Datar Lebuay, Surga Tersembunyi di Bumi Begawi Jejama Tanggamus

Beberapa potret keindahan air terjuan yang ada di Datar Lebuay. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Tanggamus - Pagi baru saja merekah di Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kabut tipis bergelung di punggung
bukit, sementara dari kejauhan terdengar denting burung murai yang menyapa
hari.
Jalan berkelok yang ditempuh dari Pasar Airnaningan membawa setiap mata
pada hamparan hijau kebun kopi yang luas. Di sini, kopi bukan sekadar tanaman,
melainkan denyut nadi kehidupan.
Para petani tampak menyeleksi biji, menjemurnya di halaman rumah, aroma
robusta menyeruak hingga ke jalanan.
Tak lama, sebuah jembatan panjang menjulang di hadapan, itulah Jembatan
Kuning yang membentang di atas sungai (Way) Sangarus yang memiliki panjang 218
meter dan lebar 4,5 meter yang dibangun bersamaan dengan pembangunan Bendungan
Batu Tegi pada tahun 1995, yang merupakan ikon desa yang membelah aliran sungai
dari Bendungan Batu Tegi. Warnanya kuning mencolok, berpadu indah dengan
lanskap hijau perbukitan.
Kendaraan yang melintas di jembatan ini hanya sepeda motor, melintasinya
dengan hati-hati, sementara anak-anak desa kadang berhenti di tepi jembatan
hanya untuk menyapa para pelintas dengan senyum polos. Dari titik ini,
perjalanan sesungguhnya baru dimulai.
Sekitar 30 kilometer perjalanan ditempuh dari Pasar Airnaningan, jalur pun
makin menantang. Aspal mulus perlahan berganti tanah merah yang licin bila
hujan tiba. Namun semua letih seakan terbayar ketika tiba di gerbang kawasan
wisata. Dari sini, pengunjung mesti berjalan kaki sejauh 500 meter. Jalannya
relatif datar, diapit pepohonan hutan lindung yang rindang, suara serangga dan
desau dedaunan menambah rasa petualangan.
Begitu langkah mendekat, suara gemuruh mulai terdengar. Semakin lama,
semakin jelas. Dan di hadapan mata, Air Terjun Tirai menjelma megah, airnya
jatuh bak lembaran putih yang menjuntai dari tebing tinggi. Percikan embun
halus menari di udara, menyentuh wajah dan membuat suasana sejuk tak
tertandingi.
Keajaiban Datar Lebuay tak berhenti di Tirai. Wilayah ini adalah surga
tersembunyi bagi para pencinta air terjun. Hanya dengan berjalan atau menempuh
jalur singkat, wisatawan bisa menemukan Air Terjun Bujang, yang mengalir tenang
di sela-sela batuan besar.
Lalu Air Terjun Batu Salak, dikelilingi tebing kokoh dengan aliran deras. Air
Terjun Landai, dengan jatuhan air yang lebih lembut, cocok untuk berendam. Air
Terjun Perawan, tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan, menghadirkan kesan
alami tanpa sentuhan tangan manusia.
Kemudian Air Terjun Jarum, ramping bak benang air, indah sekaligus unik.
Air Terjun Queen, bertingkat dua dengan kolam alami di bawahnya, menjadi
favorit anak muda. Dan Air Terjun Kukusan, yang terpencil jauh di dalam hutan,
menawarkan keheningan murni bagi para pencinta petualangan.
Setiap air terjun memiliki karakternya sendiri, menyajikan “satu desa,
sejuta pesona.”
Tak hanya air terjun, kawasan ini juga menjadi rumah bagi flora endemik
Sumatera, yaitu bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Warga setempat
menyebutnya suweg raksasa. Tanaman ini bisa tumbuh hingga tiga meter, dengan
siklus hidup unik, yakni hanya mekar beberapa tahun sekali, dan ketika mekar,
bunganya hanya bertahan 3–4 hari. Kehadirannya di Datar Lebuay menjadi penanda
betapa lestarinya ekosistem di sini.
Bagi masyarakat, bunga bangkai adalah kebanggaan sekaligus daya tarik
wisata yang membuat Datar Lebuay berbeda dengan destinasi lainnya.
Tak lengkap rasanya menapaki Datar Lebuay tanpa bersua dengan warganya.
Sebagian besar bekerja sebagai petani kopi dan lada. Di sela aktivitas, mereka
kerap menyambut wisatawan dengan kopi tubruk hangat hasil kebun sendiri, hitam
pekat dengan rasa pahit legit yang khas.
Sesekali, cerita rakyat lokal pun mengalun. Konon, beberapa air terjun di
sini memiliki kisah tersendiri, ada yang dipercaya tempat mandi bidadari, ada
pula yang dianggap sakral. Cerita-cerita itu menambah lapisan mistis yang
membuat perjalanan semakin berkesan.
Air terjun, kebun kopi, jembatan kuning, dan bunga bangkai, semuanya
berpadu menjadi satu simfoni alam. Datar Lebuay bukan hanya sekadar destinasi
wisata, melainkan perjalanan menyelami harmoni antara manusia dan alam.
Bagi mereka yang ingin lebih dari sekadar berfoto, Datar Lebuay adalah
jawaban. Ia mengajarkan arti kesederhanaan, keteguhan, dan rasa syukur. Karena
di balik gemuruh air dan aroma kopi, ada cerita tentang masyarakat yang menjaga
tanahnya, ada hutan yang masih bernafas, ada flora langka yang menjadi penanda
kekayaan bumi.
Datar Lebuay adalah sebuah puisi yang ditulis air, tanah, dan manusia. Dan
setiap orang yang datang, pulang dengan satu bait baru dalam hatinya. (*)
Berita Lainnya
-
132 Rumah dan Persawahan di Wonosobo Tanggamus Tergenang Banjir
Kamis, 28 Agustus 2025 -
APBD Perubahan Tanggamus 2025 Turun Rp 100 Miliar
Kamis, 28 Agustus 2025 -
Terhempas Cuaca Buruk, Kapal Tongkang Terdampar di Pantai Harapan Tanggamus
Kamis, 28 Agustus 2025 -
Banjir Rendam Kampung Sukajadi, SD Negeri Belu, dan Jalan Lintas Barat Kota Agung
Kamis, 28 Agustus 2025