• Kamis, 02 Oktober 2025

SIPETANI, Inovasi Desa Bagelen Pesawaran Jadi Pusat Pertanian Modern

Rabu, 01 Oktober 2025 - 11.36 WIB
270

SIPETANI, Inovasi Desa Bagelen Pesawaran Jadi Pusat Pertanian Modern. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Pesawaran - Keterbatasan lahan pertanian tidak lagi menjadi penghalang bagi warga Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Melalui inovasi mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (ITERA), desa ini kini memiliki Sanggar Tani Sistem Pertanian Hidroponik Berbasis Vertical Farming (SIPETANI) sebagai pusat pembelajaran pertanian modern.

Sanggar tani tersebut lahir dari gagasan mahasiswa Program Studi Matematika dan Teknik Perkeretaapian ITERA yang tergabung dalam Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kemendikbudristek.

Sejak dimulai pada 18 Juli hingga 12 Oktober 2025, kegiatan ini melibatkan 15 mahasiswa yang aktif mendampingi warga desa.

Tujuan utama dari program SIPETANI adalah menjawab tantangan keterbatasan lahan sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian.

Dengan metode hidroponik dan vertical farming yang ramah lingkungan, warga didorong untuk mandiri dan mampu mengembangkan usaha pertanian berkelanjutan di lahan sempit.

Program ini dijalankan secara kolaboratif bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Karang Taruna Desa Bagelen. Warga tidak hanya diajarkan membangun instalasi hidroponik, tetapi juga dibekali keterampilan budidaya, pengolahan pascapanen, hingga strategi pemasaran produk pertanian. Saat ini, komoditas yang mulai ditanam antara lain bayam, selada, kangkung, dan sawi.

Kepala Desa Bagelen, Merdi Parmanto, menyambut positif kehadiran sanggar tersebut. Ia menilai SIPETANI membuka peluang baru bagi masyarakat, terutama dalam menguasai pertanian modern yang bernilai ekonomi.

"Harapannya, sanggar ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Pesawaran bahkan Lampung,” ujarnya.

Respon serupa datang dari warga. Eka Dewi, perwakilan KWT, mengaku banyak mendapat ilmu baru dari pendampingan mahasiswa ITERA.

"Mulai dari teknik menanam hingga mengolah hasil panen, semua diajarkan. Kini warga bisa menghasilkan produk berkualitas yang siap dipasarkan lebih luas,” ungkapnya.

Wakil Ketua Tim PPK Ormawa ITERA, Egis Efri Rahyunda, menjelaskan bahwa program ini melahirkan sejumlah capaian penting.

Selain terbentuknya sanggar tani sebagai pusat pelatihan, program juga menghasilkan petani muda dengan rencana usaha tani, menyusun kurikulum pelatihan nonformal, menerbitkan buku ber-ISBN, hingga mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Ke depan, SIPETANI ditargetkan menjadi pusat pengembangan pertanian modern tingkat desa. Mahasiswa ITERA berkomitmen untuk terus mendampingi warga Bagelen memperluas jejaring pemasaran digital, serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar program ini berkelanjutan dan berdampak lebih luas. (*)