• Rabu, 20 Agustus 2025

Pemkot Metro Siapkan Rp 1,1 Miliar untuk Program Budidaya Lele di 22 Kelurahan

Rabu, 20 Agustus 2025 - 13.54 WIB
35

Kepala DKP3 Kota Metro, Heri Wiratno, saat dikonfirmasi, Rabu (20/8/2025). Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Pemerintah Kota Metro melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) menyiapkan program baru di sektor perikanan darat, yakni mengembangkan budidaya ikan lele di 22 kelurahan, dengan menyiapkan anggaran Rp1,1 miliar.

Program ini ditargetkan tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pemenuhan gizi, khususnya dalam upaya menekan angka stunting.

Kepala DKP3 Kota Metro, Heri Wiratno mengatakan, rencana pemilihan ikan lele sebagai fokus program pemberdayaan masyarakat didasarkan pada kajian teknis. 

"Lele memiliki siklus panen yang pendek, perawatan relatif mudah, dan kebutuhan modal bisa disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Karena itu, lele dipandang paling realistis untuk dijalankan secara luas,” kata dia, saat dikonfirmasi, Rabu (20/8/2025).

Menurutnya, ada empat tujuan utama dari program ini. Pertama, memenuhi permintaan pasar lokal yang terus meningkat. Kedua, membantu peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat langsung.

Ketiga, mendorong pemanfaatan lahan pekarangan agar lebih produktif. Keempat, memastikan ketersediaan protein hewani dari ikan sebagai bagian dari upaya menurunkan prevalensi stunting di Kota Metro.

"Dalam kondisi ideal, program ini akan berkontribusi ganda, yakni terhadap ketahanan pangan serta kemandirian ekonomi,” ucap Heri.

Meskipun dicanangkan untuk seluruh kelurahan, pelaksanaan program ini rencananya akan dilakukan secara bertahap.

Pertimbangan utamanya adalah menghindari panen serentak yang bisa membuat harga anjlok di pasaran. Targetnya, dalam empat siklus budidaya setiap kelompok pembudidaya sudah mampu mandiri.

"Kriteria kemandirian yang dimaksud adalah kemampuan kelompok mengembalikan modal awal dan melanjutkan usaha tanpa bantuan langsung dari pemerintah," jelasnya.

"Untuk lokasi, kelurahan yang dipilih harus memiliki kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) aktif minimal setahun, akses air yang terjamin, dan risiko konflik sosial rendah. Sementara kelompok masyarakat yang terlibat wajib sudah berpengalaman dalam budidaya lele minimal satu tahun," imbuhnya.

Rencananya, seluruh kebutuhan pokok, mulai dari pembangunan kolam, penyediaan bibit, hingga pakan, akan difasilitasi melalui mekanisme pengadaan barang dan jasa.

Pemerintah menargetkan bibit yang dipakai berasal dari unit pembenihan bersertifikat CPIB, dengan ukuran 5–7 sentimeter dan kondisi sehat.

"Dari sisi pembiayaan, Pemkot Metro menyiapkan anggaran Rp50 juta per kelurahan atau total sekitar Rp 1,1 miliar. Rencananya, dana ini akan bersumber dari APBD Kota Metro dan dana kelurahan," ungkapnya.

Program ini juga akan dibarengi dengan pendampingan teknis berupa pelatihan, bimbingan lapangan, serta uji kualitas air secara rutin.

Antisipasi terhadap risiko seperti penyakit ikan, kesalahan teknis, dan dampak cuaca ekstrem dilakukan dengan manajemen kualitas air, pemberian probiotik, serta pengaturan kepadatan tebar.

Masalah pemasaran kerap menjadi titik lemah dalam budidaya perikanan. Untuk itu, Pemkot Metro menyiapkan strategi dengan mengatur jadwal tebar benih agar tidak terjadi panen bersamaan, menyediakan lapak khusus pemasaran, serta menjalin kemitraan dengan pembeli besar.

Heri mengakui, sejauh ini hasil produksi lele di Metro baru terserap pasar tradisional. Namun, dengan adanya program ini, pemerintah berencana menggandeng restoran, pasar modern, hingga pembeli besar. Pemerintah juga akan membentuk koperasi terpusat untuk mengelola pemasaran agar lebih terkoordinasi.

"Jika berjalan sesuai rencana, program ini diproyeksikan menyerap 154 lapangan kerja baru di 22 kelurahan. Masyarakat yang terlibat langsung diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan hingga 12 persen," bebernya.

Lebih jauh, Metro diharapkan mampu memperluas pasar hingga ke wilayah lain di Lampung. Selama ini, sejumlah pembudidaya ikan di Metro sudah memasok kebutuhan ke luar daerah.

Meski demikian, keberlanjutan rencana program ini masih menjadi pertanyaan. Konsistensi pendanaan, kesiapan kelompok pembudidaya, hingga daya serap pasar akan menentukan apakah program ini benar-benar mampu bertahan.

"Strategi utama agar program tidak berhenti di tengah jalan adalah menjaga kontinuitas produksi dan stabilitas harga. Itu kuncinya,” tandas Heri.

Bagi masyarakat Metro, program budidaya lele ini bisa menjadi pintu masuk menuju kemandirian ekonomi berbasis pangan lokal. Namun, publik masih menunggu apakah ambisi besar ini akan berjalan sesuai rencana atau justru berakhir sebagai proyek jangka pendek tanpa hasil berarti. (*)