Ekonomi Lampung Tertumpu pada Pertanian, Inflasi Naik Jadi 1,17 Persen

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution dan Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung masih tertumpu pada sektor pertanian yang menyumbang 28,5 persen. Saat ini, Lampung masuk dalam tiga besar pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution, mengatakan BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Lampung hingga triwulan II tahun 2025 sebesar 5,09 persen dan menempati peringkat ketiga di Pulau Sumatera. Sementara untuk pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan III akan dirilis pada awal November 2025 mendatang.
“Urutan pertumbuhan ekonomi di Sumatera triwulan II-2025 yaitu Kepulauan Riau 7,14 persen, Sumatera Selatan 5,42 persen, dan Lampung 5,09 persen,” kata Ahmadriswan, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, perekonomian Provinsi Lampung masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian (28,51 persen), industri pengolahan (18,52 persen), dan perdagangan (14,25 persen).
"Ketiga sektor ini relatif besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka perlu peningkatan produktivitas, ekspansi kapasitas, dan integrasi sektor industri dengan sektor-sektor lainnya,” ucapnya.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori industri pengolahan, yaitu sebesar 9,97 persen, didorong oleh peningkatan produksi industri makanan dan minuman. Sedangkan kategori pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi terdalam sebesar 4,71 persen akibat penurunan produksi gas kota.
"Lampung kalau di sisi kontribusi masih di level menengah. Tapi kalau dari laju pertumbuhan ekonominya cukup kompetitif. Ini menjadi pesan untuk kita semua bahwa perlu penguatan efisiensi dan dorongan terhadap sektor produktif agar pertumbuhan ekonomi Lampung tetap kompetitif,” paparnya.
Sebagai perbandingan, ekonomi Provinsi Lampung triwulan I tahun 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 5,47 persen.
Sementara itu, inflasi Lampung pada September 2025 menunjukkan peningkatan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung mencatat inflasi tahunan sebesar 1,17 persen (yoy). Angka ini meski masih di bawah inflasi nasional (2,65 persen yoy), namun merangkak naik dari bulan sebelumnya yang hanya 1,05 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, mengungkapkan pemicu utama kenaikan inflasi berasal dari kebutuhan dapur masyarakat. Komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras, dan emas perhiasan menjadi penyumbang tren peningkatan ini dengan kontribusi masing-masing 0,13 persen, 0,12 persen, dan 0,05 persen secara bulanan (mtm).
Lonjakan harga cabai merah disebabkan habisnya masa panen yang berujung pada menipisnya pasokan di pasar. Fenomena musiman ini kerap menjadi momok bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga. Harga daging ayam ras juga naik akibat penurunan pasokan DOC (Day Old Chicks) atau bibit ayam.
Bimo memperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga November 2025, mengindikasikan tekanan harga daging ayam masih terasa beberapa bulan ke depan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan peternak untuk menjaga stabilitas pasokan.
Meski begitu, tekanan inflasi tidak berdiri sendiri. Sejumlah komoditas justru memberikan rem signifikan, mencegah inflasi melonjak lebih tinggi. Bawang merah, vitamin, dan tomat tercatat mengalami deflasi dengan andil masing-masing 0,26 persen, 0,03 persen, dan 0,03 persen secara bulanan.
Penurunan harga komoditas pangan terjadi berkat melimpahnya pasokan seiring masuknya masa panen di berbagai sentra produksi. Hal ini menunjukkan betapa rentannya inflasi pangan terhadap siklus panen dan ketersediaan pasokan.
Ia memproyeksikan inflasi Lampung akan tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5 persen atau sekitar 1 persen (yoy) sepanjang tahun 2025. Namun, dengan dinamika harga komoditas pangan yang sangat bergantung pada musim dan pasokan, pemerintah dan masyarakat perlu tetap waspada.
"Stabilitas harga cabai, daging ayam, dan emas akan menjadi kunci dalam menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Lampung,” pungkas Bimo. (*)
Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Jumat 03 Oktober 2025 dengan judul “Ekonomi Lampung Tertumpu pada Pertanian”
Berita Lainnya
-
Pengamat Hukum: Pemerintah dan Korporasi Harus Bertanggung Jawab atas Kerusakan Hutan di Lampung
Jumat, 03 Oktober 2025 -
BKD Lampung Pastikan Tidak Ada Perbedaan Hak PPPK Tahap I dan II
Kamis, 02 Oktober 2025 -
Pemkot Bandar Lampung Tagih Rp88,9 Miliar Dana Bagi Hasil Belum Cair
Kamis, 02 Oktober 2025 -
Tuntaskan Masalah Jalan, Pemprov Lampung Targetkan Perbaikan Gunakan Beton
Kamis, 02 Oktober 2025