• Selasa, 09 September 2025

‎UIN Raden Intan dan Tantangan Hoaks Digital, Oleh: Koderi

Senin, 08 September 2025 - 07.38 WIB
2.1k

‎Dr. Koderi, M.Pd, Dosen dan Pengamat Pendidikan Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung. Foto: Ist.

‎Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Di era digital, arus informasi bergerak lebih cepat daripada kemampuan kita memverifikasinya.

Berita palsu, hoaks, dan disinformasi bertebaran, sering kali dibungkus dengan kisah inspiratif atau judul sensasional.

Belum lama ini, muncul artikel yang mengaitkan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung dengan keberhasilan melunasi biaya kuliah melalui permainan slot online “Mahjong Ways”.

Sekilas terlihat menarik, tetapi sejatinya ia adalah jebakan narasi yang menyesatkan.

‎Hoaks yang Menyalahgunakan Nama Baik Kampus

‎Nama lembaga pendidikan tinggi, apalagi yang berbasis agama, seharusnya dijaga martabatnya.

Ketika UIN Raden Intan dibawa-bawa untuk mempromosikan judi online, ini bukan hanya soal pencemaran nama baik, tetapi juga manipulasi psikologis publik.

Dengan mengaitkan game ilegal ke dunia akademik, pembuat konten ingin memberi legitimasi semu: seolah-olah perjudian digital bisa diterima, bahkan bisa mendukung keberhasilan studi.

‎Bahaya yang Mengintai Generasi Muda

‎Masalah terbesar dari hoaks semacam ini adalah dampaknya terhadap mahasiswa.

Generasi muda mudah tergoda dengan janji “jalan pintas” meraih keuntungan finansial. Padahal, fakta menunjukkan bahwa judi online lebih sering menjerumuskan pada kerugian, kecanduan, dan persoalan sosial lainnya.

Jika tidak ditangkal, narasi ini dapat merusak fokus belajar, meruntuhkan motivasi akademik, dan bahkan menjerumuskan ke persoalan hukum.

‎Tantangan Literasi Digital bagi Akademika

‎Fenomena ini menunjukkan tantangan nyata bagi dunia pendidikan: bagaimana memperkuat literasi digital mahasiswa.

Literasi digital bukan hanya kemampuan menggunakan teknologi, melainkan juga keterampilan berpikir kritis, memverifikasi sumber, dan memahami etika bermedia. UIN Raden Intan, bersama sivitas akademika, perlu tampil di garis depan dalam membentengi mahasiswa dari gempuran hoaks digital.

‎Peran Kampus dalam Meluruskan Narasi

‎Kampus tidak boleh diam. Ada dua langkah penting yang bisa ditempuh. Pertama, klarifikasi resmi, agar masyarakat tahu bahwa nama UIN telah disalahgunakan dan tidak ada kaitannya dengan judi online.

Kedua, membangun narasi tandingan, menunjukkan prestasi mahasiswa UIN yang sesungguhnya: riset, inovasi, wirausaha halal, dan pengabdian masyarakat.

Dengan begitu, publik lebih mudah melihat mana kisah nyata, mana ilusi digital.

‎Penutup: Membangun Ketahanan Informasi

‎Tantangan hoaks digital tidak hanya dihadapi UIN Raden Intan, melainkan semua lembaga pendidikan. Namun, kasus ini bisa menjadi cermin bahwa kita perlu lebih waspada.

Melawan hoaks berarti menjaga marwah akademik, membentengi generasi muda, dan memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi jalan terang, bukan tertutup kabut disinformasi. (*)