• Rabu, 27 Agustus 2025

Jalan Alternatif Menuju Perkantoran Pemkab Tanggamus Rusak Parah

Selasa, 26 Agustus 2025 - 11.49 WIB
75

Tampak warga dengan inisiatif sendiri menguras air dari lubang di jalan Jalan AMS di Pedukuhan Tulung Langok, Pekon Kota Agung, Kecamatan Kotaagung. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus – Ruas jalan alternatif menuju komplek perkantoran Pemkab Tanggamus sepanjang lebih kurang 3,5 kilometer,  mengalami kerusakan parah.

Jalan yang membentang dari Jalan AMS di Pedukuhan Tulung Langok, Pekon Kota Agung, Kecamatan Kotaagung, lalu berlanjut ke Jalan Pekon Campang Tiga – Tanjung Anom – Pekon Talang Rejo – hingga Pekon Kampung Baru di Kecamatan Kota Agung Timur ini, selama lima tahun menjadi keluhan banyak warga, karena dipenuhi lubang, dan berubah menjadi kubangan saat hujan turun.

Ruas jalan milik Kabupaten Tanggamus ini sejatinya menjadi nadi aktivitas warga, karena setiap hari dilalui ratusan pelajar, ASN, petani, pedagang, hingga warga yang menuju Pasar Kota Agung, mencari ikan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kotaagung, berobat ke RSUD Batin Mangunang atau bayar pajak kendaraan bermotor di SAMSAT.

Pantauan Kupastuntas.co, di lapangan menunjukkan kerusakan terparah di ruas ini dimulai dari samping Makodim 0424/Tanggamus, melewati pabrik es “Salju Tanggamus”, GOR Ratu, Gardu Induk (GI), tanjakan depan TPQ Tulung Langok, lalu berlanjut ke area Pura Tirtha Amertha dan Pasraman Widya Ananta.

Tidak berhenti sampai di situ, kerusakan serupa bersambung di tanjakan perbatasan Pekon Kota Agung dengan Pekon Campang Tiga, lalu melintasi Pekon Tanjung Anom, Talang Rejo, hingga Kampung Baru.

“Asal hujan sebentar saja, jalan sudah penuh genangan dan licin. Lubangnya besar-besar dan berbahaya, apalagi bagi pengendara motor yang tidak hafal kondisi,” kata Aswadi (47), warga Jalan AMS Pedukuhan Tulung Langok, Selasa (26/8/2025).

Aswadi menambahkan, kecelakaan kerap terjadi akibat kondisi jalan yang semakin parah.

“Bukan sekali dua kali ada yang jatuh, apalagi anak sekolah dan ibu-ibu yang bawa belanjaan. Kalau malam lebih berbahaya lagi karena minim penerangan,” ujarnya.

Retno (16), siswi SMA di Kota Agung, mengaku hampir setiap hari melalui jalur ini untuk ke sekolah, karena jarak tempuh pendek dan menghemat waktu. Sebab jika lewat jalan besar (jalan lintas barat) selain padat kendaraan terlebih jam sibuk, juga khawatir dengan kendaraan bertonase besar.

"Tapi resikonya lewat jalur alternatif ini, kalau hujan sepatu dan seragam kotor kena lumpur, kalau panas debunya masuk ke mata. Sering sekali jatuh karena banyak lubang,” ujarnya.

Keluhan juga datang dari petani di Pekon Tanjung Anom, Subur (53), misalnya menceritakan jika membawa hasil panen seperti sayuran, singkong, jagung atau mantang ke Pasar Kota Agung tantangannya hanya satu, yaitu jalan rusak.

“Kalau bawa sayuran, singkong pakai motor, banyak rusak, jatuh, dan nilai jual di pasar jadi murah," keluhnya.

Sementara Sri (45) pedagang sayur keliling menuturkan sepeda motornya sering tergelincir di lobang besar di tengah jalan. "Walau tiap hari lewat, ya hari apes ada saja, terutama kalau musim penghujan, lobang di jalan dipenuhi air keruh yang membuat motor jatuh," katanya.

Bagi ASN dan pegawai Pemkab Tanggamus, kerusakan jalan ini justru menjadi ironi. Jalur yang mestinya mempermudah akses ke kantor malah justru menyulitkan bahkan membahayakan.

“Kalau lewat Jalinbar macet sekali, jadi tetap lewat sini. Tapi motor sering kena masalah, shockbreaker jebol. Kami kerja melayani masyarakat, tapi jalan ke kantor saja penuh perjuangan,” keluh Risa, seorang pegawai Pemkab.

Meski jalur alternatif ini sangat penting untuk mengurai kepadatan di Jalan Lintas Barat (Jalinbar), perbaikan menyeluruh belum pernah dilakukan. Selama ini hanya pengerjaan tambal sulam seadanya, atau perbaikan tersepot-sepot yang tak bertahan lama.

“Sudah bertahun-tahun dibiarkan. Pemerintah seolah tutup mata. Apakah harus ada korban jiwa dulu baru diperbaiki?” tanya Roni, seorang guru yang mengajar di Kota Agung.

Syarif (65), warga Pekon Campang Tiga, memohon langsung kepada Bupati Tanggamus, Mohammad Saleh Asnawi, agar segera membangun jalan ini.

“Kerusakan jalan tepat di depan rumah saya. Kalau hujan air melimpah karena drainase tidak ada, lubang makin dalam. Jalan ini juga akses ke rumah sakit, berbagai sekolah, Samsat, kecamatan, sampai bank di Kota Agung. Jadi jangan dianggap sepele,” tegasnya.

Warga, pelajar, petani, pedagang, hingga ASN sama-sama berharap Pemkab Tanggamus segera mengambil langkah nyata. Jalan ini bukan sekadar jalur alternatif, melainkan denyut kehidupan masyarakat.

"Jangan sampai jalan rusak jadi wajah buruk Tanggamus. Kami ingin bisa bekerja, sekolah, dan berdagang tanpa dihantui rasa takut setiap kali melintas,” ujar Maryati (34), warga setempat. (*)