• Minggu, 10 Agustus 2025

Balai Besar TNBBS Tanggamus Keluarkan Panduan Keselamatan dari Serangan Harimau Sumatera

Jumat, 08 Agustus 2025 - 15.45 WIB
71

Balai Besar TNBBS Tanggamus Keluarkan Panduan Keselamatan dari Serangan Harimau Sumatera. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Tanggamus - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) di Kotaagung, Kabupaten Tanggamus mengeluarkan imbauan resmi kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi risiko serangan Harimau Sumatera di wilayah rawan konflik satwa, khususnya di sekitar kawasan hutan.

Dalam keterangan resminya yang diterima Kupastuntas.co, Jumat (8/8/2025), BBTNBBS meminta warga untuk tidak beraktivitas di dalam kawasan hutan dan menghindari bepergian sendirian dengan sepeda motor di daerah yang diketahui rawan konflik.

"Aktivitas di kebun sebaiknya dilakukan minimal lima orang pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, dan dihindari saat cuaca mendung atau gerimis,” tulis BBTNBBS.

Warga juga diminta memastikan kondisi aman sebelum memulai pekerjaan di kebun.

“Jika ditemukan jejak, kotoran, atau bangkai sisa makanan Harimau Sumatera, segera dokumentasikan, laporkan kepada petugas melalui pemangku, dan hentikan aktivitas di kebun setidaknya selama sepuluh hari,” tambahnya.

Imbauan lain menekankan kewaspadaan terhadap area semak belukar yang kerap menjadi lokasi harimau bersembunyi atau mengintai mangsa.

“Bekerjalah di kebun dengan posisi saling membelakangi dan jangan berpencar. Untuk ternak, pagarilah kandang dengan kawat duri untuk mengurangi risiko serangan,” kata BBTNBBS.

Pihaknya juga kembali mengingatkan larangan keras perburuan, baik terhadap Harimau Sumatera maupun satwa mangsanya, dengan senjata api, jerat, atau metode lain. Jika bertemu langsung dengan harimau, warga diminta bersikap tenang.

“Jangan membuat satwa terkejut, jangan melemparkan benda, dan jangan berlari atau membelakanginya. Mundurlah perlahan sambil tetap menghadap harimau hingga jarak aman sekitar 50 meter,” ujar BBTNBBS.

Panduan ini diharapkan dapat meminimalkan potensi konflik antara manusia dan satwa, sekaligus menjaga kelestarian Harimau Sumatera yang kini berstatus terancam punah.

Imbauan BBTNBBS kembali mencuat setelah tragedi yang menimpa Ujang Samsudin (35), warga Pemangku Sinar Harapan, Pekon Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, pada Kamis malam, 7 Agustus 2025. Korban ditemukan tewas mengenaskan di semak belukar, sekitar 250 meter dari kebunnya.

Pagi hari, Ujang berangkat ke kebun seperti biasa. Menjelang malam, ia tak kunjung pulang. Warga menemukan motor, topi, dan alat perkebunannya di lokasi, sebelum akhirnya mendapati jasad korban dengan luka gigitan dan cakaran yang diduga kuat akibat serangan Harimau Sumatera. Jenazah dievakuasi ke rumah duka dan dimakamkan keesokan harinya.

Kepala BBTNBBS, Hifzon Zawahiri, menyatakan tim gabungan dari BBTNBBS, BKSDA Bengkulu–Lampung, TNI, Polri, dan pemerintah daerah telah diturunkan untuk melakukan investigasi, sterilisasi lokasi, dan menyusun langkah mitigasi lanjutan.

Kasus Ujang menambah panjang daftar konflik manusia–harimau di Lampung Barat. Dalam 18 bulan terakhir, tercatat 10 warga diserang harimau: tujuh meninggal dunia, satu menjalani perawatan intensif di rumah sakit, dan dua selamat tanpa luka serius.

Catatan BBTNBBS juga menunjukkan bahwa konflik satwa ini cenderung terjadi di wilayah perbatasan hutan dengan perkebunan, terutama saat musim panen kopi dan aktivitas warga meningkat.

Secara nasional, populasi Harimau Sumatera kini diperkirakan hanya tersisa sekitar 400–500 ekor di alam liar. Populasi ini mengalami penurunan hingga 10 persen pada periode 2008–2017.

Selain kehilangan habitat, perburuan ilegal menjadi ancaman serius. Setidaknya 19 kasus perdagangan kulit dan bagian tubuh harimau terungkap sepanjang 2016–2025.

BBTNBBS menegaskan, keselamatan warga dan kelestarian Harimau Sumatera sama-sama menjadi prioritas. Dengan mematuhi panduan keselamatan dan menghentikan praktik perburuan, diharapkan konflik bisa ditekan.

Kasus di Suoh menjadi pengingat bahwa tanpa langkah mitigasi yang efektif, korban jiwa akan terus berjatuhan, sementara populasi harimau semakin terdesak ke ambang kepunahan. (*)