Trauma di Balik Seragam Sales

Trauma di Balik Seragam Sales. Foto: Ilustrasi_AI
Kupastuntas.co, Tanggamus - Seragam putih rapi dan celana hitam seolah menandakan niat baik. Namun bagi keluarga Trimadyo (30), warga Pekon Banyu Urip, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, pakaian itu kini menjadi simbol ketakutan.
Di balik penampilan sopan itu, tersimpan teror yang meninggalkan luka mendalam di hati seorang remaja perempuan.
Pagi itu, Senin (6/10/2025), suasana rumah Trimadyo berjalan seperti biasa. Udara pedesaan masih lembap oleh embun, dan suara ayam terdengar bersahutan dari kejauhan.
Tak ada yang menduga, hari itu akan menjadi lembar kelam dalam kehidupan keluarga kecil itu. Sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal datang, mengabarkan bahwa kakek mereka sakit keras.
Tanpa curiga, Trimadyo dan istrinya bergegas pergi, meninggalkan sang adik di rumah seorang diri.
Tak lama setelah kepergian mereka, tiga pria datang dengan sepeda motor. Kemeja putih dan celana hitam membuat mereka tampak seperti sales yang hendak menawarkan produk.
Namun niat sebenarnya segera terbongkar. Mereka masuk lewat pintu samping, menodongkan senjata tajam, lalu mencekik dan mengancam sang adik yang masih berusia belasan tahun.
"Awalnya dikira tamu. Tapi begitu masuk, mereka langsung menyerang,” ujar Trimadyo dengan suara pelan, matanya berkaca-kaca.
Ia masih sulit menerima bagaimana rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman justru menjadi saksi ketakutan dan upaya kejahatan.
Beruntung, sang adik berhasil melawan. Dengan sekuat tenaga, ia menendang dan berteriak hingga membuat para pelaku panik dan kabur membawa sejumlah barang berharga.
Emas lima gram dan uang tabungan keluarga raib, namun yang paling berharga, rasa aman dan ketenangan hati ikut hilang.
"Sejak hari itu, adik saya takut kalau dengar suara motor. Dia langsung menutup telinga dan menangis,” tutur Trimadyo.
Kini, rumah itu tampak lebih sepi dari biasanya. Bekas congkelan di pintu masih terlihat jelas, seolah menjadi luka yang belum kering. Warga sekitar pun masih dihantui rasa takut.
"Sudah tiga kali rumah itu dimasuki maling. Kami di sini sudah sangat resah,” kata Sagiman (50), tetangga korban, dengan wajah prihatin.
Kasus ini bukan sekadar pencurian. Di balik kisah ini tersimpan trauma seorang anak yang harus menghadapi ketakutan di usia muda.
Kasat Reskrim Polres Tanggamus, AKP Khairul Yassin Ariga, menyatakan pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan memberikan pendampingan kepada korban.
"Kami terus mendalami motif para pelaku dan berkoordinasi dengan keluarga korban,” ujarnya.
Hujan yang turun siang itu membuat halaman rumah Trimadyo basah dan sunyi. Di bawah atap rumah sederhana itu, keluarga kecil itu berusaha memulihkan diri.
"Kami cuma ingin keadilan, supaya adik saya bisa tenang lagi,” ucap Trimadyo pelan.
Seragam sales yang dulu identik dengan keramahan, kini berubah menjadi simbol ketakutan, trauma yang akan butuh waktu lama untuk benar-benar sembuh. (*)
Berita Lainnya
-
Terlilit Judol, Pegawai SMA Negeri 1 Kotaagung Tanggamus Curi 2 Printer dan 3 Proyektor Sekolah
Rabu, 08 Oktober 2025 -
Proyek Pembukaan Jalan Way Nipah–Tampang Tua di Pematangsawa Tanggamus Dimulai Senin Depan
Rabu, 08 Oktober 2025 -
Polisi Pastikan Video Viral Klaim Harimau Mangsa Warga di TNBBS Tanggamus Hoaks
Rabu, 08 Oktober 2025 -
Polisi Buru Komplotan Perampok Berkedok Sales di Wonosobo Tanggamus
Rabu, 08 Oktober 2025