Gempa Guncang Semaka Tanggamus, Warga Mengungsi dan Butuh Bantuan

Tampak kerusakan salah satu rumah warga di Semaka Tanggamus akibat gempa Jumat, 26 September 2025, malam. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus – Malam Jumat, 26 September 2025,
udara di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, terasa sejuk setelah hujan reda
menjelang malam. Warga tengah menikmati waktu bersama keluarga, sebagian sudah
terlelap, saat ketenangan itu mendadak buyar.
Pukul 21.55 WIB, gempa mengguncang wilayah tersebut. Guncangan terasa hebat. Dinding rumah bergetar, genting berjatuhan, dan suara jeritan terdengar dari berbagai penjuru kampung.
Di Pekon Sidodadi, Jasmini (52) mengalami momen menegangkan itu bersama anak-anaknya di ruang tengah.
"Tiba-tiba lantai bergetar keras. Saya panik, langsung teriak, ‘Cepat keluar!’" kisahnya dengan mata berkaca-kaca. Saat menoleh kembali, rumah yang telah ia tempati selama puluhan tahun telah roboh, menyisakan puing dan debu.
Midah (67), tetangganya, masih tampak terpukul. Ia duduk di kursi plastik, memandangi tembok rumahnya yang telah ambruk.
"Saya hanya sempat menarik cucu keluar. Begitu sampai halaman, tembok sudah jatuh. Ini rumah peninggalan almarhum suami saya… sekarang hancur. Rasanya seperti kehilangan segalanya," ucapnya lirih.
Sumardi (68) juga menjadi korban. Atap asbes rumahnya ambruk saat gempa terjadi.
“Kami semua lari keluar sambil menunduk, takut ketimpa genting. Malam itu kami tidak berani masuk lagi. Hanya duduk di luar, menatap rumah yang sudah bolong,” ujarnya sambil menunjukkan kerusakan pada atap rumahnya.
Tak jauh dari sana, Jumono (71) menghela napas panjang. Sebagian atap rumahnya juga runtuh.
“Saya tidak tahu harus bagaimana. Tapi yang penting keluarga selamat. Itu sudah anugerah,” katanya dengan suara bergetar.
Cerita serupa terdengar dari Pekon Tugu Rejo. Jeni (60) hanya bisa termenung di depan rumahnya yang ambruk.
“Biasanya cucu-cucu main di teras ini. Sekarang sudah rata dengan tanah. Saya sedih sekali, tapi harus kuat demi mereka,” katanya pelan.
Legiman (45) menunjukkan retakan panjang di dinding rumahnya.
“Kalau ada gempa susulan, tembok ini bisa roboh. Kami tidur di rumah tetangga malam itu, tidak berani lagi masuk,” jelasnya.
Seneng Prasojo (50) kehilangan bagian belakang rumahnya.
“Dapur saya sudah habis. Besok saya tidak tahu harus bagaimana menyiapkan makan untuk keluarga,” ucapnya dengan nada getir.
Di Pekon Karang Rejo, Misro (83) hanya bisa pasrah saat melihat dapurnya yang hancur total. Ia duduk di kursi tua, memandangi reruntuhan.
“Usia saya sudah tua. Saya tidak mampu membangun lagi sendiri. Semoga ada yang menolong,” ujarnya lirih.
Khoirul Anam (47) pun merasakan hal serupa. Dapurnya rusak berat dan tak bisa digunakan lagi.
Kapolsek Semaka, AKP Sutarto, mengatakan pihaknya langsung turun ke lokasi begitu laporan masuk.
“Kami segera mendata, memastikan warga selamat, dan mengimbau agar tetap waspada. Syukur alhamdulillah, meski sembilan rumah rusak, tidak ada korban jiwa,” jelasnya.
Kerugian materi ditaksir mencapai Rp150 juta. Namun lebih dari itu, ada luka batin yang jauh lebih dalam. Bagi warga, rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat menyimpan kenangan dan kehidupan.
Sebagian warga kini mengungsi ke rumah kerabat, sementara lainnya mendirikan tenda darurat dari terpal seadanya.
Malam itu, langit Semaka terasa lebih pekat dari biasanya. Angin dingin menusuk tulang, anak-anak meringkuk di pangkuan orang tuanya. Di halaman yang hanya menyisakan puing, warga menyalakan api kecil untuk mengusir dingin. Ada yang berdoa lirih, ada yang saling berpelukan, ada pula yang hanya menatap kosong, masih diliputi trauma.
Warga berharap bantuan segera datang, baik dari pemerintah maupun para dermawan. Mereka membutuhkan material bangunan, perlengkapan tidur, bahan makanan, dan pendampingan psikologis bagi anak-anak yang ketakutan.
“Rumah kami runtuh, tapi nyawa masih selamat. Itu yang paling penting,” kata Jumono, menutup pembicaraan dengan senyum tipis penuh harapan.
Di balik reruntuhan, warga Semaka menemukan kekuatan yang lebih besar dari gempa: semangat untuk bangkit dan membangun kembali kehidupan yang lebih kuat dan kokoh. (*)
Berita Lainnya
-
Usai Gempa 4,6 M di Tanggamus, Warga Diminta Waspadai Potensi Gempa Susulan
Sabtu, 27 September 2025 -
Belum Pulih dari Duka Kehilangan Suami, Rumah Casem Runtuh Diguncang Gempa
Sabtu, 27 September 2025 -
Distribusi MBG Sejumlah Sekolah di Semaka Tanggamus Dihentikan Sementara
Kamis, 25 September 2025 -
Hari Tani 2025, DPC PDI Perjuangan Tanggamus Dukung Petani dengan Bantuan Benih Padi dan Bibit Alpukat
Kamis, 25 September 2025