• Senin, 11 Agustus 2025

Seni dan Budaya Lampung Bantu Bangun Ekonomi Daerah

Senin, 11 Agustus 2025 - 13.28 WIB
10

Diskusi Kebudayaan PWI Lampung yang berlangsung di Hotel Emersia, Senin (11/8/2025). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung menggelar diskusi kebudayaan dengan tema Budaya Daerah Sebagai Identitas Nasional yang berlangsung di Hotel Emersia, Senin (11/8/2025).

Diskusi tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Tokoh Budaya Lampung Anshori Djausal, Tokoh Adat Lampung Mawardi Harirama dan Ketua Dewan Kesenian Lampung Satria Bangsawan.

Dalam paparan nya Ketua Dewan Kesenian Lampung, Satria Bangsawan, mengatakan pentingnya pelestarian dan juga pemanfaatan budaya daerah, khususnya budaya Lampung.

"Budaya adalah harta, bahkan bisa menjadi investasi. Seperti perusahaan yang menanamkan modal, suatu saat akan memberikan keuntungan. Begitu pula jika negara menanamkan investasi pada kebudayaan dan para budayawan," katanya.

Ia mengatakan, mengacu pada Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Tahun 2017, menekankan bahwa budaya perlu dilindungi, dikembangkan, dimanfaatkan, dan dilakukan pembinaan secara berkelanjutan.

Ia menyebutkan bahwa budaya tidak bisa berdiri sendiri, melainkan membutuhkan sinergi dari berbagai pihak.

"Budaya itu tidak bisa jalan sendiri. Harus ada ekosistem yang mendukung, mulai dari pemerintah, seniman, pelaku UMKM, hingga masyarakat. Jika ini terbangun, budaya akan menjadi kekuatan besar bagi pembangunan bangsa," tambahnya.

Satria mencontohkan tradisi masyarakat Lampung Pesisir saat Idul Fitri, di mana anak-anak berkeliling ke rumah-rumah untuk bersilaturahmi dan menerima hidangan khas seperti lemak dan tape.

Tradisi ini, menurutnya, mencerminkan nilai-nilai berbagi, gotong royong, dan kebersamaan yang kuat dalam budaya Lampung.

"Seni dan budaya harus dikembangkan dalam ekosistem yang sehat. Kalau ini berjalan, maka wisatawan akan datang, ekonomi tumbuh, dan budaya tetap lestari," ujarnya.

Sementara itu Tokoh Budaya Lampung, Anshori Djausal, mengatakan jika menjaga budaya berarti menyiapkan masa depan, bukan sekadar bernostalgia pada masa lalu.

"Ketika anak-anak kita berinteraksi dengan bangsa lain, mereka harus punya jati diri. Budaya itu bukan hanya warisan, tapi modal untuk tampil percaya diri di kancah dunia. Kita harus berani berinovasi tanpa meninggalkan akar tradisi," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah memiliki kewajiban menciptakan ekosistem yang mendukung, namun peran masyarakat tak kalah penting.

Dukungan bisa dilakukan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan budaya, memperkenalkan seni dan tradisi Lampung kepada generasi muda, serta memanfaatkan teknologi untuk promosi ke tingkat global.

"Dalam kebudayaan Lampung terdapat 10 unsur penting seperti adat istiadat, bahasa daerah, manuskrip, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, permainan rakyat, situs budaya, seni, teknologi tradisional, dan tradisi lisan," kata dia.

Unsur-unsur ini menjadi kekayaan yang bila dikelola dengan baik dapat menjadi daya tarik wisata, mendorong kerja sama internasional, dan memperkuat pembangunan daerah.

"Budaya itu adalah cita rasa dalam seni dan kemanusiaan. Ia memadukan pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku yang membentuk karakter masyarakat. Kalau kita tidak memajukannya, kita akan kehilangan jati diri," jelas Anshori.

Sementara itu Kepala Dinas Kominfo Provinsi Lampung, Ganjar Jationo, mengatakan jika Pemprov Lampung menempatkan kebudayaan sebagai pilar utama dalam visi pembangunan daerah.

Melalui berbagai kebijakan dan program, pemprov terus mendorong pelestarian cagar budaya, penguatan bahasa dan seni daerah, pengembangan museum, festival, serta ekosistem ekonomi kreatif berbasis budaya.

"Semua ini diarahkan untuk memperkokoh identitas lokal, membina karakter generasi muda, dan mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat secara berkeadilan," sebutnya. (*)