• Minggu, 07 September 2025

Proyek Tambal Sulam Jalinbar Tanggamus Diduga Dikerjakan Asal-Asalan

Senin, 25 Agustus 2025 - 10.21 WIB
219

Tampak proyek tambal sulam jalan lintas barat (jalinbar) Kecamatan Kotaagung Timur hingga Kotaagung, Kabupaten Tanggamus yang membuat permukaan jalan justru tambah rusak hingga membahayakan pengendara. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus – Proyek tambal sulam atau patching ruas jalan lintas barat (jalinbar) Kecamatan Kotaagung Timur hingga Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, diduga dikerjakan asal-asalan dan tidak sesuai standar kualitas.

Alih-alih memperbaiki kondisi jalan, hasil pengerjaan justru memunculkan masalah baru, mulai dari permukaan yang kembali bergelombang, kerusakan tak merata, hingga sisa aspal berserakan di badan jalan.

Pantauan lapangan, Senin (25/8/2025) menunjukkan sejumlah titik yang sudah ditambal, kembali mengelupas hanya dalam hitungan hari. Di depan Makodim 0424 Tanggamus, misalnya, aspal tambalan tampak sudah retak dan bergelombang.

Hal serupa terlihat di beberapa titik lain, seperti Pekon Kerta, Pekon Teba, Pekon Terbaya, hingga jalur padat kendaraan di sekitar SPBU 24.353.49 Way Tuba Kota Agung. Alih-alih mulus, jalur tersebut justru kembali menyulitkan pengendara, terutama saat hujan ketika lubang jalan tertutup genangan air.

“Kalau mau menambal jalan, mestinya jangan asal siram aspal. Sekarang hasilnya lebih bahaya, ada yang bergelombang, ada pula sisa-sisa aspal berserakan di jalan. Kalau kena motor bisa bikin tergelincir,” keluh Arif, salah seorang pengendara yang ditemui di depan SPBU Kota Agung, Senin (25/8/2025).

Selain tambalan yang cepat rusak, persoalan lain yang mencolok adalah banyaknya sisa material aspal yang dibiarkan begitu saja di ruas jalan. Potongan aspal bekas tambalan tampak berserakan di sekitar titik perbaikan, mulai dari pinggiran jalan hingga badan jalan utama. Kondisi ini tidak hanya membuat jalinbar terlihat semrawut, tetapi juga berpotensi membahayakan pengendara roda dua.

“Kalau malam hari, sisa aspal yang tercecer itu hampir tak terlihat. Ban motor bisa slip. Ini pekerjaan yang sangat tidak rapi, seperti asal jadi saja,” ungkap Feri, warga Pekon Terbaya.

Jika merujuk pada standar perbaikan jalan tambal sulam (patching), pengerjaan seharusnya dilakukan melalui tahapan yang jelas. Prosedurnya meliputi, membersihkan area yang rusak agar lubang jalan bebas dari kotoran, debu, dan air.

Lalu, mengisi dasar lubang dengan material batu makadam atau split sebagai lapisan penguat. Memadatkan material dasar hingga benar-benar kokoh. Mengaplikasikan campuran aspal hotmix atau coldmix secara merata. Dan memadatkan kembali hasil akhir agar permukaan jalan rata, kuat, dan aman dilintasi.

"Penggunaan material berkualitas, pembersihan tuntas, serta pemadatan yang sempurna adalah syarat mutlak agar hasil perbaikan tahan lama," ungkap Yuliandri, warga Kota Agung yang mengaku berprofesi kontraktor.

Namun, fakta di lapangan, kata dia, justru memperlihatkan indikasi lemahnya pengawasan dan dugaan pengabaian prosedur tersebut.

“Kalau sesuai standar, tambalan bisa bertahan lama. Tapi ini baru beberapa hari sudah pecah lagi. Jelas kualitas pekerjaannya dipertanyakan,” katanya.

Sejumlah warga menilai proyek tambal sulam jalinbar ini seakan hanya formalitas untuk menghabiskan anggaran tanpa memperhatikan kualitas. Mereka berharap pihak terkait, baik kontraktor maupun dinas teknis, segera memberikan klarifikasi dan memastikan pengerjaan ulang sesuai standar.

“Ini jalan nasional, lintasan utama, bukan jalan kecil. Seharusnya kualitas perbaikannya lebih diperhatikan. Jangan sampai uang negara terbuang, sementara kerusakan jalan tetap jadi masalah harian warga,” tegas Hasanudin warga sekitar Makodim 0424/Tanggamus.

Proyek tambal sulam jalinbar yang mestinya menjadi solusi kini justru menyisakan kekecewaan. Dengan kondisi kerusakan yang makin meluas, ditambah sisa aspal yang dibiarkan berserakan, masyarakat mendesak pemerintah dan penegak hukum turun tangan mengaudit kualitas pekerjaan ini. (*)