Blak-blakan Wakil Walikota Beberkan Segudang Masalah di Kota Metro

Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana saat diwawancarai awak media. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Metro - Di balik slogan Kota Pendidikan, Metro ternyata menyimpan deretan
masalah mendasar yang menggerus kualitas hidup warganya. Dari kesehatan
ibu-anak hingga drainase kumuh, Wakil Wali Kota Dr. M. Rafieq Adi Pradana
menilai akar persoalan kota ini saling terhubung dan menahan laju kemajuan.
“Kalau mau jujur,
banyak masalah kita itu bukan baru, tapi berulang. Bedanya, sekarang kita harus
berani membukanya,” kata Rafieq dalam wawancara khusus bersama Kupastuntas.co,
Rabu (22/10/2025).
Rafieq menyebut
stunting sebagai ancaman terbesar bagi masa depan Metro. Angka yang sempat naik
pada 2024 menjadi sinyal bahwa sistem kesehatan dasar belum kokoh.
"Ini bukan
sekadar anak pendek. Ini tentang masa depan kualitas manusia. Ketika gizi buruk
dibiarkan, yang rusak bukan hanya tubuh, tapi daya pikir dan produktivitas,”
ujarnya.
Menurutnya,
stunting mencerminkan kelemahan rantai layanan dari gizi keluarga, perilaku
hidup bersih, hingga efektivitas posyandu. “Masalahnya lintas sektor, tapi
efeknya satu, yaitu generasi kita lemah,” katanya.
Di banyak kawasan,
air bersih menjadi barang mahal. Kebocoran jaringan, pasokan terbatas, dan
rendahnya sambungan rumah tangga membuat sebagian warga bergantung pada air isi
ulang.
“Air bersih itu
dasar. Tapi ketika sistemnya bocor dan tak adil, yang menanggung beban justru
rakyat kecil,” ujar Rafieq.
Ia menyebut
kebutuhan air bersih beririsan langsung dengan gizi, penyakit berbasis air, dan
beban ekonomi keluarga.
Setiap musim hujan,
beberapa titik di Metro Barat dan Metro Pusat selalu tergenang. Drainase yang
tak terintegrasi dan perumahan yang belum menyerahkan prasarana lingkungan
(PSU) memperumit penanganan.
"Genangan
bukan sekadar air tergenang. Itu simbol tata kota yang tidak sehat. Lemahnya
pengawasan pembangunan memperparah kondisi. Kota tumbuh cepat, tapi
infrastrukturnya tertinggal,” tambahnya.
Rendahnya cakupan
penerangan jalan umum (PJU) menimbulkan dampak langsung pada rasa aman warga.
Bagi Rafieq, lampu jalan bukan hanya soal kenyamanan, tapi simbol kehadiran
negara di ruang publik
"Jalan gelap
membuka ruang bagi kriminalitas. Ia juga membatasi aktivitas ekonomi malam
hari. Sebagian besar jalan kota memang sudah berstatus mantap, tapi ruas rusak
dan berlubang masih cukup banyak, terutama di wilayah pinggiran. Kualitas jalan
menentukan efisiensi ekonomi. Akses lambat berarti biaya logistik dan pelayanan
publik ikut naik,” jelasnya.
Sanitasi domestik
menjadi masalah lain yang terus membebani kota. Banyak kawasan padat belum
memiliki sistem pengelolaan limbah yang layak.
“Ketika limbah cair
masih mengalir ke got, kita bicara tentang penyakit, bukan kemajuan. Karena
kota sehat ditentukan oleh sanitasi yang tertib dan perilaku hidup bersih
warganya," terangnya.
Secara makro, Metro
masih bergantung pada konsumsi rumah tangga. Investasi fisik belum kuat,
sehingga pertumbuhan ekonomi mudah melambat saat daya beli turun.
"Struktur
ekonomi kita terlalu konsumtif. Tanpa investasi, tidak ada inovasi dan lapangan
kerja baru. Sektor unggulan seperti jasa pendidikan dan industri pengolahan
ringan perlu diperkuat agar Metro keluar dari jebakan kota konsumsi,"
ungkapnya.
Rafieq juga
menyoroti ketimpangan antar-kecamatan. Metro Pusat padat, tapi infrastrukturnya
tertinggal. Banyak PSU perumahan belum diserahkan ke pemerintah, sehingga
perbaikan drainase dan taman publik tersendat.
“Aset yang tidak
tertib membuat layanan publik tersandera. Reformasi birokrasi dan digitalisasi
pelayanan belum terasa penuh. Digitalisasi bukan sekadar aplikasi, tapi soal
kecepatan, data akurat, dan transparansi. Tanpa itu, warga tidak akan percaya,”
kata dia lagi.
Wakil Wali Kota
yang di kenal dengan gaya kepemimpinan responsif tersebut menegaskan lima
masalah paling mendesak di Metro ialah stunting, air bersih, drainase,
penerangan jalan, dan kualitas jalan kota.
“Semua saling
berkaitan. Kalau mau Metro maju, kita harus jujur melihat wajah kotanya
sendiri,” tandasnya.
Paparan Rafieq
menelanjangi realitas kota menengah yang tengah terjebak antara citra modern
dan kenyataan buruk di akar pelayanan publik. Metro tak kekurangan visi, tapi
masih kekurangan eksekusi. Dalam bayangan lampu jalan yang redup dan drainase
tersumbat, wajah kota itu tampak jelas, belum benar-benar siap menjadi kota
masa depan. (*)
Berita Lainnya
-
Jurnalis Kupas Tuntas Raih Penghargaan Peduli Lingkungan dari GML
Rabu, 22 Oktober 2025 -
Lukman Hakim: Kadis Pendidikan Harus Punya Pengalaman Mengajar
Selasa, 21 Oktober 2025 -
Puluhan Tahun Hidup Tanpa Identitas, Warga Karangrejo Metro Akhirnya Miliki KTP dan Bisa Berobat
Selasa, 21 Oktober 2025 -
Kehilangan Rp161 Miliar, Pemkot Metro Siapkan Strategi Fiskal Selamatkan Pembangunan
Senin, 20 Oktober 2025