Hasil Tangkapan Berkurang, Harga Ikan Laut di Kotaagung Tanggamus Meroket

Suasana Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Kabupaten Tanggamus yang tampak lenggang. Foto: Sayuti/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus – Suasana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pasar Kotaagung, Kabupaten Tanggamus dalam sepekan terakhir tampak lenggang. Banyak lapak ikan tutup karena minimnya pasokan dari laut, sementara harga ikan segar melonjak tajam, Jumat (5/9/2025).
Kondisi ini muncul setelah digelarnya Ruwatan Laut Teluk Semaka pada 27 Juni 2025, tradisi tahunan nelayan yang justru diikuti dengan berkurangnya hasil tangkapan.
Bersamaan dengan itu, harga ikan yang biasanya stabil kini naik signifikan. Ikan Nibung atau Blue Marlin yang semula Rp40 ribu per kilogram kini mencapai Rp60 ribu.
Tongkol naik dari Rp35 ribu menjadi Rp45 ribu per kilogram, layang dari Rp30 ribu menjadi Rp40 ribu, dan sarden dari Rp20 ribu kini dijual Rp30 ribu.
Kenaikan juga terjadi pada ikan super, seperti simba, tenggiri dan kakap yang melambung.
“Sekarang susah sekali dapat barang. Kalau pun ada, harganya sudah tinggi. Banyak pedagang memilih libur berjualan,” kata Buang, pedagang ikan di TPI Kotaagung, Jumat (5/9/2025).
Konsumen pun mengeluhkan mahalnya harga ikan segar.
"Biasanya bisa beli banyak untuk keluarga. Sekarang terpaksa beli sedikit, kalau tidak ya cari lauk lain,” ujar Ririn, warga Pasarmadang.
Sebagian pedagang mencoba mengandalkan ikan beku dari Muara Angke, Jakarta, yang dikenal sebagai “ikan paket”. Namun, ikan jenis ini kurang diminati warga karena rasanya dinilai berbeda dengan ikan Teluk Semaka.
"Ikan paket hambar, jauh berbeda dengan ikan Teluk Semaka yang gurih,” kata Hartono, warga Kota Agung Timur.
Di sisi lain, nelayan juga mengaku kesulitan. Wasim, nelayan pancing mengaku hasil tangkapannya terus menurun sejak beberapa minggu terakhir.
"Entah kenapa sejak ruwatan kemarin ikan seperti menghilang. Kami sering pulang dengan hasil kosong,” ucapnya.
Padahal, aktivitas penangkapan ikan di Teluk Semaka ditopang beragam jenis kapal.
Nelayan kecil masih mengandalkan perahu payang, jukung, dan viber, sementara kapal pure shine ( kursin) digunakan untuk melaut lebih jauh.
Ada pula kapal bagan listrik berukuran besar yang memanfaatkan lampu untuk menarik ikan di malam hari, serta kapal trawl yang kerap menimbulkan polemik karena dianggap merusak ekosistem laut.
Namun, beragam kapal itu kini lebih banyak terparkir di dermaga.
"Mau kapal besar atau kecil sama saja, kalau ikan susah didapat tetap rugi,” kata Maropi, nelayan lainnya.
Data dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kotaagung mencatat, sekitar 181 unit kapal terdaftar di pelabuhan ini, dengan rata-rata 9 kapal sandar per hari atau sekitar 270 kapal per bulan. Namun, target produksi harian sebesar 5 ton tak terpenuhi, karena realisasi hanya sekitar 1,1 ton per hari.
Masyarakat berharap kondisi ini segera membaik agar harga ikan kembali normal dan roda ekonomi pesisir kembali berputar.
"Kami ingin laut kembali melimpah. Kalau pasar ramai, nelayan senang, pembeli pun tenang,” harap Selamet, nelayan pandega Bagan listrik. (*)
Berita Lainnya
-
Impian Warga Ulubelu Tanggamus Terjawab, Pemerintah Bangun Jembatan Lawang Agung
Jumat, 05 September 2025 -
Perusahaan Tambang Emas di Tanggamus Diduga Serobot Lahan Warga Jadi Kompensasi
Jumat, 05 September 2025 -
Dilaporkan Hilang, Nenek Samiyem di Desa Margoyoso Tanggamus Ditemukan di Dasar Sumur
Selasa, 02 September 2025 -
SMAN 1 Kotaagung Tanggamus Sabet 13 Medali di Saburai Cup 2025
Selasa, 02 September 2025