• Minggu, 14 September 2025

‎Penuhi Undangan Walikota Metro, Mahasiswa Soroti Masalah Jalan Rusak Hingga LGBT

Minggu, 14 September 2025 - 19.31 WIB
209

‎Sejumlah pimpinan organisasi mahasiswa di Kota Metro saat memenuhi undangan diskusi bersama Walikota H. Bambang Iman Santoso. Foto: Arby/kupastuntas.co

‎Kupastuntas.co, Metro - Audiensi antara Walikota Metro, H Bambang Iman Santoso dengan sejumlah pimpinan organisasi mahasiswa dan pemuda di Kota Metro menjadi panggung penyampaian kritik sekaligus aspirasi tajam dari kalangan mahasiswa.

‎Pertemuan yang berlangsung di Rumah Dinas Wali Kota, Minggu (14/9/2025) sore tersebut dihadiri sejumlah organisasi kepemudaan (OKP), mulai dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), PMII, KMHDI, IMM, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Dharma Wacana Metro.

‎Kehadiran sejumlah pengurus organisasi mahasiswa tersebut menambah bobot diskusi dan memperlihatkan soliditas gerakan mahasiswa di Bumi Sai Wawai dalam menyuarakan kepentingan publik.

‎Ketua GMNI Kota Metro, Duwi Ari Yanto melalui Sekretaris, Lofty Romansa menceritakan suasana pertemuan yang berlangsung hangat namun penuh dinamika.

‎Ia mengungkapkan bahwa GMNI secara tegas menyampaikan tiga isu yang dinilai mendesak untuk segera ditangani oleh pemerintah kota.

‎"Kami mengapresiasi undangan dari Bapak Wali Kota. Ini kesempatan langka untuk menyampaikan suara rakyat secara langsung. Ada tiga hal utama yang menjadi keprihatinan kami dan harus segera direspons serius,” kata Lofty Romansa, Minggu (14/9/2025) malam.

‎Ia menyebut bahwa GMNI menyoroti masih banyaknya proyek infrastruktur yang mangkrak maupun belum tersentuh di berbagai wilayah Metro. Mulai dari kondisi jalan yang rusak, drainase buruk, hingga fasilitas publik yang terbengkalai.

‎Mahasiswa menilai ketidakoptimalan pembangunan menghambat aktivitas masyarakat dan menurunkan kualitas pelayanan publik.

‎“Infrastruktur adalah urat nadi ekonomi. Kalau jalan saja rusak, bagaimana warga bisa nyaman beraktivitas. Kami minta percepatan dan pengawasan yang lebih ketat,” tegas Lofty.

‎Kritik tajam juga disampaikan GMNI terkait program makanan bergizi gratis. Mahasiswa menyinggung adanya temuan makanan yang basi ketika dibagikan di salah satu sekolah.

Hal ini dinilai sangat fatal karena menyangkut kesehatan anak-anak.

GMNI mendesak pemerintah mengevaluasi menyeluruh sistem distribusi, kualitas, hingga pengawasan program tersebut.

‎“Program ini niatnya baik, tapi jika kualitas makanan tidak terjaga, justru bisa menimbulkan masalah baru. Pemerintah tidak boleh abai dalam pengawasan,” ujar Lofty.

‎Isu terakhir yang diangkat GMNI menyangkut maraknya fenomena sosial, termasuk LGBT yang dinilai semakin memprihatinkan.

Mahasiswa meminta pemerintah kota mengambil langkah preventif melalui pendidikan, pembinaan moral, serta penguatan peran keluarga dan sekolah.

‎GMNI bahkan mengundang Walikota untuk ikut serta dalam forum diskusi kelompok terarah (FGD) yang akan mereka gelar terkait isu sosial ini.

‎“Kami ingin Pemkot ikut andil dalam membentengi generasi muda dari pengaruh negatif. Jangan sampai Metro kehilangan arah nilai sosial dan budaya,” terangnya.

Menanggapi aspirasi mahasiswa, Walikota Bambang Iman Santoso menegaskan, kritik dan masukan dari generasi muda sangat penting untuk menyempurnakan kebijakan pemerintah.

Ia berjanji akan segera meninjau langsung persoalan infrastruktur dan melakukan pengawasan program makanan bergizi gratis.

‎“Masukan dari kawan-kawan mahasiswa sangat berharga. Aspirasi ini bukan hanya kritik, tapi juga motivasi bagi pemerintah untuk bekerja lebih baik. Kami akan tindak lanjuti satu per satu, khususnya infrastruktur dan isu sosial,” tegas Bambang.

‎Pertemuan tersebut diakhiri dengan harapan agar sinergi antara pemerintah kota dan mahasiswa tetap terjaga.

GMNI menyatakan kesiapannya untuk mengawal setiap program pembangunan dan menjadi mitra kritis pemerintah. (*)