• Jumat, 15 Agustus 2025

Viral Judi Slot di Metro, Ketika Kota Pendidikan Kehilangan Akal Sehat, Oleh: Arby Pratama

Jumat, 15 Agustus 2025 - 14.29 WIB
60

Arby Pratama, Wartawan Kupas Tuntas di Kota Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro – “Kita sedang membiarkan generasi Metro dijual murah kepada bandar judi slot," kutipan kalimat inilah yang selalu teringat usai diskusi dengan sejumlah teman aktivis di salah satu cafe di Metro pada Minggu (10/8/2025) malam.

Kami berbincang banyak hal termasuk yang sedang viral di Metro, yaitu anak-anak SMP yang seharusnya sibuk mengejar prestasi di kelas, pilih membolos demi mengejar putaran mesin digital haram.

Sementara itu, para pemegang kuasa dari rumah hingga istana negara sibuk dengan pidato dan baliho, tapi gagap melawan racun yang meracuni masa depan negara hingga kota ini.

Metro sedang dipermalukan. Kota yang selama ini mengusung slogan Kota Pendidikan dan telah ditingkatkan menjadi Kota cerdas berbasis jasa yang religius, kini tercoreng oleh kenyataan pahit bahwa pelajar SMP kedapatan membolos demi bermain judi slot.

Tidak hanya satu, tapi banyak. Ini bukan sekadar insiden, ini adalah alarm keras bahwa benteng moral kita sedang runtuh dan para penjaganya tidur nyenyak.

Apakah kita masih layak menyebut Metro sebagai Kota Pendidikan? Bagaimana mungkin di tengah klaim religiusitas dan kecerdasan, anak-anak belia dibiarkan menjadi korban industri judi online yang rakus? Lebih menyedihkan lagi, masalah ini justru baru ramai setelah viral, bukan karena kesadaran pemerintah pusat hingga daerah ataupun sekolah.

Semua pihak lalai, semua pihak bersalah dan mari kita bicara tanpa basa-basi. Orang tua sibuk bekerja, abai mengawasi anak, membiarkan ponsel pintar menjadi “pengasuh” tanpa batas. Guru dan sekolah tahu ada gejala, tapi memilih solusi instan yaitu teguran, tanpa strategi pencegahan jangka panjang.

Pemerintah Kota Metro masih sibuk membangun komunikasi terkait regulasi yang memutus akses judi slot. Aparat penegak hukum baru bergerak ketika kasusnya mencuat di media, padahal perjudian online bukan barang baru.

Semua pihak punya andil dalam kegagalan ini. Kita seperti sekelompok orang yang membiarkan rumah terbakar, lalu sibuk berdebat siapa yang harus memegang selang.

Judi slot bukan sekadar permainan. Ia adalah racun digital yang menggerogoti otak anak-anak, mengubah mereka menjadi pecandu yang rela mengorbankan uang saku, integritas, bahkan masa depan. Hari ini mereka membolos untuk bermain, besok mereka bisa mencuri demi mempertahankan kecanduan.

Kita tidak boleh menunggu sampai ada pelajar yang masuk bui atau putus sekolah karena utang judi. Menunggu itu artinya setuju bahwa kehancuran generasi adalah harga yang pantas dibayar demi kenyamanan status quo.

Label Kota Pendidikan tidak berarti apa-apa jika pemerintah daerah hanya piawai berpidato tentang moral dan pembangunan, tapi lemah dalam eksekusi kebijakan.

Kini Metro butuh langkah nyata, perlunya Peraturan Daerah khusus untuk pencegahan judi online di kalangan pelajar. Perlunya razia rutin dan pembatasan akses internet di lingkungan sekolah. Perlunya edukasi literasi digital yang masif, bukan sekadar seremonial di hari-hari besar. Terakhir, perlu rehabilitasi bagi pelajar yang sudah terjerat, bukan hanya hukuman yang memalukan.

Ketegasan tanpa rencana adalah omong kosong. Edukasi tanpa ketegasan adalah pembiaran. Judi slot di Metro adalah cermin retak yang memantulkan wajah asli kita, lengah, lalai, dan terlalu sibuk membangun citra untuk menengok masalah di halaman rumah sendiri.

Jika kita gagal menghentikan ini sekarang, maka 10 atau 15 tahun ke depan, kita akan memanen generasi yang cerdas secara teknologi, tapi bangkrut secara moral.

Metro harus memilih, tetap nyaman dengan slogan indah, atau bangun dari tidur panjang dan bertindak tegas. Tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Setiap hari yang kita biarkan lewat adalah hari di mana satu anak lagi terjerat, satu masa depan lagi hancur. Metro tak butuh slogan baru, tapi nyali untuk menyelamatkan generasinya. (*)