• Rabu, 27 Agustus 2025

PHE OSES Bawa Asa ke Pulau Kelapa dan Pulau Harapan

Rabu, 27 Agustus 2025 - 14.18 WIB
24

Seorang perajin miniatur kapal binaan PHE OSES tunjukan hasil karyanya. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Jakarta – Suasana dermaga Ancol, Jakarta Utara, Rabu (27/8/2025) pagi terasa berbeda. Sebuah kapal bermesin 17 GT dengan kapasitas 30 orang mulai bersiap meninggalkan dermaga, membawa rombongan dari Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) menuju gugusan Kepulauan Seribu.

Pukul 07.30 WIB, kapal bergerak perlahan, menyusuri alur sungai menuju laut lepas. Dari kejauhan, birunya laut berpadu dengan langit cerah menambah keindahan perjalanan. Gugusan pulau kecil tampak seperti permata hijau di tengah lautan.

Hembusan angin laut menambah kesejukan. Ombak kecil yang bersahabat menemani perjalanan kapal, menjadikan perjalanan tidak hanya sekadar penyeberangan, tetapi juga sebuah pengalaman wisata bahari yang menyegarkan.

Setelah menempuh sekitar satu setengah jam, kapal akhirnya merapat di Pulau Kelapa. Di sanalah PHE OSES melanjutkan misinya, bukan sekadar kunjungan, melainkan melihat langsung manfaat nyata dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Kunjungan itu sekaligus menjadi pengingat, bahwa sebuah perjalanan bisa bermakna lebih dari sekadar rekreasi. Ada nilai kemanusiaan, kepedulian, dan semangat berbagi yang menyertai langkah PHE OSES di setiap dermaga.

Langkah pertama PHE OSES tertuju pada lokasi program Seribu Asa di Pulau Kelapa. Program ini digagas untuk meningkatkan kualitas kesehatan balita, khususnya dalam menangani stunting dan gizi buruk.

Alfiani Prahasta, CDO PHE OSES, menjelaskan bahwa Seribu Asa merupakan program yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya lokal. “Selain untuk anak-anak, program ini juga memberikan ruang aktivitas positif bagi ibu-ibu istri nelayan dan kader posyandu sebagai pengelola dapur sehat,” ujarnya.

Semangat program ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia, khususnya pada poin keempat mengenai penguatan pembangunan sumber daya manusia (SDM), kesehatan, kesetaraan gender, hingga penguatan peran perempuan.

Dalam implementasinya, program ini melaksanakan Pemberian Makanan Utama (PMU) selama 30 hari kepada 29 balita stunting. Menu makanan disusun bersama ahli gizi dari Puskesmas setempat, agar sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.

Selain itu, dilakukan sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bekerja sama dengan Sudin Kesehatan dan PPPKMI DKI Jakarta. Edukasi bagi para ibu hamil pun diberikan, terutama terkait anemia dan kurang energi kronis (KEK).

Tidak berhenti di sana, kelas Montessori bagi anak-anak stunting turut dihadirkan, agar mereka mendapat stimulasi belajar yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.

Lokasi kegiatan di RPTRA Harapan pun terasa hidup. Anak-anak tampak ceria bermain futsal, berayun, hingga belajar menghafal Pancasila di bawah rindang pohon Ketapang. Suasana sejuk itu memberi nuansa optimisme.

“Terima kasih PHE OSES, sudah peduli pada kesehatan anak-anak kami,” ujar salah satu ibu kader posyandu penuh rasa syukur.

Tidak hanya soal kesehatan, PHE OSES juga memberi perhatian pada kelestarian alam. Di Pulau Kelapa, upaya rehabilitasi mangrove menjadi salah satu fokus utama.

Iskandar, pengelola mangrove setempat, menyebut bahwa saat ini sudah ada 400 hektare lebih mangrove tertanam. Upaya ini sekaligus menciptakan benteng alami bagi pesisir.

Mangrove berperan penting dalam menjaga ekosistem laut. Akar-akar yang rapat mampu menjadi tempat hidup berbagai biota laut, mulai dari kepiting, udang, hingga ikan kecil.

Selain itu, mangrove membantu mencegah abrasi pantai. Dengan hutan mangrove yang lestari, pesisir Pulau Kelapa terlindungi dari ancaman gelombang besar dan erosi.

“Kami sangat berterima kasih kepada PHE OSES yang mendukung kelestarian mangrove di sini,” ucap Iskandar penuh harap agar program ini terus berlanjut.

Di bidang ekonomi, PHE OSES juga berperan dalam penguatan koperasi. Salah satunya adalah Koperasi Perikanan Mina Harapan Lestari di Pulau Harapan.

Nurdin, Ketua Koperasi, mengatakan koperasi ini lahir berkat pendampingan PHE OSES. Koperasi bergerak di sektor jual beli ikan, penyediaan alat tangkap, serta penjualan bahan bakar minyak jenis solar.

Bagi para nelayan, keberadaan koperasi ini sangat membantu. Pasalnya, mereka kini tidak lagi kesulitan mendapatkan solar untuk melaut.

“Setiap hari, koperasi bisa menjual sekitar 4.000 liter solar. Ini sangat membantu nelayan untuk tetap bisa bekerja,” jelas Nurdin.

Selain itu, koperasi juga membuka peluang usaha baru dengan menjual alat tangkap tradisional seperti pancing dan bubu. Hal ini memudahkan nelayan sekaligus meningkatkan perputaran ekonomi lokal.

“Harapan kami, PHE OSES terus mendampingi agar koperasi semakin maju ke depan,” tambah Nurdin.

Tidak jauh dari pesisir, suasana berbeda terlihat. Seorang pria lanjut usia tampak tekun memegang miniatur kapal layar tradisional dari kayu. Karyanya begitu detail, mulai dari badan kapal, dek bertingkat, hingga tiang layar lengkap dengan kain berwarna cokelat kekuningan.

Miniatur itu tampak klasik dan elegan, seakan membawa ingatan pada masa keemasan kapal layar Indonesia.

Di bagian atas kapal kecil itu, berkibar bendera merah putih. Simbol yang sederhana namun sarat makna, menegaskan identitas karya anak bangsa.

Kerajinan ini bukan sekadar hiasan, melainkan juga simbol keterampilan tangan masyarakat pesisir dalam mengolah limbah kayu menjadi karya seni.

Bagi wisatawan yang berkunjung, miniatur kapal kayu ini menjadi buah tangan favorit yang memikat mata sekaligus hati.

Abidin (66), seorang pengrajin dari Pulau Kelapa Dua, yang konsisten menekuni usaha kerajinan miniatur kapal ini. Ia memanfaatkan limbah kayu jati Belanda yang banyak berserakan di laut.

Dari tangannya, limbah kayu berubah menjadi karya bernilai tinggi. Satu miniatur kapal bisa dijual hingga Rp1 juta, mayoritas pembelinya berasal dari wisatawan yang berkunjung.

“Kalau sedang tidak melaut, kami membuat kapal ini. Jadi tetap ada penghasilan,” ujar Abidin.

Inovasi ini mendapat dukungan penuh dari PHE OSES, yang memberikan bantuan modal agar usaha kerajinan bisa berkembang lebih besar.

Bagi masyarakat, usaha ini menjadi alternatif penghasilan. Saat laut tidak bersahabat, kerajinan kapal menjadi penyelamat dapur. (*)