Satgas MBG Metro Ungkap Sejumlah Pelanggaran Serius, Diantaranya Penemuan Bakteri E. coli

Ketua Satgas MBG Kota Metro, Wahyuningsih saat dikonfirmasi di kantornya. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Satuan Tugas Makan Bergizi (MBG) Kota Metro
menemukan sederet persoalan serius dalam pelaksanaan program makan bergizi di
sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Dalam hasil audit lintas lokasi, tim menemukan ketidaktertiban dokumen
legalitas pangan, lemahnya pengawasan suhu penyimpanan, buruknya sanitasi
dapur, hingga kasus luar biasa (KLB) akibat kontaminasi bakteri E. coli dan
Bacillus cereus pada makanan.
Ketua Satgas MBG Kota Metro, Wahyuningsih menjelaskan bahwa evaluasi kali
ini bukan hanya bersifat administratif, tetapi menyentuh aspek fundamental
keamanan pangan yang berpotensi mempengaruhi kesehatan anak-anak penerima
manfaat.
“Kami menemukan sejumlah pelanggaran dan kelemahan sistem yang perlu segera
diperbaiki. Ada dapur yang freezer-nya tergenang darah, pencatatan suhu tak
dilakukan, bahkan di satu lokasi ditemukan bakteri E. coli pada makanan siap
santap,” ungkap Wahyuningsih, Rabu (8/10/2025).
Wahyu membeberkan secara rinci 10 Titik Lemah MBG di Metro, mulai dari
Legalitas pangan hingga limbah jelantah. Berdasarkan hasil pemeriksaan lintas
SPPG, Satgas MBG mencatat sepuluh masalah utama yang perlu segera diperbaiki
secara menyeluruh.
1. Legalitas dan ketertelusuran PSAT/Beras: Masih ditemukan produk PSAT
tanpa izin edar (PD/PDUK) dan catatan asal-lot yang belum tertib.
2. Kepatuhan NKV dan Halal: Sejumlah dapur belum memiliki dokumen resmi NKV
dan sertifikasi halal untuk produk daging, ayam, ikan, dan telur segar.
3. Cold Chain dan Log Suhu: Banyak freezer dan chiller tanpa pencatatan
suhu rutin. Beberapa dapur bahkan mencampur bahan mentah dengan makanan olahan
di tempat yang sama.
4. Penataan Gudang: Masih ditemukan bahan pangan menempel di lantai dan
dinding, tanpa palet atau jarak aman penyimpanan.
5. Higiene dan Sanitasi Proses: Temuan paling kritis. Beberapa dapur belum
melakukan pencucian buah dan bahan pangan dengan standar benar, alat masak
mentah dan matang bercampur, serta insect-killer diletakkan berdekatan dengan
kipas penuh debu. Lebih parah lagi, Satgas mencatat kejadian luar biasa (KLB)
dengan temuan bakteri E. coli dan B. cereus pada makanan di SPPG Karangrejo.
6. IPAL dan Efluen: Sebagian besar instalasi pengolahan air limbah belum
berfungsi optimal. Efluen limbah bahkan masih langsung dibuang ke drainase umum
tanpa uji mutu.
7. Limbah Makanan dan Jelantah: Banyak dapur belum memiliki kerja sama
resmi (MoU) dengan pihak berizin untuk pengelolaan sisa makanan dan minyak
jelantah.
8. Pengemasan dan Sampah Kemasan: Masih digunakan tali rafia untuk mengikat
wadah makanan (ompreng). Satgas mendorong penggunaan penjepit reusable yang
lebih higienis dan ramah lingkungan.
9. Dokumentasi Elektronik: Dokumen seperti SOP, berita acara, dan izin
pemasok belum diarsipkan secara elektronik untuk keperluan audit digital.
10. Konsistensi Data dan Sasaran: Satgas menemukan duplikasi nama sekolah
dalam satu berkas data penerima manfaat, yang dapat berakibat salah hitung dan
alokasi anggaran.
Dalam evaluasi kepatuhan, Satgas MBG juga merilis peringkat berdasarkan
aspek sanitasi, legalitas, dan manajemen pangan. SPPG Margodadi 2 menempati
posisi terbaik dengan pencatatan suhu ruang yang rapi dan pemisahan gudang
kering-basah.
Namun di sisi lain, SPPG Karangrejo berada di posisi terendah dengan temuan
paling berbahaya yaitu kontaminasi bakteri E. coli dan Bacillus cereus, freezer
tidak higienis, serta efluen limbah yang mencemari drainase lingkungan.
“Temuan di Karangrejo adalah alarm keras bagi seluruh SPPG. Kita bicara
soal makanan yang dikonsumsi anak-anak setiap hari. Tidak boleh ada kompromi
terhadap kebersihan dan keamanan,” kata Wahyuningsih.
Satgas menekankan bahwa perbaikan tidak bisa dilakukan setengah-setengah.
Pemkot Metro diharapkan menegakkan disiplin pengelolaan pangan mulai dari
standar legalitas, prosedur higiene, hingga pengelolaan limbah dapur.
Satgas juga menyarankan agar setiap SPPG melakukan uji kualitas air
berkala, menyediakan log suhu elektronik dan melatih petugas dapur terkait
pemisahan bahan mentah dan matang.
"Ini bukan sekadar soal program berjalan atau tidak. Ini menyangkut
keselamatan anak-anak dan kredibilitas pemerintah daerah dalam mengelola pangan
publik,” ujar Wahyuningsih.
Hasil audit ini diharapkan menjadi dasar bagi Pemerintah Kota Metro untuk
melakukan penertiban dan pembinaan menyeluruh terhadap seluruh pengelola SPPG.
Temuan bakteri patogen dan sanitasi buruk bisa menjadi indikator bahwa rantai
pengawasan MBG perlu diperkuat, baik di level kota maupun kecamatan.
"Satgas berencana melakukan evaluasi lanjutan dalam waktu dekat,
sekaligus menilai tindak lanjut perbaikan oleh masing-masing SPPG. Jika dalam
waktu tertentu masih ditemukan pelanggaran berat, rekomendasi penutupan
sementara bisa diajukan," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Dana Transfer ke Metro Dipangkas Rp161 Miliar, Pemkot Siapkan Strategi Bertahan
Selasa, 07 Oktober 2025 -
Irigasi Rusak, Produksi Padi Metro Tergerus Ribuan Ton
Selasa, 07 Oktober 2025 -
Buronan Kasus Penggelapan Motor di Metro Akhirnya Ditangkap Setelah Tiga Bulan Sembunyi
Selasa, 07 Oktober 2025 -
Pelantikan PPPK Paruh Waktu di Metro Berpotensi Mundur
Senin, 06 Oktober 2025