• Senin, 04 Agustus 2025

Pemkot Metro Bakal Sulap Shopping Center Jadi Zona Ekonomi Khusus

Senin, 04 Agustus 2025 - 10.30 WIB
268

Kepala DPM-PTSP Kota Metro, Ismet, saat dikonfirmasi soal strategi daerah dalam menarik investasi dan memperkuat struktur ekonomi lokal, Senin (4/8/2025). Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Pemerintah Kota (Pemkot) Metro berencana menyulap kawasan Shopping Center yang terletak di jantung Kota Metro menjadi Zona Ekonomi Khusus (ZEK). Kawasan yang selama ini dikenal sebagai pusat perdagangan rakyat itu akan dikembangkan menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi baru.

Rencana tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Metro, Ismet, saat ditanya mengenai strategi daerah dalam menarik investasi dan memperkuat struktur ekonomi lokal.

Namun, di balik gagasan besar itu, sederet pertanyaan mendasar soal arah kebijakan, sektor unggulan, hingga insentif bagi investor masih belum memiliki jawaban yang pasti.

"Rencananya, Shopping Center itu akan dijadikan salah satu kawasan khusus Zona Ekonomi Metro. Sudah kami bahas, dan perencanaan itu sudah dalam tahap pembahasan awal,” kata Ismet, saat dimintai keterangan, Senin (4/8/2025).

Meski ide besar tersebut mengundang perhatian, saat ditanya lebih lanjut terkait sektor usaha yang menjadi daya tarik bagi para investor, Ismet belum memberikan gambaran yang konkret.

"Semua masih kami susun. Pada prinsipnya, investor apa saja bisa masuk ke Metro,” jawabnya.

Begitu pula saat ditanya mengenai target realisasi investasi tahun 2025 dan capaian yang ingin dikejar, Ismet mengaku belum siap dengan data. "Belum, belum. Saya harus cek data dulu,” ujarnya.

Ketiadaan data, program strategis, serta belum adanya sektor prioritas yang dirinci, menggambarkan bahwa rencana ZEK ini masih jauh dari matang. Bahkan ketika ditanya mengenai sektor mana saja yang menjadi unggulan untuk dikembangkan, jawabannya pun masih samar.

"Sektor perdagangan di wilayah Metro Pusat,” sebut Ismet, tanpa menjelaskan lebih lanjut bagaimana potensi sektor tersebut akan dikembangkan atau bentuk intervensi kebijakan yang akan dilakukan.

Saat ditanya mengenai langkah konkret untuk meningkatkan daya tarik investasi, Ismet hanya menegaskan komitmen pemerintah kota untuk terus berinovasi dan memberi kemudahan. Namun, tidak disertai rincian teknis terkait bentuk kemudahan tersebut.

"Kami terus berinovasi dan memberikan kemudahan-kemudahan investasi,” tuturnya.

Sayangnya, saat ditanya apakah saat ini sudah ada investor dari luar daerah atau luar negeri yang mulai menanamkan modal di Metro, jawabannya cukup mengecewakan.

"Belum ada. Ini masih kami bahas. Soal insentif atau kemudahan bagi investor baru itu belum ada, tapi pada prinsipnya kami akan bantu penuh investor yang masuk ke Metro," paparnya.

Lebih mengkhawatirkan lagi, ketika ditanya tentang kontribusi sektor investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Metro serta program jangka menengah dan panjang Pemkot Metro, Ismet kembali menjawab bahwa dirinya belum mengetahui data tersebut.

"Saya belum monitor PDRB itu. Terkait rencana program unggulan yang dimaksud juga belum ada. Semua masih akan kami susun ulang,” jelasnya.

Pernyataan ini mempertegas bahwa Pemkot Metro melalui DPM-PTSP tengah memulai rencana besar tanpa peta jalan (roadmap) yang jelas, tanpa indikator keberhasilan, dan tanpa rancangan strategis yang matang.

Meski begitu, Ismet menegaskan adanya sinergi antara Pemkot Metro dengan pemerintah provinsi dan pusat dalam mendukung investasi, terutama terkait infrastruktur dan pembiayaan.

"Ada, intinya kami akan berupaya menarik investasi,” tegasnya.

Langkah Pemkot Metro untuk mengubah wajah Shopping Center menjadi Zona Ekonomi Khusus tentu patut diapresiasi sebagai wujud visi membangun ekonomi kota. Namun, rencana tanpa arah, strategi tanpa data, dan program tanpa rincian hanya akan menjadikan gagasan tersebut sebagai proyek mimpi tanpa kaki.

Investasi bukan hanya soal niat, tetapi soal membangun kepercayaan. Tanpa kesiapan data, peta peluang usaha, insentif yang jelas, serta sinergi lintas sektor yang nyata, niat baik Pemkot Metro bisa berubah menjadi sorotan tajam, ambisi besar yang berdiri di atas fondasi yang rapuh.

Jika Pemkot Metro serius ingin menjadikan kota ini sebagai destinasi investasi, maka langkah selanjutnya harus lebih konkret: mulai dari menyusun sektor unggulan, menetapkan target capaian, memetakan potensi kawasan, hingga menyusun regulasi dan fasilitas yang ramah investor.

Sebab tanpa itu semua, Zona Ekonomi Khusus di pusat Kota Metro hanya akan menjadi zona wacana yang tak kunjung terealisasi. (*)