
Rabu, 22 Oktober 2025