Datar Lebuay Desa Penghasil Kopi di Tanggamus Mimpikan Jalan Beraspal

Anak sekolah di Pekon Datar Lebuay setiap hari harus berjibaku lewat jalan tanah. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus - Di sebuah pagi yang
basah di Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus,
Lampung, langkah kecil anak-anak sekolah terhenti di depan kubangan lumpur.
Jalan yang semalam diguyur hujan berubah licin, membuat sepatu mereka tenggelam
hingga mata kaki. Ada yang akhirnya melepas sandal, berjalan bertelanjang kaki,
sekadar agar tidak jatuh. Sementara para orang tua hanya bisa menghela napas
panjang.
“Kalau sudah musim hujan, jalan kami seperti
sawah. Kasihan anak-anak, pulang sekolah bajunya penuh lumpur,” ucap Ernawati,
seorang ibu 3 anak, suaranya lirih namun penuh harap, Rabu (27/8/2025).
Datar Lebuay bukan sekadar pekon (desa) di lereng
hijau Tanggamus. Puluhan tahun lamanya, ia hidup dari kopi robusta, yang tumbuh
subur di ladang-ladang rakyat. Aroma biji kopi kering yang dijemur di halaman
rumah kerap menjadi penanda, bahwa di sini kopi bukan hanya komoditas,
melainkan bagian dari denyut nadi kehidupan.
Namun, perjuangan petani selalu terganjal di satu
titik, yaitu jalan rusak. Hasil panen yang seharusnya segera sampai ke pasar,
sering terhambat. Biaya angkut pun membengkak, bahkan kadang menekan
keuntungan.
“Kalau jalan ini mulus, kami bisa lebih cepat
bawa kopi ke pasar. Sekarang, jangankan mobil, motor saja sering tergelincir,”
kata Indra,seorang petani muda, sembari menepuk-nepuk karung kopi yang siap
dijual.
Harapan itu kembali disuarakan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (MusrenbangDes) 2025, beberapa waktu lalu. Di aula
sederhana kantor pekon, warga duduk berdampingan dengan aparat desa, tokoh
masyarakat, camat, hingga perwakilan TNI-Polri.
Ada dua usulan utama yang lahir dari suara bersama
yakni, hotmix jalan desa sepanjang 5 kilometer dari Dusun Beringin IV hingga
Kuningan Sari, serta pembangunan jembatan penghubung ke Pekon Airnaningan.
“Ini bukan sekadar proyek, tapi kebutuhan hidup.
Jalan ini urat nadi desa. Kami ingin usulan ini benar-benar jadi prioritas,
bukan sekadar catatan tahunan,” ujar Suhartono, Kepala Pekon Datar Lebuay.
Ironisnya, di balik jalan tanah yang rusak itu,
Datar Lebuay menyimpan pesona alam menakjubkan. Setidaknya ada empat air terjun
yang memikat hati siapa pun yang datang. Air Terjun Tirai, dengan aliran air
setinggi 40 meter yang jatuh bak helaian tirai putih, menawarkan keindahan
alami lengkap dengan rumah pohon dan pondokan sederhana untuk beristirahat.
Lalu, Air Terjun Jarum, sekitar 15 meter
tingginya, kerap disebut “air terjun kembar” saat musim hujan karena alirannya
terbelah dua. Air Terjun Queen, megah menjulang 50 meter, dikelilingi jembatan
gantung yang menambah eksotisme.
Dan, Air Terjun Kukusan, tersembunyi jauh di
hutan, hanya bisa dijangkau dengan trekking panjang, namun menghadirkan
pemandangan yang membayar segala lelah.
Suara gemericik air yang jatuh di sela bebatuan,
udara sejuk pegunungan, dan hijaunya kebun kopi menciptakan harmoni yang nyaris
sempurna, sayangnya, keindahan itu terhalang oleh akses jalan yang tak
bersahabat.
Menurut data BPS, penduduk Pekon Datar Lebuay
berjumlah 2.448 jiwa. Sebagian besar adalah petani kopi, sebagian lainnya
berdagang kecil atau bekerja sebagai buruh tani. Hidup mereka sederhana, namun
penuh kegigihan.
Ketika musim panen kopi tiba, jalan yang
seharusnya menjadi pintu rezeki justru berubah menjadi tantangan. Begitu juga
bagi anak-anak sekolah, yang setiap hari menempuh perjalanan berisiko hanya
untuk meraih mimpi di bangku belajar.
Datar Lebuay adalah cermin dari desa-desa lain di
Kabupaten Tanggamus, yakni kaya akan potensi, indah dalam panorama, tetapi
terbelenggu oleh keterbatasan infrastruktur.
“Jalan ini adalah doa kami setiap hari. Semoga
kali ini benar-benar dijawab, agar anak-anak bisa aman sekolah dan kopi kami
bisa keluar tanpa hambatan,” ucap Ustadz Nanda, seorang tokoh agama Datar
Lebuay.
Di antara aroma kopi, suara anak-anak, dan
gemuruh air terjun, warga Datar Lebuay masih menunggu. Menunggu sebuah janji
sederhana, yaitu jalan mulus untuk masa depan yang lebih baik. (*)
Berita Lainnya
-
Fauziah Makmun Raih Lencana Melati, 21 Pembina Pramuka Tanggamus Terima Pancawarsa dalam Apel Hari Pramuka ke-64
Rabu, 27 Agustus 2025 -
Kabupaten Tanggamus Jadi Lokasi Kajian Nasional Dampak Panas Bumi
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Lapor Pak Bupati! Jembatan Gantung di Desa Tampang Muda Tanggamus Rusak, Anak-anak Bertaruh Nyawa ke Sekolah
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Jalan Alternatif Menuju Perkantoran Pemkab Tanggamus Rusak Parah
Selasa, 26 Agustus 2025