• Jumat, 17 Oktober 2025

Api Kembali Muncul di Puing-puing Gedung TK Khodijah Metro Barat, Kerugian Rp 885 Juta

Jumat, 17 Oktober 2025 - 14.32 WIB
111

Petugas saat memadamkan api yang muncul di puing-puing Gedung TK Khodijah, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat. Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Kebakaran hebat melanda TK Khodijah di Jalan Bougenville No. 03, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, pada Jumat (17/10/2025).

Dalam peristiwa tragis yang terjadi sekitar pukul 04.40 WIB itu, seluruh bangunan sekolah ludes terbakar dan total kerugian ditaksir mencapai Rp885 juta.

Api pertama kali diketahui warga sekitar yang melihat kepulan asap dari area depan kantor TK. Mereka segera melaporkan kejadian itu kepada petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Metro, yang langsung menerjunkan tiga unit armada ke lokasi kejadian.

Komandan Regu Damkar Kota Metro, Subeki Agus menjelaskan bahwa proses pemadaman berlangsung dramatis selama dua jam hingga api benar-benar padam.

"Kami mendapat laporan pukul 04.40 WIB dan langsung bergerak ke lokasi dengan tiga armada. Api sudah membesar ketika kami tiba. Pemadaman dan pendinginan memakan waktu dua jam,” ujar Subeki.

Namun, insiden belum selesai di situ. Siang harinya, setelah waktu salat Jumat, petugas Damkar kembali menerima laporan bahwa api kembali muncul dari sisa-sisa puing yang belum sepenuhnya dingin.

"Kami kirim satu armada tambahan untuk memastikan api benar-benar padam. Setelah pendinginan kedua, situasi sudah sepenuhnya aman,” jelasnya.

Dari hasil investigasi lapangan, petugas menemukan bahwa sumber api berasal dari korsleting listrik pada meteran utama yang terpasang di depan ruang kantor TK.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Deddy Hasmara mengonfirmasi bahwa TK Khodijah dipimpin oleh Kepala Sekolah Khusnul Khotimah, dengan 96 murid dan 9 tenaga pendidik. Seluruh ruang belajar dan kantor administrasi dilaporkan habis terbakar tanpa sisa.

"Kebakaran disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik pada meteran di depan ruang kantor TK. Tidak ada korban jiwa, namun seluruh fasilitas pendidikan di sekolah ini hangus,” terang Deddy.

Baca juga : Gedung TK di Metro Barat Ludes Terbakar, Diduga Korsleting Listrik

Disdikbud Metro, segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk penanganan darurat, termasuk penyediaan lokasi belajar sementara agar proses pendidikan anak-anak tidak terhenti.

Mendengar kabar peristiwa tersebut, Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso langsung meninjau lokasi kebakaran pada Jumat siang. Ia menyebutkan bahwa ada empat ruang kelas dan satu kantor yang terbakar total.

"Ini benar-benar musibah. Kita bersyukur tidak ada korban jiwa, tapi seluruh bangunan habis terbakar. Anak-anak tetap harus belajar, nanti sementara kita pindahkan ke mushola atau bangunan lain di sekitar sini,” ujarnya.

Bambang menegaskan bahwa Pemerintah Kota Metro akan memberikan bantuan darurat untuk mendukung keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di TK tersebut. Namun, ia juga menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap instalasi listrik di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta.

"Beberapa kebakaran di Metro dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh korsleting listrik. Ini alarm keras bagi kita semua. Saya minta Camat dan Lurah untuk melakukan pemantauan, bukan hanya di gedung pemerintah, tapi juga sekolah-sekolah swasta. Kita akan koordinasi dengan PLN agar ada pemeriksaan instalasi listrik secara berkala," paparnya. 

Kebakaran ini menjadi peringatan serius bagi dunia pendidikan di Metro. Banyak bangunan sekolah, terutama yang berdiri sejak lama, belum diperbarui sistem kelistrikannya sesuai standar keamanan terkini.

Disdikbud Metro berencana menjadikan kasus TK Khodijah sebagai bahan evaluasi menyeluruh, termasuk memperketat protokol keselamatan kebakaran di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD/TK).

"Kami akan segera menginventarisasi semua bangunan sekolah yang berusia di atas 10 tahun untuk dilakukan audit kelistrikan,” kata Deddy Hasmara.

Kebakaran yang meluluhlantakkan TK Khodijah bukan sekadar kerugian materi Rp885 juta, melainkan juga pukulan emosional bagi para guru dan siswa yang setiap hari beraktivitas di tempat tersebut. (*)