Kabupaten Tanggamus Jadi Lokasi Kajian Nasional Dampak Panas Bumi

Pertemuan Tim Pemkab Tanggamus dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dan SDGs Center Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Tanggamus - Kabupaten Tanggamus kembali menjadi sorotan nasional. Bukan karena panorama alamnya yang menawan, melainkan karena tanah Ulu Belu dipilih sebagai laboratorium hidup untuk mengukur seberapa besar dentuman energi panas bumi mampu memengaruhi masa depan pangan, air, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kabupaten berjuluk Bumi Begawi Jejama ini resmi ditetapkan sebagai lokasi kajian nasional terkait dampak pengembangan energi panas bumi terhadap sektor pangan, air, dan masyarakat.
Kajian ini merupakan kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dan SDGs Center Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Kegiatan berlangsung pada 25–28 Agustus 2025, dengan pusat kegiatan di Kecamatan Ulubelu.
Kajian meliputi rapat koordinasi, diskusi teknis, hingga survei lapangan ke sejumlah proyek percontohan panas bumi. Hasilnya akan disampaikan kepada Bappenas RI sebagai bahan penyusunan kebijakan nasional, khususnya dalam kerangka Peta Jalan Water-Energy-Food (WEF) Nexus.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Tanggamus, Hendra Wijaya Mega, menyatakan dukungan penuh atas kegiatan tersebut.
"Kami ucapkan selamat datang dan menyambut baik penyusunan Peta Jalan Water-Energy-Food Nexus di Kabupaten Tanggamus. Data yang dibutuhkan siap kami sampaikan melalui OPD yang hadir hari ini,” ujarnya, saat pertemuan di Kantor Bapperida Tanggamus, Selasa (26/8/2025).
Turut hadir dalam kegiatan itu Sekretaris Bapperida Feri Septiawan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Keimas Yusfi, serta sejumlah kepala OPD lainnya, termasuk Badan Keuangan dan Aset Daerah, Badan Pendapatan Daerah, Dinas Koperindag, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perikanan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, hingga Bagian Hukum dan Perekonomian SDA.
Dari pihak Kementerian ESDM hadir Irwan Wahyu Kurniawan selaku Inspektur Panas Bumi Ahli Madya Ditjen EBTKE. Hadir pula Aang Darmawan, Senior Advisor UNDP, serta Direktur SDGs Center Unpad, Prof. Zuzy Anna, bersama tim akademisi dari Bandung.
Irwan Wahyu menegaskan pentingnya kajian ini untuk mendukung transisi energi di tingkat lokal maupun nasional.
"Dokumentasi dan kajian ilmiah yang dilakukan akan menjadi dasar penting dalam penyempurnaan pengembangan panas bumi ke depan,” jelasnya.
Dipilihnya Ulu Belu sebagai lokasi kajian karena telah menjadi salah satu sentra panas bumi terbesar di Indonesia, dengan kapasitas operasional mencapai 220 megawatt yang menyuplai kebutuhan listrik di Lampung dan sekitarnya. Luasnya pengembangan energi panas bumi di kawasan ini berpotensi memberikan manfaat sekaligus tantangan bagi sektor pangan, air, dan masyarakat.
Dari sisi pangan, panas bumi berpeluang dimanfaatkan secara langsung untuk mendukung pertanian, seperti pengeringan hasil panen hingga pemanasan rumah kaca (greenhouse) yang dapat meningkatkan produktivitas. Namun, di sisi lain, perlu ada kajian komprehensif untuk memastikan tidak terjadi alih fungsi lahan yang berdampak pada produksi pangan masyarakat sekitar.
Pada sektor air, eksploitasi panas bumi memerlukan pengelolaan sumber daya air yang ketat. Kebutuhan air untuk operasi pembangkit dan proses reinjeksi harus diseimbangkan dengan kebutuhan masyarakat serta irigasi pertanian. Risiko pencemaran atau perubahan kualitas air permukaan dan air tanah menjadi salah satu fokus utama penelitian.
Sementara dari aspek masyarakat, pengembangan panas bumi sering kali bersinggungan dengan isu sosial, termasuk penggunaan lahan, potensi konflik kepentingan, hingga dampaknya terhadap mata pencaharian warga.
Karena itu, partisipasi masyarakat lokal dan keterbukaan data menjadi kunci agar pengembangan energi ramah lingkungan ini benar-benar membawa manfaat nyata.
Kajian yang dilakukan di Tanggamus ini bukan sekadar riset lapangan, melainkan bagian dari penyusunan peta jalan nasional Water-Energy-Food Nexus.
Hasil kajian akan digunakan Bappenas untuk merancang kebijakan pembangunan berkelanjutan yang memperhitungkan keseimbangan antara kebutuhan energi, ketersediaan air, serta ketahanan pangan masyarakat.
Setelah pertemuan, tim gabungan dari Kementerian ESDM, UNDP, dan Unpad langsung melakukan survei lapangan ke Pekon Muara Dua, Kecamatan Ulubelu, dengan didampingi sejumlah OPD terkait.
Survei ini bertujuan menghimpun data primer mengenai kondisi air, pola pertanian, serta interaksi masyarakat dengan pengembangan panas bumi di kawasan tersebut.
Dengan adanya kajian nasional ini, Kabupaten Tanggamus diharapkan dapat menjadi contoh daerah yang mampu menyeimbangkan pengembangan energi terbarukan dengan keberlanjutan pangan, air, dan kesejahteraan masyarakatnya. (*)
Berita Lainnya
-
Lapor Pak Bupati! Jembatan Gantung di Desa Tampang Muda Tanggamus Rusak, Anak-anak Bertaruh Nyawa ke Sekolah
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Jalan Alternatif Menuju Perkantoran Pemkab Tanggamus Rusak Parah
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Satroni Posko KKN Mahasiswa, Paman dan Ponakan di Tanggamus Gasak 4 HP
Senin, 25 Agustus 2025 -
Pemkab Tanggamus Akan Bangun Rumah Sakit Baru di Talangpadang
Senin, 25 Agustus 2025