• Kamis, 21 Agustus 2025

Jejak Perang Dunia II di Pulau Sebuku Lamsel: Pemindahan Makam Dua Tentara Belanda Dimulai

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08.58 WIB
16

Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, saat mengunjungi makam tentara Belanda yang rencananya akan dipindahkan. Fofo: Antaranews

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Di tepi sunyi Pulau Sebuku Besar, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), dua makam sederhana berdiri menghadap Selat Sunda. Nisan dari batu andesit itu tak tampak istimewa.

Namun bagi Belanda, keduanya menyimpan arti mendalam: di situlah dua tentaranya yang gugur pada Perang Dunia II, Willem Klass Piet dan Harm Koopman, bersemayam sejak 1 Maret 1942.

Lebih dari delapan dekade setelah pertempuran sengit antara kapal perang Belanda dan armada Jepang, kini pemerintah Indonesia bersama Kedutaan Besar Belanda mempersiapkan pemindahan jenazah kedua tentara tersebut ke Makam Ereveld Kembang Kuning, Surabaya.

Misi Diplomatik dan Sejarah

Langkah ini bermula dari nota diplomatik Kedubes Belanda kepada pemerintah Indonesia. Tim dari Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polkam) pun turun langsung meninjau Pulau Sebuku, memastikan keberadaan dua makam di sisi timur pulau itu.

"Dari hasil peninjauan awal, tim memastikan terdapat dua makam yang sesuai dengan nota diplomatik,” jelas Bambang Sugiarto, Kabid Kerja Sama Bilateral Eropa Kemenko Polkam, Selasa (19/8/2025).

Ia menambahkan, pemindahan jenazah ini bukan semata urusan teknis, tetapi juga bagian dari kerja sama diplomatik Indonesia–Belanda serta penghormatan kepada mereka yang gugur di medan perang.

Peran Pusdokkes Polri

Agar proses berjalan sahih dan terhormat, Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri menyiapkan tes DNA untuk mengidentifikasi tulang belulang kedua prajurit.

"Kami siap mendukung proses penggalian dan identifikasi kerangka melalui metode DNA,” ujar dr. Wahyu Hidayah dari Pusdokkes Polri.

Timnya telah melakukan survei awal bersama Kemenko Polkam dan Pemkab Lampung Selatan. Tantangan teknis pun muncul, salah satunya berupa karang di sekitar pantai Sebuku yang menyulitkan kapal merapat.

Dalam rapat koordinasi di Aula Krakatau, Pemkab Lampung Selatan, Wahyu menegaskan Pusdokkes hanya bertugas sebagai tim teknis.

Sementara penyediaan sarana prasarana seperti tenda pelindung, meja pemeriksaan, hingga alat identifikasi akan dikoordinasikan dengan Polres dan dinas terkait.

Dari Pulau Sebuku ke Surabaya

Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, menyambut baik langkah ini. Menurutnya, pemindahan makam tentara Belanda tidak hanya bernilai diplomatis, tetapi juga bisa memperkuat citra Lampung Selatan sebagai daerah dengan jejak sejarah global.

“Ini sebuah kehormatan bagi Lampung Selatan. Pemindahan makam tentara Belanda bukan sekadar kegiatan teknis, tetapi juga sarat nilai sejarah. Bahkan dapat dikembangkan sebagai wisata edukasi sejarah,” ungkapnya.

Kelak, setelah melalui identifikasi DNA, kerangka Willem Klass Piet dan Harm Koopman akan dipindahkan ke Makam Ereveld Kembang Kuning di Surabaya, tempat peristirahatan terakhir ribuan serdadu Belanda dan sekutunya yang gugur di Indonesia.

Jejak Perang yang Tak Pernah Hilang

Makam di Pulau Sebuku menjadi pengingat bahwa perang pernah singgah di perairan Lampung. Pada 1 Maret 1942, kapal perang Hr. Ms. Evertsen terlibat pertempuran sengit melawan armada Jepang.

Dalam pertempuran itulah Willem Klass Piet dan Harm Koopman gugur, lalu dikuburkan oleh rekan-rekannya di tepi pulau.

Delapan puluh tiga tahun berselang, nisan mereka tetap tegak sederhana, dikelilingi alam tropis yang tenang. Kini, dengan dukungan diplomasi dan teknologi forensik modern, keduanya akan kembali 'dipulangkan' ke makam Ereveld, bergabung bersama rekan seperjuangan yang lebih dulu direlokasi.

Bagi sebagian orang, mungkin ini hanyalah pemindahan makam. Namun bagi sejarah, ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini: sebuah pengingat bahwa perang pernah membelah kehidupan, dan bahwa ingatan tentang mereka yang gugur tak pernah lekang oleh waktu. (*)