• Selasa, 12 Agustus 2025

Pertamina Telusuri Potensi Migas di Lampung dan Sumsel Lewat Survei Seismik

Selasa, 12 Agustus 2025 - 14.04 WIB
19

Vice president Exsploration PT. Pertamina EP Regional 1, Supayitno Adhi Nugroho saat dimintai keterangan, Selasa (12/8/2025). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - PT. Pertamina EP Regional 1 akan melakukan survei Seismik 2D Gerbera di Provinsi Lampung guna menggali dan juga mengembangkan prospek cadangan minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Provinsi Lampung.

Survei seismik 2D merupakan metode eksplorasi geofisika yang menggunakan gelombang suara untuk memetakan struktur bawah tanah yang akan menghasilkan gambaran dua dimensi dari lapisan batuan di bawah permukaan.

Survei seismik 2D dilakukan sepanjang 688,5 kilometer yang akan melintasi Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya eksplorasi potensi migas di wilayah tersebut dan akan dilaksanakan mulai Desember 2025 hingga Agustus 2026.

Vice president Exsploration PT. Pertamina EP Regional 1, Supayitno Adhi Nugroho, mengatakan jika survei akan melintasi lima kabupaten di Lampung, yakni Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Way Kanan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.

Sementara di Sumatera Selatan, dua kabupaten yang menjadi wilayah lintasan adalah Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Ulu Timur. Secara keseluruhan, kegiatan ini akan mencakup 35 kecamatan dan 142 desa.

"Ini rangkaian yang akan kita jalankan kembali setelah pada tahun 2012 yang lalu tidak jadi dilaksanakan. Saat ini tahap perizinan sudah mulai kami jalankan dan setelah nya baru per siapan seperti pengadaan," kata dia saat dimintai keterangan di Hotel Grand Mercure, Selasa (12/8/2025).

Ia menambahkan, Provinsi Lampung, khususnya wilayah laut dan Lampung Timur, telah menunjukkan potensi besar dalam sektor migas. Beberapa wilayah bahkan sudah mulai menikmati hasilnya.

Namun, distribusi manfaat, terutama Dana Bagi Hasil (DBH), masih harus dioptimalkan agar daerah penghasil turut mendapatkan keuntungan yang layak.

"Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Kita harus kolaboratif. Kalau tidak, ini bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan industri energi kita," tegasnya.

Supayitno juga menyinggung pentingnya menjaga sinergi antara sektor industri gas dengan perusahaan lokal dan pemerintah daerah. Ia berharap bahwa dengan adanya survei seismik ini, akan tercipta data yang valid dan akurat sebagai dasar eksplorasi migas di masa depan.

"Survei ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional. Berdasarkan hasil studi bersama perguruan tinggi, kegiatan ini tidak akan mengganggu produktivitas lahan perkebunan yang dilintasi. Ini penting agar kegiatan eksplorasi berjalan tanpa menimbulkan konflik dengan masyarakat," katanya.

Sementara itu Ketua Satuan Tugas Lifting Migas yang juga Staf Khusus Menteri ESDM, Nanang Abdul Manaf, menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi langkah awal penting untuk memastikan keberadaan potensi migas di wilayah Lampung dan sekitarnya.

"Kami akan memulai kegiatan hulu migas dari eksplorasi, salah satunya dengan survei seismik 2D ini. Tujuannya adalah memastikan apakah di wilayah tersebut terdapat cekungan yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon, baik minyak maupun gas," jelas Nanang.

Menurut Nanang, data sekunder selama ini menunjukkan indikasi keberadaan migas di Lampung.

Namun, diperlukan data primer seperti seismik 2D untuk mengetahui potensi sesungguhnya baik dari sisi keberadaan cekungan maupun volume hidrokarbon yang bisa dikembangkan secara komersial.

"Kalau dari data seismik terlihat ada potensi, barulah bisa dilanjutkan dengan pengeboran. Pemboran ini biayanya besar, bisa mencapai kedalaman 2.000 hingga 3.000 meter. Karena itu, harus dipastikan terlebih dahulu agar tidak terjadi dry hole," tambahnya.

Survei seismik 2D ini direncanakan memakan waktu sekitar enam bulan. Namun, pelaksanaannya tetap bergantung pada kondisi di lapangan.

"Kalau cuaca mendukung dan tidak ada hambatan teknis, survei bisa selesai dalam enam bulan. Tapi kalau ada gangguan seperti hujan besar atau banjir, apalagi kalau melewati sungai, waktu bisa mundur satu sampai dua bulan," ujar Nanang.

Lebih lanjut, Nanang juga menyebut bahwa jika hasil seismik 2D menunjukkan indikasi yang menjanjikan, survei bisa dilanjutkan dengan seismik 3D atau bahkan pemboran eksplorasi untuk mengetahui potensi secara lebih rinci. (*)