• Kamis, 28 Agustus 2025

Datar Lebuay, Surga Tersembunyi di Bumi Begawi Jejama Tanggamus

Kamis, 28 Agustus 2025 - 13.27 WIB
21

Beberapa potret keindahan air terjuan yang ada di Datar Lebuay. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus - Pagi baru saja merekah di Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kabut tipis bergelung di punggung bukit, sementara dari kejauhan terdengar denting burung murai yang menyapa hari.

Jalan berkelok yang ditempuh dari Pasar Airnaningan membawa setiap mata pada hamparan hijau kebun kopi yang luas. Di sini, kopi bukan sekadar tanaman, melainkan denyut nadi kehidupan.

Para petani tampak menyeleksi biji, menjemurnya di halaman rumah, aroma robusta menyeruak hingga ke jalanan.

Tak lama, sebuah jembatan panjang menjulang di hadapan, itulah Jembatan Kuning yang membentang di atas sungai (Way) Sangarus yang memiliki panjang 218 meter dan lebar 4,5 meter yang dibangun bersamaan dengan pembangunan Bendungan Batu Tegi pada tahun 1995, yang merupakan ikon desa yang membelah aliran sungai dari Bendungan Batu Tegi. Warnanya kuning mencolok, berpadu indah dengan lanskap hijau perbukitan.

Kendaraan yang melintas di jembatan ini hanya sepeda motor, melintasinya dengan hati-hati, sementara anak-anak desa kadang berhenti di tepi jembatan hanya untuk menyapa para pelintas dengan senyum polos. Dari titik ini, perjalanan sesungguhnya baru dimulai.

Sekitar 30 kilometer perjalanan ditempuh dari Pasar Airnaningan, jalur pun makin menantang. Aspal mulus perlahan berganti tanah merah yang licin bila hujan tiba. Namun semua letih seakan terbayar ketika tiba di gerbang kawasan wisata. Dari sini, pengunjung mesti berjalan kaki sejauh 500 meter. Jalannya relatif datar, diapit pepohonan hutan lindung yang rindang, suara serangga dan desau dedaunan menambah rasa petualangan.

Begitu langkah mendekat, suara gemuruh mulai terdengar. Semakin lama, semakin jelas. Dan di hadapan mata, Air Terjun Tirai menjelma megah, airnya jatuh bak lembaran putih yang menjuntai dari tebing tinggi. Percikan embun halus menari di udara, menyentuh wajah dan membuat suasana sejuk tak tertandingi.

Keajaiban Datar Lebuay tak berhenti di Tirai. Wilayah ini adalah surga tersembunyi bagi para pencinta air terjun. Hanya dengan berjalan atau menempuh jalur singkat, wisatawan bisa menemukan Air Terjun Bujang, yang mengalir tenang di sela-sela batuan besar.

Lalu Air Terjun Batu Salak, dikelilingi tebing kokoh dengan aliran deras. Air Terjun Landai, dengan jatuhan air yang lebih lembut, cocok untuk berendam. Air Terjun Perawan, tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan, menghadirkan kesan alami tanpa sentuhan tangan manusia.

Kemudian Air Terjun Jarum, ramping bak benang air, indah sekaligus unik. Air Terjun Queen, bertingkat dua dengan kolam alami di bawahnya, menjadi favorit anak muda. Dan Air Terjun Kukusan, yang terpencil jauh di dalam hutan, menawarkan keheningan murni bagi para pencinta petualangan.

Setiap air terjun memiliki karakternya sendiri, menyajikan “satu desa, sejuta pesona.”

Tak hanya air terjun, kawasan ini juga menjadi rumah bagi flora endemik Sumatera, yaitu bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Warga setempat menyebutnya suweg raksasa. Tanaman ini bisa tumbuh hingga tiga meter, dengan siklus hidup unik, yakni hanya mekar beberapa tahun sekali, dan ketika mekar, bunganya hanya bertahan 3–4 hari. Kehadirannya di Datar Lebuay menjadi penanda betapa lestarinya ekosistem di sini.

Bagi masyarakat, bunga bangkai adalah kebanggaan sekaligus daya tarik wisata yang membuat Datar Lebuay berbeda dengan destinasi lainnya.

Tak lengkap rasanya menapaki Datar Lebuay tanpa bersua dengan warganya. Sebagian besar bekerja sebagai petani kopi dan lada. Di sela aktivitas, mereka kerap menyambut wisatawan dengan kopi tubruk hangat hasil kebun sendiri, hitam pekat dengan rasa pahit legit yang khas.

Sesekali, cerita rakyat lokal pun mengalun. Konon, beberapa air terjun di sini memiliki kisah tersendiri, ada yang dipercaya tempat mandi bidadari, ada pula yang dianggap sakral. Cerita-cerita itu menambah lapisan mistis yang membuat perjalanan semakin berkesan.

Air terjun, kebun kopi, jembatan kuning, dan bunga bangkai, semuanya berpadu menjadi satu simfoni alam. Datar Lebuay bukan hanya sekadar destinasi wisata, melainkan perjalanan menyelami harmoni antara manusia dan alam.

Bagi mereka yang ingin lebih dari sekadar berfoto, Datar Lebuay adalah jawaban. Ia mengajarkan arti kesederhanaan, keteguhan, dan rasa syukur. Karena di balik gemuruh air dan aroma kopi, ada cerita tentang masyarakat yang menjaga tanahnya, ada hutan yang masih bernafas, ada flora langka yang menjadi penanda kekayaan bumi.

Datar Lebuay adalah sebuah puisi yang ditulis air, tanah, dan manusia. Dan setiap orang yang datang, pulang dengan satu bait baru dalam hatinya. (*)