• Kamis, 14 Agustus 2025

Nelayan Kelumbayan Masih Terkendala BBM, Dermaga, dan Tempat Pelelangan Ikan

Kamis, 14 Agustus 2025 - 14.31 WIB
17

Nelayan di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus saat mencari ikan di laut. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus – Nelayan di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, masih menghadapi sejumlah kendala mendasar yang belum terselesaikan, seperti sulitnya akses bahan bakar minyak (BBM), belum tersedianya dermaga sandar kapal, dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kondisi ini diperparah dengan jauhnya jarak ke pasar untuk menjual hasil tangkapan.

Di beberapa pekon pesisir seperti Kiluan Negeri, Napal, Paku, Penyandingan, Umbar, dan Susuk, para nelayan harus menempuh perjalanan darat sejauh 50 hingga 70 kilometer menuju pasar di Kabupaten Pringsewu atau Pesawaran, serta pasar lokal lainnya. Hal ini membuat biaya operasional melaut membengkak dan berdampak pada harga jual ikan di tingkat nelayan yang menjadi rendah.

“Kami dapat ikan banyak, tapi karena jarak jauh dan BBM mahal, harga jadi murah. Akhirnya kami tekor,” ungkap Hazizi, seorang nelayan dari Pekon Penyandingan, Kamis (14/8/2025).

Data Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus mencatat produksi ikan tangkap di Kelumbayan pada tahun 2024 mencapai 1.227 ton, dengan komoditas utama seperti tongkol, kembung, dan cakalang. Produksi terbesar berasal dari Pekon Penyandingan dan Kiluan Negeri.

Namun, tanpa dermaga dan TPI, sebagian besar hasil tangkapan dijual langsung ke pengepul dengan harga sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.

Selain dermaga dan TPI, nelayan juga sangat membutuhkan keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) atau setidaknya SPBU di wilayah pesisir. SPBN merupakan fasilitas pengisian BBM khusus untuk kapal nelayan yang biasanya dibangun di dekat pelabuhan atau perairan sehingga memudahkan akses pasokan bahan bakar tanpa harus menempuh perjalanan jauh.

“Kami ingin hidup layak dari laut kami sendiri. Jika dermaga, TPI, dan SPBN tersedia, harga ikan bisa lebih bersaing dan ongkos melaut pun lebih ringan,” kata Sulaiman, nelayan senior dari Pekon Penyandingan.

Secara administratif, Kecamatan Kelumbayan terdiri dari delapan pekon, yaitu Napal, Negeri Kelumbayan, Paku, Umbar, Susuk, Penyandingan, Unggak, dan Kiluan Negeri. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan petani.

Selain potensi perikanan, Kelumbayan juga dikenal dengan daya tarik wisata nasional seperti Teluk Kiluan yang masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.

Meski memiliki potensi laut dan pariwisata yang besar, masyarakat pesisir Kelumbayan mengaku belum merasakan dampak signifikan terhadap kesejahteraan mereka.

Warga berharap pemerintah daerah maupun pusat segera merealisasikan pembangunan fasilitas perikanan dan distribusi yang memadai agar potensi alam yang ada dapat benar-benar menjadi sumber kemakmuran bagi masyarakat setempat. (*)