• Senin, 08 September 2025

Walikota Metro Pastikan Anggaran Pelestarian Bahasa Lampung Tersedia dan Masuk RPJMD

Senin, 08 September 2025 - 11.35 WIB
55

Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso saat diwawancarai awak media usai kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu dan Pentas Pendidikan Agama tingkat pendidikan dasar sederajat se-Kota Metro yang digelar di LEC Kartikatama, Senin (8/9/2025). Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Komitmen Pemerintah Kota Metro dalam menjaga kelestarian budaya daerah kembali ditegaskan. Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso, memastikan anggaran untuk pelestarian budaya dan Bahasa Lampung tidak hanya tersedia, tetapi juga sudah terintegrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Hal ini disampaikannya usai kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu dan Pentas Pendidikan Agama tingkat pendidikan dasar sederajat se-Kota Metro yang digelar di LEC Kartikatama, Senin (8/9/2025).

Bambang menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan bagian dari upaya strategis membangun karakter anak sejak dini.

“Semua nanti akan kita perhatikan. Saya pastikan kegiatan ini bukan hanya sekadar seremonial, tetapi ada nilai yang bisa kita ambil. Ini bagian dari mendidik anak-anak agar mencintai budaya, sehingga pelajaran budaya, semisal Bahasa Lampung, nantinya tidak akan hilang. Kita mulai penggunaannya dari PAUD, TK, SD, hingga SMP,” kata dia saat diwawancarai awak media.

Bambang menekankan bahwa dukungan pemerintah tidak akan berhenti pada retorika. Anggaran khusus dan kebijakan berkelanjutan akan dipastikan hadir untuk mengawal proses pelestarian budaya lokal.

“Insya Allah, saya pastikan kalau kaitannya dengan anggaran, karena ini berkaitan dengan pendidikan anak-anak kita, maka akan saya siapkan sebaik-baiknya. Bahasa daerah adalah identitas, dan itu sudah masuk dalam RPJMD Kota Metro,” tegas Bambang.

Pernyataan ini sekaligus menjadi jawaban atas keresahan sejumlah pemerhati budaya yang khawatir eksistensi Bahasa Lampung kian tergerus arus globalisasi.

Menurut Bambang, Metro sebagai kota cerdas berbasis jasa dan budaya yang religius memiliki kewajiban moral untuk menjaga warisan leluhur.

“Kalau kaitannya dengan visi yang sudah saya sampaikan, itu sudah pasti masuk. Metro tidak boleh kehilangan identitas budaya lokalnya,” tandasnya.

Senada dengan Wali Kota, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Deddy Hasmara, menyebut festival ini sebagai langkah konkret menanamkan kecintaan anak pada budaya lokal.

“Festival ini adalah bentuk pembiasaan. Anak-anak dipancing dengan acara seperti ini, otomatis setiap harinya mereka akan terdorong untuk belajar. Harapannya, menjadi kebiasaan baik,” ucap Deddy.

Ia menjelaskan, di sekolah formal muatan lokal Bahasa Lampung sudah masuk dalam kurikulum. Namun upaya pembiasaan bahasa tidak cukup hanya mengandalkan ruang kelas.

“Kita combine. Pembiasaan bahasa tidak hanya bahasa asing, tapi juga Bahasa Lampung. Misalnya, dalam pemberian penjelasan guru menyisipkan bahasa Lampung, bahkan dalam konten teknologi kita coba sisipkan. Kalau ada program yang biasanya pakai bahasa Inggris, kita coba alihkan dengan Bahasa Lampung,” ungkapnya.

Upaya pelestarian bahasa daerah di Metro memang tidak mudah. Generasi muda cenderung lebih akrab dengan bahasa gaul dan bahasa asing. Sementara, penggunaan Bahasa Lampung di ruang publik semakin jarang ditemui. Di titik inilah, kebijakan pemerintah daerah menjadi krusial.

Dengan masuknya pelestarian bahasa daerah ke dalam RPJMD, publik berharap Metro memiliki arah pembangunan yang jelas dan tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun karakter dan identitas budaya. (*)