Metro dan Warisan H.R. Rookmaaker Yang Harus Dirawat

Metro dan Warisan H.R. Rookmaaker Yang Harus Dirawat
Kupastuntas.co, Metro - Sejarah sebuah kota bukan hanya deretan peristiwa, melainkan warisan harapan yang dititipkan dari masa ke masa.
Kota Metro adalah salah satu contoh nyata bagaimana sebuah gagasan besar lahir dari tangan sejarah kolonial, lalu tumbuh menjadi ruang peradaban yang kini dituntut menjawab tantangan modernitas.
Nama H.R. Rookmaaker, residen Lampung pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tercatat sebagai sosok yang pertama kali merancang Metro sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Ia melihat Metro memiliki posisi strategis, berada di jantung Provinsi Lampung, dan bisa menjadi kota percontohan pemekaran dari Lampung Tengah.
Metro tidak sekadar dibangun untuk memenuhi kebutuhan administratif, tetapi diproyeksikan sebagai pusat perekonomian, pendidikan, dan kebudayaan di tanah Sai Bumi Ruwa Jurai.
Namun, sejarah bukanlah benda mati. Harapan yang ditanam Rookmaaker akan selalu menuntut perawatan.
Dan kini, tantangan itu jatuh di tangan kepemimpinan H. Bambang Iman Santoso dan Dr. M. Rafieq Adi Pradana, pasangan yang mengusung misi Metro sebagai kota cerdas berbasis jasa dan budaya yang religius.
Metro lahir dari visi kolonial yang memproyeksikan Lampung sebagai wilayah dengan pusat ekonomi baru.
Transmigrasi yang digagas sejak 1930-an menempatkan Metro sebagai kota percontohan.
Dari situlah terbentuk wajah Metro dengan jalan-jalan yang lebar, pola pemukiman yang rapi, serta tata ruang yang lebih modern dibanding kabupaten lain di Lampung.
Sejarah ini adalah modal penting. Metro bukan kota yang lahir secara kebetulan, melainkan hasil perencanaan matang dengan harapan masa depan.
Karena itu, setiap generasi pemimpin dituntut melanjutkan garis harapan itu, bukan sekadar mengelola rutinitas birokrasi.
Perjalanan Metro pasca-pemekaran tidak pernah sepi dari dinamika politik. Sebagai kota kecil dengan posisi strategis, Metro sering menjadi ajang tarik-menarik kepentingan.
Dalam sejarahnya, publik Metro pernah kecewa pada kepemimpinan yang terlalu sibuk menjaga keseimbangan politik sehingga ragu mengambil keputusan tegas.
Fenomena “Politik Gembol” yakni kekuasaan yang besar di atas kertas namun minim keberanian eksekusi sehingga membuat pembangunan tersendat.
Kini, kepemimpinan Bambang–Rafieq ditantang untuk keluar dari jebakan itu.
Mereka tidak boleh hanya menjadi manajer kekuasaan, melainkan harus berperan sebagai arsitek perubahan.
Karena rakyat Metro semakin cerdas membaca arah politik, mereka tidak ingin kota ini menjadi korban kompromi elite.
Bagi masyarakat, harapan paling nyata terhadap pembangunan Metro terletak pada infrastruktur dasar.
Metro mungkin dikenal sebagai kota pendidikan, namun wajah kesehariannya masih banyak menyimpan pekerjaan rumah.
Jalan mulus di setiap sudut kota. Warga tidak ingin lagi jalan lingkungan dan penghubung antar-kecamatan penuh lubang. Jalan yang baik bukan sekadar infrastruktur fisik, tetapi denyut nadi perekonomian rakyat.
Lampu jalan yang terang. Kota cerdas seharusnya tidak memiliki jalan gelap yang rawan kriminalitas. Lampu jalan adalah simbol hadirnya negara hingga ke sudut-sudut lingkungan.
Kota bebas banjir. Drainase yang buruk dan sungai yang dangkal sering memunculkan genangan setiap musim hujan. Bagi rakyat, bebas banjir berarti bebas dari rasa cemas setiap kali langit mendung.
Harapan ini sederhana, tetapi dampaknya besar. Infrastruktur yang baik akan menciptakan rasa aman, memperlancar arus ekonomi, meningkatkan nilai properti, dan memperkuat identitas Metro sebagai kota layak huni.
Sejarah Metro memberi teladan perencanaan yang visioner. Politik Metro adalah panggung ujian bagi para pemimpin. Dan harapan masyarakat adalah bahan bakar agar pembangunan tidak kehilangan arah.
Jika ketiga unsur ini bisa diselaraskan, Metro akan benar-benar menjelma menjadi kota cerdas berbasis jasa, budaya yang religius, dengan infrastruktur modern dan berkeadilan.
Namun, jika sejarah hanya dijadikan romantisme, politik tetap dikuasai kompromi, dan harapan rakyat diabaikan, maka Metro akan terjebak dalam stagnasi. Kota ini hanya akan dikenal sebagai kota kecil dengan sejarah besar, tanpa masa depan yang gemilang.
Warisan harapan H.R. Rookmaaker adalah kompas. Kepemimpinan hari ini adalah nakhoda. Dan rakyat Metro adalah penumpang yang tidak hanya ingin ikut berlayar, tetapi juga menikmati perjalanan dengan aman dan nyaman.
Cerdas merawat harapan berarti memastikan jalan-jalan Metro mulus, lampu kota terang, dan rumah warga bebas dari banjir. Karena di sanalah letak kebahagiaan sederhana masyarakat, hidup di kota yang aman, nyaman, modern, dan tetap religius.
Jika Metro mampu menjawab harapan ini, maka warisan sejarah akan benar-benar hidup, politik menemukan maknanya, dan rakyat merasakan pembangunan sebagai milik mereka. (*)
Berita Lainnya
-
84 Atlet Ikuti Turnamen Tenis Metro Cup III 2025
Sabtu, 06 September 2025 -
Jaksa Didesak Usut Jejak Oknum DPRD dalam Skandal Korupsi Infrastruktur di Metro Lampung
Jumat, 05 September 2025 -
Beras Oplosan Hingga Transparansi APBD Jadi Isu Demo 'September Gelap' di Kota Metro
Kamis, 04 September 2025 -
Kejari Metro Tetapkan 4 Tersangka Kasus Korupsi Proyek Jalan Rp 5,1 Miliar
Kamis, 04 September 2025