Program MBG di Lampung Belum Optimal, Pengawasan Lemah Jadi Sorotan

Pengamat Pendidikan Universitas Lampung, Muhammad Thoha B.S. Jaya. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pelaksanaan
program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Lampung masih menjadi sorotan,
terutama terkait kualitas gizi, keamanan makanan, dan efektivitas program bagi
siswa.
Pengamat Pendidikan Universitas Lampung,
Muhammad Thoha B.S. Jaya, menilai bahwa program MBG hingga saat ini belum
sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak di sekolah, meski telah
berjalan di sejumlah kabupaten dan kota di Lampung.
Menurut Thoha, salah satu masalah utama
terletak pada standarisasi makanan. Ia menjelaskan bahwa besaran dana yang
dialokasikan per siswa masih belum mencukupi untuk menghasilkan makanan dengan
kualitas yang layak.
“Kualitas makanan yang disajikan belum
optimal, sementara rasa sangat tergantung selera siswa. Ada yang cocok, ada
pula yang kurang disukai. Hal ini wajar, namun menunjukkan bahwa perlu upaya
lebih serius dalam menyesuaikan menu dengan kebutuhan gizi anak,” kata Thoha
saat dimintai tanggapan, Selasa (9/9/25)
Selain itu, keamanan makanan juga menjadi
perhatian serius. Thoha menekankan perlunya pengawasan intensif dari pihak
sekolah dan pengawas dapur, agar kebersihan dan proses penyajian tetap terjaga.
Menurutnya, kasus keracunan yang pernah terjadi sebelumnya harus menjadi
pelajaran agar tidak terulang.
“Pihak ketiga yang menangani katering MBG
perlu diawasi lebih ketat. Jika masih terjadi kesalahan yang sama, sebaiknya
mereka diganti dengan mitra yang lebih profesional,” ujarnya.
Dampak program MBG terhadap siswa, kata
Thoha, cenderung positif, selama kualitas makanan memenuhi standar gizi. Ia
menjelaskan bahwa program ini dapat meningkatkan kesehatan anak, fokus belajar,
dan kehadiran di sekolah. Namun, hal itu sangat bergantung pada kualitas menu
yang disajikan.
“Kalau makanan tidak memenuhi kebutuhan gizi
atau tidak higienis, tentu dampak positifnya akan berkurang, bahkan bisa
menimbulkan masalah kesehatan,” jelasnya.
Thoha juga menyoroti peran penting kepala
sekolah dan guru. Menurutnya, sekolah tidak hanya bertugas menerima makanan,
tetapi harus aktif memantau pelaksanaan MBG dan memberikan masukan atau saran
perbaikan. Ia menekankan bahwa keberanian sekolah dalam mengajukan rekomendasi
akan sangat menentukan keberhasilan program ini.
“Sekolah harus menjadi pengawas pertama,
memastikan anak-anak mendapatkan makanan yang layak dan aman. Ini bukan sekadar
formalitas proyek,” tambahnya.
Dalam konteks pelaksanaan, Thoha
mengungkapkan bahwa banyak pihak ketiga atau katering yang belum terlatih
secara memadai. Mereka hanya menerima arahan umum mengenai menu dan jenis
makanan yang perlu disiapkan, tanpa pelatihan intensif dari pemerintah.
Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan
kualitas makanan tidak terstandar. Ia menekankan bahwa program MBG menyangkut
tumbuh kembang anak, sehingga kualitas dan keamanan makanan harus menjadi prioritas.
Terkait alokasi anggaran, Thoha menilai perlu
transparansi dan ketepatan sasaran. Ia menyarankan agar program MBG difokuskan
pada siswa dari keluarga kurang mampu, karena mereka lebih membutuhkan bantuan
ini.
Memberikan MBG kepada anak-anak dari keluarga
mampu dinilai kurang tepat, karena makanan di rumah mereka biasanya sudah lebih
berkualitas dan diminati anak-anak.
Thoha juga menyarankan agar pelaksanaan MBG
melibatkan masyarakat lokal yang dekat dengan sekolah, termasuk memanfaatkan
kantin sekolah sebagai mitra pelaksana. Menurutnya, keterlibatan pihak lokal
dapat membantu menjaga kualitas, keamanan, dan keberlanjutan program.
Dengan pemantauan yang lebih ketat dan
pelibatan masyarakat, MBG diharapkan tidak hanya menjadi proyek pemerintah
semata, tetapi benar-benar memberikan manfaat nyata bagi tumbuh kembang dan
pendidikan siswa di Lampung.
“Program ini menyangkut masa depan anak-anak
kita. Jika kualitas dan keamanan makanan tidak dijaga, program MBG justru bisa
menimbulkan risiko. Semua pihak harus serius, dari pemerintah, sekolah, hingga
mitra pelaksana, agar tujuan utama program ini tercapai,” pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW, Ustadz Suaida Ajak Sivitas Akademika Teladani Akhlak Rasulullah
Sabtu, 13 September 2025 -
Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia Azra Lilam Putra Juara Harapan 1 Duta Bahasa Nasional 2025
Sabtu, 13 September 2025 -
Ketua Umum Kerabat Lampung Resmi Buka Pelatihan Raja Parhata dan Protokol Adat Batak Toba
Sabtu, 13 September 2025 -
PLN Dukung Hilirisasi Pertanian di Lampung melalui Program Electrifying Agriculture
Sabtu, 13 September 2025