• Senin, 11 Agustus 2025

Rektor IPB Apresiasi Inovasi Digital Smart Composter Karya Mahasiswa Teknokrat di KSTI 2025

Senin, 11 Agustus 2025 - 08.40 WIB
8

Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, memberikan apresiasi tinggi kepada dosen dan mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) yang menampilkan karya inovatif Digital Smart Composter pada Pameran Hasil Riset Unggulan di ajang Kompetisi Sains, Teknologi, dan Inovasi (KSTI) Indonesia 2025. Foto: Ist

Berdikari.co, Bandung – Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, memberikan apresiasi tinggi kepada dosen dan mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) yang menampilkan karya inovatif Digital Smart Composter pada Pameran Hasil Riset Unggulan di ajang Kompetisi Sains, Teknologi, dan Inovasi (KSTI) Indonesia 2025.

Acara bergengsi yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 7–9 Agustus 2025 ini diikuti oleh berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri teknologi dari seluruh Indonesia. Pameran KSTI menjadi wadah unjuk inovasi dan riset unggulan yang berpotensi untuk dihilirkan menjadi produk komersial.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Arif menyampaikan ucapan selamat kepada para inovator muda UTI, khususnya Deka Ramadani dan Fadhlurohman Mergo Penateh, yang berhasil menciptakan Digital Smart Composter dengan bimbingan Dr. Dedi Darwis.

“Inovasi seperti Digital Smart Composter memiliki peluang besar untuk dihilirkan menjadi produk komersial yang bermanfaat luas. Hilirisasi produk unggulan perguruan tinggi harus menjadi fokus utama, agar hasil riset tidak hanya berhenti di meja laboratorium, tetapi benar-benar hadir di tengah masyarakat,” ujar Prof. Arif.

Teknologi untuk Pertanian Berkelanjutan

Digital Smart Composter merupakan alat pengolah limbah kotoran sapi berbasis Internet of Things (IoT) yang mampu mempercepat proses pembuatan pupuk organik secara efisien. Sistem ini dilengkapi dengan sensor dan perangkat pemantauan jarak jauh, sehingga pengguna dapat mengontrol dan memantau proses kompos melalui smartphone atau perangkat digital lainnya secara real-time.

Menurut para pengembangnya, teknologi ini mampu mengurangi waktu pengolahan limbah hingga separuh dari metode konvensional. Selain itu, kualitas pupuk organik yang dihasilkan terjamin, karena proses fermentasi dapat dikontrol secara optimal.

Solusi untuk Dua Masalah Utama

Kehadiran Digital Smart Composter menjadi jawaban atas dua tantangan besar dalam dunia peternakan sapi, yaitu penumpukan limbah kotoran dan keterbatasan pupuk organik berkualitas. Limbah kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, bau tak sedap, dan risiko kesehatan. Di sisi lain, kebutuhan pupuk organik yang tinggi di sektor pertanian seringkali tidak terpenuhi dengan kualitas yang memadai.

Dengan teknologi ini, para peternak dapat mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai ekonomi, sekaligus membantu meningkatkan kesuburan tanah pertanian.

Mendukung Agenda Nasional

Prof. Arif menegaskan bahwa inovasi Digital Smart Composter sejalan dengan agenda nasional dalam meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan teknologi modern. Pemerintah tengah mendorong hilirisasi riset untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

“Dengan memanfaatkan teknologi IoT, para mahasiswa Teknokrat telah menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia siap menjawab tantangan pangan dan lingkungan secara berkelanjutan,” tambahnya.

Prestasi Mahasiswa Teknokrat di Ajang Nasional

Kehadiran Universitas Teknokrat Indonesia di KSTI 2025 tidak hanya bertujuan untuk memamerkan inovasi, tetapi juga sebagai bentuk pembuktian bahwa mahasiswa perguruan tinggi di daerah mampu bersaing di panggung nasional.

Rektor Universitas Teknokrat Indonesia, melalui pernyataan terpisah, menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian tersebut. Ia berharap karya ini dapat dikembangkan lebih lanjut melalui kerja sama dengan industri dan pemerintah daerah, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya para peternak dan petani.

Menuju Produk Komersial

Deka Ramadani, salah satu anggota tim pengembang, menjelaskan bahwa Digital Smart Composter dirancang dengan mempertimbangkan kemudahan penggunaan dan biaya operasional yang rendah. “Kami ingin teknologi ini bisa diakses oleh peternak kecil maupun skala besar, sehingga manfaatnya merata,” ujarnya.

Sementara itu, Fadhlurohman Mergo Penateh menambahkan bahwa timnya siap melakukan pengembangan lebih lanjut, termasuk uji lapangan dalam skala yang lebih luas.

Dengan dukungan penuh dari universitas dan apresiasi dari tokoh akademisi nasional seperti Prof. Arif Satria, inovasi ini diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan kampus, tetapi juga berkontribusi nyata bagi pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia. (**)